tirto.id - Etika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari mengenai baik atau buruknya sesuatu. Dengan etika, seseorang bisa mengetahui apa yang sebaiknya dilakukan.
Dalam sebuah penelitian, terdapat istilah etika penelitan. Mudjia Rahardjo dalam situs UIN Malang menjabarkan, dalam penelitian musti ada perhatian terhadap subjek atau informan agar mereka tak merasa dirugikan.
Etika penelitian mengacu ke prinsip hubungan peneliti dengan semua subjek yang jadi partisipannya. Dengan begitu, titik fokus prinsip tersebut musti dipegang teguh oleh pihak peneliti.
Untuk mempermudah deskripsi, sebut saja ada sebuah penelitian di suatu Desa. Dengan latar belakang yang berbeda, peneliti harus memahami latar belakang mereka.
Dengan begitu, suatu hal yang wajar jika terkadang di antara mereka ada yang tak ingin menjadi narasumber. Oleh sebab itu, peneliti tak bisa memaksa orang-orang tersebut.
Lewat kata lain, peneliti harus mencari cara lain dengan memanfaatkan informan yang memang bisa diajak komunikasi dan bersedia menjelaskan hal terkait penelitian.
Lantas, apa saja sebenarnya etika dalam penelitian tersebut?
Etika dalam Penelitian
Situs Binus University menjelaskan bahwa etika penelitian berhubungan langsung melalui interaksi peneliti dengan para pihak yang dibutuhkan dalam penelitian.
Oleh sebab itu, etika penelitian punya fungsi penting yang mengedepankan aspek sosialisasi di dalamnya.
Muchtan Sujatno dalam Metodologi Penelitian Biomedis (2008, hlm. 23) menerangkan bahwa etika penelitian terdiri dari empat aspek. Di antaranya ada terkait cara menghargai, melihat manfaat, tidak membahayakan, hingga berprinsip keadilan.
Berikut ini keterangan mengenai empat etika penelitian tersebut.
1. Menghargai/Menghormati
Dalam prinsip ini, peneliti musti bisa menghargai para informan dan orang-orang yang membantunya dalam proses penelitian.
Cara menghargainya terdiri dari dua macam cara, dimulai dari melindungi data yang telah diambil dari para informan.
Kemudian, melindungi informan jika subyek tersebut memang berpotensi dijahati orang lain. Misalnya, karena melindungi data yang penting bagi suatu kelompok.
2. Melihat Manfaat
Etika kedua dalam penelitian mencakup manfaat yang ditawarkan oleh proyek yang dilakukan peneliti.
Dalam aspek ini, peneliti mesti mengusahakan manfaat agar bisa terwujud lebih besar dibandingkan potensi risikonya.
Jika risiko terlalu tinggi dibanding manfaatnya, ada baiknya penelitian tidak dilakukan. Hal ini dilakukan agar subyek penelitian tak menerima risiko besar akibat penelitian tersebut.
3. Tidak membahayakan
Prinsip ini hampir sama dengan menghargai dengan berusaha mengecilkan risiko subyek terkena dampak negatif. Dengan begitu, mereka tak merasa dirugikan akibat penelitian yang dilakukan seseorang.
Sebut contohnya ada peneliti yang datang ke pesisir pantai untuk menghitung jam kerja para nelayan.
Peneliti berusaha meyakinkan bahwa para nelayan bisa bekerja di luar kebiasaannya jika ingin lebih banyak menangkap ikan.
Padahal, hal tersebut bukan kebiasaan masyarakat di sana. Justru, kegiatan tambahan ini bisa saja menimbulkan berbagai risiko bagi para subyek yang jadi sumber penelitian.
4. Keadilan
Pada prinsip etika penelitian terakhir ini, para informan serta pihak yang membantu penelitian harus diperlakukan secara adil. Misalnya terkait dengan pertanyaan yang disampaikan kepada narasumber.
Jika seorang informan mendapatkan suatu perlakuan, maka informan lain juga harus mendapatkan perlakuan yang sama.
Sebut seorang narasumber diberi bingkisan saat selesai melakukan wawancara dengan peneliti. Maka, narasumber-narasumber yang lain pun perlu diberikan hal yang sama.
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Dhita Koesno