tirto.id - Filler payudara banyak dibicarakan beberapa hari terakhir di media sosial. Sesuai dengan namanya filler payudara merupakan prosedur pengisian bagian kulit payudara untuk meningkatkan volume dan kekencangan payudara.
Dilansir dari Ultimo Clinic, prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan asam hialuronat (hialuronic acid) pada payudara.
Sayangnya, meski filler payudara ditawarkan oleh sejumlah klinik kecantikan, banyak ahli yang tidak merekomendasikan prosedur ini. Hal ini karena filler payudara berpotensi menimbulkan efek samping yang berbahaya. Salah satunya seperti yang dialami oleh model sekaligus selebgram Monica Indah.
Melalui Instagram resminya, Moonicaindah mengatakan bahwa dirinya mengalami infeksi serius di bagian payudara setelah tiga minggu melakukan prosedur filler.
"Saya muncul gejala setelah 3 minggu. Nah, jujur ya, saya kurang edukasi untuk filler payudara ini" tulis Monica seperti yang dilansir dari Instagram resminya Senin (15/3/2021)
Apa efek samping dari filler payudara?
Menurut Ultimo Clinic, prosedur filler payudara kini telah dilarang di Eropa dan Amerika Serikat. Hal ini karena efek sampingnya yang berbahaya bahkan dapat mengancam nyawa. Efek sampinginfeksi akibat filler payudara risikonya tinggi terjadi karena payudara memiliki pembuluh darah yang kompleks.
Infeksi tersebut terjadi karena efek filler menyebabkan penyumbatan di pembuluh darah. Infeksi yang mungkin dialami adalah mastitis atau pembengkakan pada jaringan paydara. Menurut Mayo Clinic, mastitis ditandai dengan sejumlah gejala seperti demam, nyeri di payudara, kemerehan, rasa panas, dan bengkak.
Kasus infeksi akibat filler biasanya ditangani dengan pengobatan antibiotik dan penghilang rasa sakit. Namun pada kasus terburuk pembengkakan terjadi berulang sehingga membutuhkan prosedur pembedahan.
Risiko meningkat jika tidak dilakukan di klinik berlisensi
Prosedur filler payudara hanya boleh dilakukan oleh dokter spesialis dermatologi di klinik berlisensi. Hal ini karena prosedur filler payudara sangat rumit.
"Dibutuhkan banyak keterampilan dan panduan ultrasound untuk dapat menyuntikkan filler ke bidang yang tepat dan seringkali, cara melakukannya tidak seperti itu,” kata Dr Harjit Kaur, ahli bedah endoktrin Pusat Medis Prince Court, seperti yang dilansir dari The Star.
Lebih lanjut, Kaur menyebutkan bahwa terdapat banyak kasus filler disuntikkan langsung ke jaringan payudara oleh praktisi klinik tak berlisensi. Padahal ini menimbulkan konsekuensi medis yang berbahaya.
“Saya juga pernah memiliki pasien yang berakhir di Unit Perawatan Intensif karena penekanan kekebalan akut setelah suntikan pengisi payudara" katanya. Hal ini karena tubuh penerima filler merespons cairan filler sebagai benda asing dan mengakibatkan penolakan dari sistem tubuh.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Nur Hidayah Perwitasari