tirto.id - Vaksin AstraZeneca sudah didistribusikan ke enam provinsi di Indonesia oleh PT Bio Farma (Persero). Hal ini dilakukan sebagai upaya mempercepat kegiatan vaksinasi nasional dalam menciptakan kekebalan komunitas.
Distribusi pertama vaksin diberikan untuk Provinsi Jawa Timur sebanyak 45.000 vial, Bali dan NTT masing-masing sebanyak 5.000 vial.
Kemudian, pengiriman vaksin AstraZeneca juga dilaksanakan di Provinsi DKI Jakarta, Kepulauan Riau, dan Sulawesi Utara yang masing-masing sebanyak 5.000 vial.
Total ada 70.000 vial vaksin AstraZeneca yang telah didistribusikan Bio Farma untuk enam provinsi tersebut. Pertimbangan pemilihan keenam provinsi tersebut salah satunya prioritas vaksinasi untuk sektor pariwisata.
Distribusi ini merupakan hasil kerja sama multilateral antara pemerintah dengan COVAX yang telah tiba di Indonesia pada 8 Maret 2021.
Indonesia telah menerima 1,1 juta dosis vaksin COVID-19 AstraZeneca pada awal Maret dan telah mendapat izin penggunaan darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Apakah Vaksin AstraZeneca Halal?
Majelis Ulama Indonesia (MUI) menegaskan bahwa vaksin AstraZeneca yang diproduksi di SK Bioscience, Korea Selatan, boleh digunakan usai MUI melakukan serangkaian kajian serta mendengar berbagai masukan-masukan dari otoritas serta para ahli soal keamanannya.
Di tengah masih berpolemiknya persoalan halal dan haram vaksin Covid-19 AstraZeneca, Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria, menyebut mereka mengikuti kebijakan dari pemerintah pusat.
"Kami mengikuti apa yang menjadi kebijakan pemerintah terkait vaksin ya. Apapun vaksin yang disiapkan oleh pusat, kami akan menerimanya dan menggunakannya sebaik mungkin untuk masyarakat Jakarta," kata dia, di Balai Kota Jakarta, Senin (22/3/2021), seperti dikutip Antara News.
Tentu, lanjut dia, ada kekhawatiran di masyarakat namun dirinya meyakini pemerintah pusat tidak akan sembarangan dalam menentukan jenis vaksin hingga sumbernya, dengan melalui proses penelitian, pencermatan yang panjang.
"Dan apapun yang diputuskan, saya yakin itu lah yang terbaik yang harus kita laksanakan bersama-sama. Kalau soal kekhawatiran, namanya pemerinta tentu ingin warganya aman, selamat, sehat, jadi tentu ssemua sudah melalui proses kajian, penelitian, dan sebagainya," ujar dia.
"Semua instansi terkait pasti melakukan pengecekan, diskusi dengan para ahli, pakar, dan akhirnya apapun yang diputuskan itulah yang terbaik. Tugas kami tinggal melaksanakan vaksinasi di wilayah Jakarta," kata dia.
Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia sudah memberikan fatwa vaksin AstraZeneca diperbolehkan untuk diberikan meski disebut haram karena mengandung enzim tripsin babi. Terlebih ketersediaan vaksin Corona halal disebut sangat terbatas sehingga bisa digunakan dalam keadaan darurat.
"Ketentuan hukum yang pertama, vaksin AstraZeneca hukumnya haram karena dalam proses tahap produksinya memanfaatkan enzim yang berasal dari babi. Walau demikian, yang kedua, penggunaan vaksin Covid-19 Produk AstraZeneca pada saat ini hukumnya dibolehkan," kata Ketua Bidang Fatwa MUI, Asrorun N Sholeh.
Namun belakangan, pihak AstraZeneca membantah vaksin Corona mereka mengandung unsur babi. Disusul pernyataan vaksin yang sudah digunakan di sejumlah negara muslim seperti Arab Saudi hingga Kuwait.
"Kami menghargai yang disampaikan oleh MUI. Penting untuk dicatat bahwa vaksin Covid-19 AstraZeneca merupakan vaksin vektor virus yang tidak mengandung produk berasal dari hewan," jelas AstraZeneca Indonesia dalam keterangan tertulisnya, Minggu (21/3/2021).
Hal tersebut sudah dikonfirmasi Badan Otoritas Produk Obat dan Kesehatan Inggris yang menegaskan, semua tahapan produksi vaksin AstraZeneca tidak ada satupun yang memanfaatkan produk turunan babi.
AstraZeneca Bantah Vaksinnya Mengandung Babi
Perusahaan biofarmasi AstraZeneca menyatakan bahwa vaksin COVID-19 buatannya tidak mengandung produk turunan babi maupun produk hewani lainnya.
Siaran pers AstraZeneca yang diterima Selasa (23/3/2021), juga menyebutkan bahwa semua tahapan produksi vaksin vektor virus tersebut tidak bersentuhan dengan produk turunan babi atau produk hewani lainnya.
Penggunaan vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca menurut produsen telah disetujui di lebih dari 70 negara di seluruh dunia termasuk negara dengan penduduk Muslim seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait, Bahrain, Oman, Mesir, Aljazair, dan Maroko.
Selain itu, AstraZeneca menyatakan bahwa produk vaksinnya telah dinyatakan aman dan efektif untuk mencegah penularan COVID-19.
Menurut hasil penelitian yang dikutip oleh perusahaan, penggunaan vaksin juga dapat mengurangi hingga dua per tiga tingkat penularan penyakit.
Perusahaan juga menyampaikan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa satu dosis vaksin buatannya bisa mengurangi risiko rawat inap hingga 94 persen pada orang dalam semua kelompok umur, termasuk mereka yang berusia 80 tahun ke atas.
Perbedaan Vaksin AstraZeneca dan Sinovac
Vaksin Sinovac
CoronaVac atau Sinovac merupakan vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan Tiongkok Sinovac. Sinovac merupakan vaksin virus corona pertama yang masuk dan mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) Badan POM Indonesia.
1.Efikasi Sinovac
Uji klinik fase 3 yang dilakukan di Bandung menunjukkan bahwa Sinovac memiliki tingkat efikasi mencapai 65,3 persen. Sementara dalam uji klinik di Turki dan Brazil, efikasi vaksin Sinovac mencapai 91,25 persen dan 75 persen. Sinovac disuntikkan pada penerima dalam dua dosis dengan rentang waktu 14 sampai 29 hari.
2.Kandungan Sinovac
New York Times mencatat bahwa Sinovac mengandung virus corona yang telah dilemahkan. Virus corona tersebut ditumbuhkan di sel ginjal monyet dalam jumlah besar.
Virus corona tersebut disiram dengan bahan kimia yang disebut beta-propiolactone agar mati dan tidak bisa bereplikasi. Meskipun virus tersebut terbunuh, protein spike yang menyelubungi badan virus tetap utuh.
Virus corona yang sudah mati tersebut kemudian dicampur dengan senyawa berbasis aluminium yang disebut adjuvan. Senyawa ini berfungsi merangsang sistem kekebalan dan meningkatkan respons terhadap vaksin.
3.Cara kerja Sinovac
Setelah disuntikkan ke dalam tubuh, virus yang sudah dimatikan itu akan memicu sel imunitas bernama Antigen-presenting cell (APC). Sel tersebut kemudian merobek badan virus corona yang sudah mati dibantu dengan sel T sebagai pendeteksi fragmen virus.
Jika menemukan kecocokan, sel T menjadi aktif dan membantu merekrut sel kekebalan lain salah satunya sel B untuk memerangi virus. Sel B bekerja dengan menempelkan proteinnya pada fragmen virus corona.
Setelah protein menempel, sel B akan mengaktifkan antibodi yang berfungsi memblokir dan mencegah virus agar tidak menginfeksi tubuh penerima. Sel B juga bertugas mengingat virus vaksin untuk mengantisipasi apabila tubuh terinfeksi virus yang sama dikemudian hari.
Vaksin AstraZeneca
Vaksin ChAdOx1 nCoV-19 atau AstraZeneca merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh perusahaan asal Inggris-Swedia, AstraZeneca bersama dengan Universitas Oxford. Selain telah digunakan di Inggris, vaksin ini juga telah diresmikan di India, dengan nama Covishield.
1.Efikasi AstraZeneca
Dilansir dari The New York Times, vaksin kembangan AstraZeneca-Oxford ini diklaim memiliki kemanjuran atau efikasi sebesar 82,4 persen. Vaksin ini diberikan dua dosis dalam jangka waktu 12 minggu.
2.Kandungan AstraZeneca
Vaksin AstraZeneca mengandung instruksi genetik DNA untai ganda (adenovirus) virus corona. Dengan adanya instruksi genetik ini, AstraZeneca mampu membentuk paku-paku protein yang menyelubungi badan virus seperti virus corona. Paku-paku protein itu disebut dengan spike. Vaksin ini merupakan modifikasi dari adenovirus simpanse yang bisa masuk ke sel namun tidak bisa bereplikasi.
3.Cara kerja AstraZeneca
Saat disuntikkan kepada penerima, vaksin ini akan bekerja dengan menabrak sel dan menempelkan protein yang ada di permukaannya. Sel kemudian menelan vaksin dan vaksin mulai bergerak ke ruangan penyimpanan DNA sel. Vaksin kemudian mendorong DNA-nya ke dalam nukleus agar dapat dibaca oleh sel dan disalin ke dalam molekul yang disebut mRNA.
Berkat informasi yang diterima oleh mRNA, sel tubuh penerima kemudian mampu meniru patogen dan membuat protein spike yang berfungsi memicu respons imun.
Menurut Medical News Today, cara kerja jenis vaksin ini memungkinkan tubuh penerimanya mengembangkan imunitas terhadap virus yang sama secara spesifik tanpa perlu mengalami infeksi virus yang sejenis, dalam hal ini virus corona.
Editor: Agung DH