tirto.id - Pandemi Covid-19 telah berjalan lebih dari 1,5 tahun. Kondisi ini telah membuat banyak orang mulai apatis. Di awal pandemi mereka sangat menjaga diri dari penularan virus corona, namun perlahan mulai bersikap kurang peduli mencegah penyakit ini.
Pandemic fatigue terjadi saat orang-orang mengalami kejenuhan menghadapi situasi dan kondisi akibat pandemi yang tidak kunjung selesai.
Perubahan sikap tersebut dinamakan dengan pandemic fatigue. Dilansir situs Kawal Covid, WHO menyatakan pandemic fatigue adalah keadaan seseorang yang merasakan lelah karena tidak adanya kepastian berakhirnya pandemi. Mereka mulai tidak peduli untuk mematuhi protokol kesehatan (prokes). Padahal, melalui protokol ini penyebaran virus corona dapat dicegah.
Munculnya respons dari masyarakat dalam wujud pandemic fatigue dinilai sesuatu yang normal. Secara alami, siapa pun dapat mengalaminya karena keadaan yang semakin menjenuhkan akibat pandemi belum tampak akan selesai dalam waktu dekat.
Kendati demikian, penurunan kepatuhan terhadap prokes tidak melulu dipicu pendemic fatigue. Ketidakpatuhan tersebut turut dipengaruhi faktor eksternal lainnya. Contohnya yaitu terjadi tebang pilih penegakan hukum untuk pelanggar prokesm, beragam kabar palsu (hoax) soal pandemi, hingga ketidakkonsistenan informasi mau pun komunikasi mengenai Covid-19 dari negara.
Mengutip laman Hopkins Medicine, pendemic fatigue memunculkan risiko penularan yang lebih cepat. Ketika orang-orang tidak melakukan pencegahan diri dari virus Corona, maka mereka dimungkinkan dapat tertular dari orang banyak yang tidak dikenal. Proses tracking juga menjadi lebih sulit karena orang yang berinteraksi erat sulit ditemukan.
Hal yang perlu dipahami dalam pandemi virus Corona yaitu tidak berakhir dalam waktu dekat. Praktik pencegahan dengan prokes bisa berlangsung berbulan-bulan sampai pengobatan ditemukan atau vaksinasi diterapkan pada mayoritas populasi.
Pandemic fatigue sebisa mungkin dicegah agar penyebaran virus corona dapat ditekan. Beberapa saran yang bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Berkomitmen untuk menjaga perilaku menurut protokol kesehatan.
Komitmen ini menunjukkan sebuah niat yang jelas dan berjanji kepada diri sendiri untuk mencegah penularan Covid-19. Pencegahan akan berdampak pada kebaikan diri sendiri dan sekaligus menyelamatkan orang lain, meski mungkin ada ketidaknyamanan.
Prinsip-prinsip dalam prokes harus ditegakkan bagi diri sendiri. Misalnya memakai masker, menjaga jarak dengan orang lain, dan mencuci tangan.
2. Bersikap fleksibel sesuai rekomendasi kesehatan terkini dari para ahli.
Keilmuan mengenai Covid-19 dimungkinkan akan mengalami perkembangan yang berdampak pada pembaruan saran kesehatan secara kontinyu. Oleh sebab itu, ikuti saran kesehatan dari para ahli tentang penanganan Covid-19 yang paling kekinian.
3. Pastikan mendapatkan informasi yang andal dan bisa dipercaya.
Selama pandemi Covid 19 berlangsung, banyak kabar palsu (hoax) yang beredar. Oleh sebab itu, memilih dan memilah informasi seputar Covid 19 sangat diperlukan dan pastikan bersumber dari pihak yang bisa dipercaya.
4. Latih berbagai tindakan pencegahan hingga menjadi kebiasaan.
Tindakan-tindakan yang berkaitan dengan pencegahan penyebaran virus Corona, jika dirutinkan, dapat menjadi sebuah kebiasaan positif seperti memakai masker dan sebagainya. Hal ini dapat mencegah dari sikap pandemic fatigue karena tindakan tersebut sudah menjadi kebutuhan hidup.
4. Persiapkan kebutuhan untuk pencegahan Covid 19 agar selalu tersedia.
Misalnya kebutuhan terhadap masker, pastikan stoknya terpenuhi setiap saat dan dapat dipakai begitu dibutuhkan.
5. Persiapkan penyeteril tangan (hand sanitizer) yang bisa dibawa ke mana saja.
Fungsinya sebagai pengganti air untuk mencuci tangan pada kondisi darurat. Seseorang tidak pernah tahu apakah dia bisa dengan mudah memperoleh tempat mencuci tangan atau tidak.
6. Berbagi cerita untuk memahami risiko dan konsekuensi saat tidak menerapkan prokes.
Adanya pasien Covid 19 dengan segala gejala penyakit yang muncul adalah nyata. Pahami kisah perjuangan mereka dan bagikan mengenai risiko yang ada agar muncul gambaran betapa tidak nyamannya jika sampai tertular.
7. Berikan anak-anak pilihan saat diminta ikut menerapkan prokes memakai masker.
Mengajak anak-anak untuk mengikuti prokes mungkin sedikit agak susah karena mereka kadang tidak bisa diatur. Agar mereka bisa ikut konsisten, mungkin orang tua dapat memilihkan masker sesuai seleranya.
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yulaika Ramadhani