Menuju konten utama

Apa Itu The 27 Club dan Kenapa Reformasi Masuk List?

Viral di media sosial Reformasi 1998 masuk dalam list The 27 Club. Ini arti The 27 Club dan alasan kenapa Reformasi 1998 bisa masuk dalam list.

Apa Itu The 27 Club dan Kenapa Reformasi Masuk List?
Pengunjuk rasa memegang poster saat aksi di depan pintu gerbang Pancasila, Gedung DPR, Jakarta, Kamis (20/3/2025). ANTARA FOTO/ Fakhri Hermansyah/nym.

tirto.id - Pengesahan Rancangan Undang Undang Tentara Republik Indonesia (RUU TNI) 2025 menjadi Undang Undang (UU) oleh DPR RIpada Kamis, 20 Maret kemarin, memunculkan istilah “The 27 Club”. Apa itu? Dan kenapa reformasi masuk di list “The 27 Club”?

Beberapa unggahan di media sosial yang memperlihatkan pada anggota “The 27 Club” di tahun ini telah bertambah dengan bergabungnya “Reformasi Indonesia 98” menjadi viral. Netizen banyak yang membenarkan unggahan tersebut.

⁠Apa Itu The 27 Club

"The 27 Club" adalah istilah tidak resmi yang merujuk pada sekelompok musisi, seniman, dan selebriti yang meninggal pada usia 27 tahun.

Istilah ini dibuat setelah melihat beberapa musisi ternama meninggal di usia 27 tahun. Para musisi dan selebriti yang meninggal di usia 27 tahun dan masuk dalam “The 27 Club” seperti Brian Jones pendiri dan gitaris utama dari The Rolling Stones, Kurt Cobain vokalis, gitaris, dan penulis lagu utama Nirvana, penyanyi Janis Joplin, penyanyi Jimi Hendrix, Jim Morrison, Amy Winehouse, Jonghyun SHINee, dan masih banyak lagi.

Semua musisi dan orang-orang ternama ini ditemukan tidak bernyawa dengan penyebab yang berbeda-beda, ada yang overdosis narkoba, keracunan minuman keras, tak sedikit juga yang mengakhiri hidupnya sendiri. Namun, mayoritas mereka pergi di tengah kesuksesan karir mereka.

Kenapa Reformasi Masuk List The 27 Club?

Tidak diketahui dari mana awalnya, baik di akun X maupun Instagram, banyak yang menyebut jika Reformasi 1998 layak masuk dalam list "The 27 Club" karena telah "mati" tahun 2025 ini. Sejak muncul pada 1998 lalu, maka sudah 27 tahun reformasi ada di Indonesia.

Firzie A. Idris, seorang jurnalis juga sependapat jika Reformasi 1998 layak untuk masuk dalam daftar "The 27 Club".

"RIP Reformasi. 1998-2025. Meninggal di usia 27 tahun, sama kaya Jimi Hendrix, Kurt Cobain, Amy Whinehouse dll," tulisnya di akun @firzieidris pada 20 Maret 2025.

Cuitannya itu dikomentari banyak orang yang mayoritas turut membenarkan apa yang disampaikannya.

"Gw lahir ditanggal 27 tahun 98, gw pikir gw udah beruntung lahir disaat era reformasi tapi 27 tahun kemudian malah kembali ke masa gelap itu, jadi trauma sama angka 27," tulis @AmriulJ7.

"Bedanya, mereka meninggal sebagai legenda. Reformasi? Mati karena dikhianati oleh mereka yang dulu mengaku pejuangnya." sahut akun @KhwarizxHayth.

UU TNI 2025 yang baru sehari disahkan DPR RI ini menyulut protes dari banyak kalangan terutama mahasiswa. Seperti aksi unjuk rasa di depan Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat pada Kamis (20/3/2025), yang diikuti gabungan mahasiswa-mahasiswa di Bandung.

“Kita tidak bisa diam. Pengesahan ini dilakukan tanpa persetujuan rakyat, tanpa tanda tangan kita. Maka, kita datang untuk menuntut pencabutan UU TNI,” seru Ainul Mardiah, koordinator aksi.

Menanggapi banyaknya protes dari mahasiswa, Pemerintah menampik tudingan akan kembalinya dwifungsi militer setelah UU TNI disahkan.

"Tidak ada dwifungsi lagi di Indonesia. Jangankan jasad, arwahnya pun sudah nggak ada," tegas Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin dikutip Antaranews (20/3).

Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI M. Sarmuji juga menjamin jika perubahan dalam UU No. 34 Tahun 2004 ini tidak akan mengembalikan dwifungsi militer seperti yang ditakutkan.

"Dwifungsi TNI tidak mungkin kembali, justru RUU TNI memberi limitasi anggota TNI masuk jabatan sipil. Posisi yang bisa diduduki TNI aktif hanya berkaitan dengan tugas dan fungsi TNI, di luar itu TNI harus pensiun jika memang masuk jabatan sipil," jelasnya.

Beberapa penyebab adanya reformasi 1998 kala itu adalah krisis ekonomi yang terjadi sejak 1997 tidak mampu diselesaikan oleh pemerintahan Presiden Soeharto.

Belum lagi tudingan adanya praktek Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN) oleh Presiden Soeharto yang telah memerintah selama 32 tahun, dan tragedi Mei 1998, saat banyak orang menjarah dan melakukan kekerasan dengan sasaran utama adalah etnis Tionghoa. Tentu masih membekas pada ingatan para mahasiswa yang berorasi dan turun ke jalan untuk menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya.

Baca juga artikel terkait REVISI UU TNI atau tulisan lainnya dari Prihatini Wahyuningtyas

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Prihatini Wahyuningtyas
Penulis: Prihatini Wahyuningtyas
Editor: Dipna Videlia Putsanra