Menuju konten utama

Apa Penyebab Tragedi Kanjuruhan & Bagaimana Cerita Lengkapnya?

Berikut kronologi tewasnya ratusan jiwa di Stadion Kanjuruhan usai Arema vs Persebaya.

Apa Penyebab Tragedi Kanjuruhan & Bagaimana Cerita Lengkapnya?
Suporter Arema FC memasuki lapangan setelah tim yang didukungnya kalah dari Persebaya dalam pertandingan sepak bola BRI Liga 1 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

tirto.id - Tragedi di Stadion Kanjuruhan usai pertandingan Arema FC vs Persebaya menimbulkan ratusan korban jiwa. Menurut data terakhir, kata Kapolri Listyo Sigit Prabowo, jumlah yang tewas mencapai 125 orang dan 188 orang luka-luka.

Listyo mengatakan, awalnya, jumlah korban tewas disebut mencapai 129 orang. Tetapi, setelah adanya proses verifikasi, ada data yang ganda.

"Saat ini data terakhir hasil pengecekan jumlahnya 125 karena ada yang tercatat ganda," kata Listyo di Malang, Jawa Timur seperti dikutip Antara News.

Apa Penyebab dan Kronologinya?

Pada Sabtu, 1 Oktober 2022 malam, Arema FC vs Persebaya Surabaya bermain di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Arema kalah dengan skor akhir 2-3. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Aremania Korwil Bantur The Black Lion Slamet Sanjoko mengatakan, sebenarnya pertandingan Arema FC melawan Persebaya Surabaya berjalan kondusif.

Setelah pertandingan, Sanjoko mengatakan, ada dua suporter Aremania yang mau minta foto bersama. Sanjoko mengatakan, pihaknya sudah meminta kepada petugas agar tidak mengizinkan. Akhirnya, setelah memaksa, keduanya pun diizinkan masuk ke lapangan.

Menurut Sanjoko, kedua anak itu kemudian menghampiri pemain Arema FC. Waktu itu para pemain masih di lapangan untuk meminta maaf kepada para suporter atas kekalahan dari Persebaya.

"Dua anak itu, yang akan berfoto ternyata mereka mendekat ke pemain Arema FC. Kemudian terjadi bentrokan, pemicunya ada di situ," ujarnya.

KERICUHAN USAI PERTANDINGAN AREMA MELAWAN PERSEBAYA

Sejumlah penonton membawa rekannya yang pingsan akibat sesak nafas terkena gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan saat kericuhan usai pertandingan sepak bola BRI Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/tom.

Dia menambahkan, bentrok itu yang memicu para pendukung lain masuk lapangan. Petugas keamanan gabungan kepolisian dan TNI berusaha mengamankan. Setelah tak terbendung lagi, petugas pun menembakkan gas air mata.

Langkah pihak keamanan yang menembakkan gas air mata itu diduga membuat kepanikan sehingga menyebabkan para penonton berlarian ke arah pintu keluar. Akhirnya terjadi penumpukkan massa.

Sebagai catatan, gas air mata berisi zat kimia yang mampu membuat mata iritasi dan sekaligus memengaruhi sistem pernapasan. Jika terhirup dalam pernapasan, maka bisa memunculkan sensasi terbakar di saluran pernapasan.

Menkopolhukam Mahfud MD mengatakan, tragedi Kanjuruhan bukan bentrok antara suporter karena pendukung Persebaya tidak ikut menonton. Pada umumnya, kata Mahfud, korban meninggal itu karena desak-desakan, saling himpit, terinjak dan sesak nafas.

Seperti dikutip CNN, Menpora Zainudin Amali menegaskan, pihaknya akan mengusut penggunaan gas air mata yang dipakai petugas keamanan dalam kasus di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Apalagi, Amali menegaskan, FIFA tidak memperbolehkan pemakaian gas air mata dalam pertandingan sepakbola.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya