tirto.id - Di lingkungan kerja, seorang pemimpin bertugas untuk membimbing dan mengarahkan timnya agar mencapai tujuan bersama. Namun, ketika hal ini dilakukan secara berlebihan, muncul apa yang disebut micromanagement.
Micromanagement membatasi perkembangan karyawan dan tim dalam mencapai tujuan. Sering kali, orang-orang menganggap micromanagement sebagai perhatian berlebihan terhadap detail. Namun, micromanagement lebih dari sekadar memperhatikan detail kecil.
Selain berdampak pada karyawan, micro managing juga merugikan pemimpin itu sendiri. Pemimpin yang merasa dirinya yang bisa menyelesaikan tugas dengan benar cenderung mengabaikan kontribusi karyawan dan terlalu fokus pada detail kecil, yang pada akhirnya menghambat pencapaian target. Untuk lebih memahami gaya kepemimpinan ini, simak terus penjelasan lengkap berikut.
Apa Itu Micromanagement?
Micromanagement adalah gaya kepemimpinan yang melibatkan kontrol berlebihan dan perhatian mendetail terhadap setiap aspek pekerjaan tim.
Pemimpin 'mikro' sering kali memantau secara cermat apa yang dilakukan anggota tim, ingin tahu kemajuan pekerjaan, dan bahkan terlibat langsung dalam tugas yang sudah diberikan.
Meski menetapkan harapan dan memastikan akuntabilitas adalah bagian dari manajemen yang baik, terlalu fokus pada hal-hal kecil dan terlibat berlebihan bisa berujung pada gaya kepemimpinan micromanagement. Gaya ini berisiko membuat pemimpin kurang efektif dalam memotivasi tim secara keseluruhan.
Contoh Micromanagement
Seorang manajer mungkin berpikir bahwa memantau tiap tindakan kecil bisa memotivasi karyawan. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Gaya kepemimpinan ini dapat merusak kepercayaan diri dan kreativitas pekerja.
Bagaimana praktik gaya kepemimpinan yang mencerminkan micromanagement? Berbagai contoh micromanaging berikut bisa memberikan gambaran.
1. Contoh Micromanagement di Kantor
Beberapa contoh micromanaging di kantor seperti dilansir dari laman Office RnD, adalah sebagai berikut:- Terus-menerus mengawasi karyawan saat bekerja.
- Mengkritik hasil kerja secara berlebihan dan membuat perubahan yang tidak perlu.
- Mengatur waktu istirahat dengan ketat, termasuk waktu ke kamar mandi.
- Menetapkan batas waktu yang ketat untuk setiap tugas dan menjadi defensif jika tidak tercapai.
- Memaksa karyawan bekerja lembur tanpa kompensasi untuk menyelesaikan detail kecil.
- Mengambil alih pekerjaan jika karyawan mempertanyakan instruksi.
- Membatasi akses ke sumber daya dan meminta karyawan untuk selalu berkonsultasi dengan manajer.
- Melarang percakapan santai di kantor dengan memisahkan ruang kerja.
- Menolak solusi kreatif tanpa alasan jelas.
- Mengabaikan kontribusi individu atau mengambil kredit atas hasil kerja karyawan.
2. Contoh Micromanagement di Lingkungan Kerja Online
Meskipun bekerja secara virtual sering tak terlihat, beberapa perilaku berikut juga dapat dikategorikan sebagai micromanagement,yakni:- Mengirim email atau pesan instan secara berlebihan.
- Meminta untuk selalu di-CC dalam email yang tidak relevan.
- Memberikan instruksi yang terlalu rinci untuk tugas-tugas sederhana, sehingga tidak ada ruang untuk inisiatif pribadi.
- Meminta laporan kemajuan setiap jam melalui alat manajemen proyek.
- Melacak aktivitas browsing menggunakan alat pemantauan keyboard atau mouse.
- Meminta screenshot sebagai bukti bahwa tugas dilakukan dengan benar.
- Mengadakan check-in video tanpa pemberitahuan beberapa kali sehari.
- Mengawasi log kerja harian atau permintaan cuti dengan cermat dan membandingkan kinerja antar karyawan.
- Melarang sosialisasi virtual dan menganggap kegiatan bersama tim di luar jam kerja sebagai pemborosan waktu.
- Mengecek ulang semua pekerjaan visual, seperti mendikte tampilan setiap slide dan mengubah pilihan kata atau arah proyek sepenuhnya.
Efek Micromanagement
Micromanagement sering dianggap merusak semangat kerja karyawan. Berikut adalah 7 dampak negatif dari micromanagement:
1. Moral Karyawan Menurun
Perilaku Micromanagement seringkali menunjukkan kurangnya kepercayaan pada tim, yang dapat merusak kepercayaan diri dan mengurangi semangat kerja.2. Motivasi Karyawan Merosot
Pemantauan yang berlebihan tentunya bisa membuat karyawan kehilangan minat dan menjadi kurang termotivasi, yang akan berdampak pada produktivitas.3. Karyawan Merasa Tidak Berdaya
Aturan yang ketat tanpa fleksibilitas membuat karyawan merasa tidak memiliki kendali atas pekerjaan mereka. Hal ini akan membuat karyawan sulit menunjukkan potensinya untuk berkembang.4. Karyawan Meragukan Kemampuan Dirinya
Feedback yang terus-menerus dapat membuat karyawan merasa tidak yakin dengan kemampuan mereka sendiri.5. Karyawan Merasa Mereka Selalu Salah
Kritik berlebihan terhadap kesalahan kecil membuat karyawan merasa tidak kompeten, yang dapat menurunkan produktivitas.6. Tidak Ada Kerja Tim yang Didukung
Karyawan merasa tidak bisa bekerja sama dengan rekan kerja karena semua keputusan harus melalui manajer.7. Kreativitas Terhambat
Lingkungan yang dikendalikan secara ketat membuat karyawan enggan berpikir kreatif, menghambat potensi mereka.Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Addi M Idhom