Menuju konten utama

Apa Itu Vaksin AstraZeneca untuk Cegah Covid-19?

Vaksin AstraZeneca sempat menimbulkan pro dan kontra karena disebut MUI mengandung babi, berikut penjelasannya. 

Apa Itu Vaksin AstraZeneca untuk Cegah Covid-19?
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memperlihatkan vaksin COVID-19 Astrazeneca saat vaksinasi kepada kyai Nahdlatul Ulama (NU) di Kantor PWNU Jatim di Surabaya, Jawa Timur, Selasa (23/3/2021). ANTARA FOTO/Moch Asim/aww.

tirto.id - Keyword "Vaksin AstraZeneca" bertengger di Google Trend pada hari ini, Selasa, 23 Maret 2021. Baru-baru ini, sejumlah ulama dan lansia di Jombang, Jawa Timur sudah mendapatkan vaksin AstraZeneca. Pemberian vaksin ini disaksikan langsung oleh Presiden Joko Widodo.

Pada awal kehadirannya vaksin AstraZeneca sempat menimbulkan pro dan kontra lantaran disebut oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengandung babi.

"Vaksin AstraZeneca ini hukumnya haram karena dalam proses produksinya memanfaatkan tripsin yang berasal dari babi. Walau demikian penggunaan vaksin produk AstraZeneca pada saat ini hukumnya dibolehkan," kata Ketua MUI Bidang Fatwa Asrorun Ni'am Sholeh, Jumat (19/3/2021).

Akan tetapi, pihak AstraZeneca langsung membantah isu tersebut, menyatakan bahwa vaksin COVID-19 buatannya tidak mengandung produk turunan babi maupun produk hewani lainnya.

Apa itu Vaksin AstraZeneca?

Sebagaimana dilaporkan Antara, AstraZeneca menyatakan kalau vaksin Covid-19 yang mereka produksi sudah disetujui oleh lebih dari 70 negara di seluruh dunia termasuk negara dengan penduduk Muslim seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair, dan Maroko.

Selain itu, AstraZeneca menyatakan, vaksin yang mereka bikin dinyatakan aman dan efektif untuk mencegah penularan COVID-19. Berdasarkan hasil penelitian, pemakaian vaksin juga dapat mengurangi dua per tiga tingkat penularan penyakit.

AstraZeneca juga menyampaikan, berdasarkan hasil penelitian, satu dosis vaksin buatannya bisa mengurangi risiko rawat inap hingga 94 persen pada orang dalam semua kelompok umur, termasuk mereka yang berusia 80 tahun ke atas.

Kendati demikian, pada 16 Maret lalu, sejumlah negara sempat memutuskan untuk menyetop penggunaan salah satu batch vaksin AstraZeneca. Mereka adalah Austria, Denmark, Norwegia, Islandia dan Swedia. Alasannya, karena pembekuan darah pada orang yang telah menerima vaksin.

Namun, saat ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) menganggap manfaat vaksin AstraZeneca lebih besar daripada risikonya dan merekomendasikan agar vaksinasi dilanjutkan.

Berdasarkan laporan BBC, uji coba terhadap vaksin AstraZeneca menemukan bahwa itu menghentikan orang dari sakit parah dengan Covid-19 dan mengidentifikasi tidak ada masalah keamaan terkait pembekuan darah di antara 32.000 sukarelawan yang divaksin.

Selain itu, baik regulator Inggris maupun European Medicine Agency (EMA) menyimpulkan bahwa vaksin tersebut aman dan tidak ada bukti bahwa vaksin tersebut menyebabkan penggumpalan darah.

Berbeda dengan vaksin Pfizer yang harus disimpan pada suhu sangat dingin (-70C), vaksin buatan Oxford ini dapat disimpan di lemari es biasa sehingga lebih mudah didistribusikan.

Mengutip keterangan WHO, vaksin AstraZeneca yang diberikan 2 dosis dengan interval 8-12 pekan memiliki tingkat efikasi (kemanjuran) 63,09 persen untuk menangkal infeksi Covid-19.

Sementara berdasarkan laporan The New York Time, efikasi vaksin AstraZeneca, yang diberikan dua dosis dengan interval 12 pekan, bisa mencapai 82,4 persen. Kesimpulan itu berdasar analisis data yang dirilis oleh AstraZeneca pada awal Februari 2021.

Vaksin AstraZeneca juga telah disetujui oleh WHO untuk masuk dalam Emergency Use Listing. Ia termasuk vaksin kedua yang masuk daftar EUL WHO setelah vaksin Pfizer.

Baca juga artikel terkait VAKSIN ASTRAZENECA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya