tirto.id - Interaksi obat merupakan perubahan efek obat saat dikonsumsi bersamaan dengan obat lain atau dengan makanan dan minuman tertentu.
Menurut laman Webmd, ketika obat bekerja dengan benar, maka akan meningkatkan kesehatan dan membantu kita merasa lebih baik.
Namun, obat dapat menimbulkan masalah jika bercampur dengan sesuatu yang kita masukkan ke dalam tubuh, seperti jenis obat yang lain, makanan tertentu, atau alkohol.
Itulah yang dinamakan dengan interaksi obat. Efek dari interaksi obat dapat membuat obat kita berhenti bekerja, kurang efektif, atau bahkan terlalu kuat sehingga memicu efek samping.
Jenis-jenis Interaksi Obat
Interaksi obat terbagi ke dalam tiga jenis. Mengutip dari laman Fda Gov, berikut tiga jenis interaksi obat:
1. Interaksi Obat-obat
Jenis interaksi obat berlangsung ketika dua atau lebih obat bereaksi satu sama lain. Interaksi obat-obat ini bisa saja akan mengakibatkan kita mengalami efek samping yang tidak terduga.
Contohnya, interaksi antara obat yang membantu kita untuk tidur (a sedative) dan obat untuk alergi (anthistamine) bisa memperlambat reaksi. Interaksi dua jenis obat tersebut akan membahayakan jika sedang mengemudi mobil atau mengoperasikan mesin.
2. Interaksi Obat-Makanan atau Minuman
Jenis interaksi ini dihasilkan dari reaksi obat dengan makanan/minuman tertentu. Misalnya, mencampur alkohol dengan beberapa obat mengakibatkan rasa lelah atau memperlambat reaksi kita.
3. Interaksi Obat-Kondisi
Interaksi ini terjadi ketika kondisi medis yang ada membuat obat-obat tertentu menjadi berbahaya jika dikonsumsi. Contohnya, jika kita memiliki tekanan darah tinggi, kita dapat mengalami reaksi yang tidak diinginkan apabila menggunakan dekongestan hidung.
Jenis Interaksi Obat-obat yang Harus Dihindari
Mengutip dari laman Webmd, ada banyak jenis obat yang tidak boleh dikonsumsi bersamaan. Secara umum, jangan menggunakan kombinasi obat-obat di bawah ini:
1. Dua atau lebih obat yang berbagi bahan aktif. Interaksi ini menimbulkan efek samping atau overdosis. Bahan aktif adalah bahan kimia dalam obat yang mengobati kondisi atau gejala. Kita harus selalu mengecek melalui label obat.
2. Obat pengencer darah dengan NSAID. Interaksi ini memunculkan potensi pendarahan berbahaya bisa naik. NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid) adalah pereda nyeri seperti ibuprofen atau naproxen. Jika menggunakan pengencer darah, jangan lupa untuk meminta dokter menyarankan jenis obat nyeri yang dijual bebas dan dosis yang lebih aman.
3. Pil dengan antihistamin. Interaksi ini menyebabkan kita bereaksi lebih lambat, yang akan membahayakan kita untuk mengemudi atau bekerja dengan alat berat.
Beberapa kombinasi obat-obat lain yang bisa berbahaya adalah:
- Pereda nyeri NSAID dengan obat tekanan darah;
- Obat tiroid yang disebut levothyroxine dengan obat penghambat pompa proton penghambat asam yang disebut omeprazole;
- Antidepresan SSRI dengan obat lain yang mempengaruhi serotonin (seperti dekstrometorfan, linezolid, tramadol, dan trazodone);
- Statin penurun kolesterol dengan obat antijamur dan fibrat yang biasa disebut obat "azole";
- Antibiotik klaritromisin dengan jenis obat tekanan darah yang disebut calcium channel blocker.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Alexander Haryanto