tirto.id - Ribuan orang di Kazakhstan turun ke jalan untuk berdemonstrasi. Awalnya, gelombang massa ini menentang kebijakan kenaikan bahan bakar, tetapi berubah menjadi kerusuhan yang mengarah kepada sikap anti-pemerintah.
New York Times melaporkan, ribuan pengunjuk rasa turun ke jalan. Balai kota di Almaty--kota terbesar di Kazakhstan--dibakar massa. Mereka mengambil alih bandara, membakar kendaraan polisi dan cabang regional partai Nur Otan yang berkuasa.
Polisi menuduh para demonstran bertanggung jawab atas tewasnya 13 petugas. Setidaknya, 353 orang dilaporkan terluka dalam bentrok.
Penyebab Demo di Kazakhstan
Awal mula demo itu dipicu kebijakan pemerintah yang menaikkan batas harga untuk bahan bakar gas cair (LPG). Ini adalah bahan bakar rendah karbon yang sering dipakai orang Kazakhstan untuk mobil mereka.
Selain itu, masih menurut New York Times, penyebab lainnya adalah kemarahan atas kesenjangan sosial dan ekonomi yang diperparah oleh pandemi serta kurangnya demokrasi di negara itu.
Menurut statistik pemerintah, gaji rata-rata di Kazakhstan setara dengan 570 dolar AS per bulan, tetapi banyak orang yang berpenghasilan jauh di bawah itu.
Sejak kerusuhan meletus, harga minyak naik lebih dari 1 persen pada hari Kamis dan harga uranium juga melonjak tajam.
Pada hari Kamis, produksi minyak di ladang utama Kazakhstan juga berkurang. Menurut operator Chevron, penyebabnya karena beberapa kontraktor mengganggu jalur kereta api untuk mendukung protes.
Sebelumnya, The Guardian memberitakan, Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev dalam pidato keduanya di televisi mengatakan, para demonstran mengambil alih gedung-gedung pemerintah dan menyerbu bandara di Almaty.
“Almaty diserang, dihancurkan, dirusak, penduduk Almaty menjadi korban serangan, oleh karena itu adalah tugas kita … untuk mengambil semua tindakan yang mungkin untuk melindungi negara kita,” kata Tokayev.
Kantor walikota Almaty dibakar. Asap dan api terlihat dari beberapa lantai gedung megah. Penerbangan dialihkan atau dibatalkan usai terjadi penyerbuan bandara. Namun pihak berwenang sudah berhasil menguasai bandara usai baku tembak.
Bagaimana Keadaan WNI di Kazakhstan?
Jumlah Warga Negara Indonesia (WNI) di Kazakhtan sekitar 140 orang. Hal itu disampaikan Duta Besar RI untuk Kazakhstan merangkap Tajikistan Muhammad Fadjroel Rachman.
Fadjroel mengatakan, otoritas Kazakhstan sudah mengumumkan keadaan darurat terkait dengan kerusuhan di negara itu. Tetapi Fadjroel menegaskan kalau warga Indonesia di sana dalam keadaan aman.
"Saya menyampaikan bahwa 140 orang warga negara Indondesia yang berada di Republik Kazakhstan dan tiga orang warga negara Indonesia yang di Republik Tajikistan dalam keadaan aman," kata Dubes Fadjroel seperti dikutip Antara News, Jumat (7/1/2022).
Dia mengatakan, WNI itu tersebar di berbagai kota seperti Nur-Sultan, Almaty, dan Burabay. "Berkaitan dengan itu, saya sebagai duta besar mengeluarkan sejumlah imbauan kepada seluruh WNI di Kazakhstan," ujarnya.
Kendati aman, seluruh WNI di Kazakhstan diminta untuk tetap menjaga diri, menghindari kerumunan dan tidak keluar rumah kecuali mendesak atau penting. WNI juga diminta untuk mematuhi aturan yang dikeluarkan oleh pemerintah setempat dan menjaga ketertiban.
Para WNI di Kazakhstan juga diimbau untuk saling berkomunikasi dengan sesama WNI yang berada di wilayah masing-masing. Tujuannya untuk meningkatkan kewaspadaan.
Untuk informasi dan bantuan, WNI bisa menghubungi alamat KBRI di Sarayshyq St 22, Nur-Sultan 020000; nomor telepon KBRI (hari dan jam kerja) 8 (7172) 790670; serta hotline KBRI (24 jam melalui SMS, telepon atau WA) +77718360245.
Editor: Iswara N Raditya