tirto.id - Kisah seorang ibu bernama Kanti Utami di Brebes, Jawa Tengah menjadi perbincangan hangat di masyarakat karena ia tega membunuh anaknya sendiri. Kanti Utami menganiaya tiga anaknya dengan cara yang begitu sadis. Dua di antaranya mengalami luka serius dan dilarikan ke rumah sakit, sedangkan satu anaknya tewas di tempat akibat luka sayatan di leher.
Menurut video yang beredar di media sosial, Kanti mengatakan alasannya membunuh buah hatinya. Ia merasa khawatir anak-anaknya akan mendapat bentakan dari ayah mertuanya, Amin. Ia pun merasa harus menyelamatkan anak-anaknya agar tidak menderita.
"Saya mau menyelamatkan anak saya. Amin bapaknya suami saya, saya cuma mau taubat, sebelum saya mati, saya cuma mau menyelamatkan anak-anak biar enggak dibentak-bentak," katanya.
Warganet berspekulasi bahwa Kanti mengalami depresi berat lantaran tekanan hidup yang ia tanggung bertahun-tahun lamanya. Dalam video itu dia sempat menceritakan kalau ingin mendapat kasih sayang dari suami.
"Saya enggak gila Pak. Saya pengin disayang sama suami. Tapi suami saya sering nganggur, saya enggak sanggup kalau kontrak kerjanya habis lagi," ujar Kanti kepada polisi dalam video yang viral di media sosial.
Saat ini, polisi masih menyelidiki kasus itu untuk mencari motif dan alasan mengapa Kanti tega melakukan itu kepada anak-anaknya.
Apa Itu Filicide?
Dalam istilah psikologi, peristiwa memilukan itu disebut dengan filicide, yakni pembunuhan anak sendiri yang termasuk dalam kejahatan tak terduga.
Menurut laman The Conversation, fiilicide adalah istilah umum yang mengacu pada pembunuhan seorang anak oleh orang tua atau orang tua yang setara.
Seperti dikutip laman IGI Global, pembunuhan seorang anak (oleh salah satu orang tua atau keduanya) dalam kelompok usia 1 tahun sampai 18 tahun masih bisa dikategorikan sebagai filicide.
Fenomena filicide paling terkenal adalah kasus Andrea Yates karena tega membunuh kelima anaknya dengan tangannya sendiri. Peristiwa tersebut terjadi pada 20 Juni 2001.
Andrea Yates menenggelamkan kelima anaknya, yang berusia antara enam bulan hingga tujuh tahun, di bak mandi di rumahnya. Sebelumnya, Yates memang telah menunjukkan gejala depresi dengan psikosis yang diperparah pada periode postpartumnya.
Saat kasus itu ditangani, Yates dalam pernyataan mengatakan bahwa dia adalah ibu yang buruk dan dia khawatir anak-anaknya tidak akan tumbuh dengan baik karena kekurangannya. Dia mencatat bahwa dia membunuh mereka untuk menyelamatkan mereka dari kutukan abadi.
Melansir jurnal NCBI, dalam upaya untuk membantu memahami motivasi orang tua membunuh anaknya, beberapa sistem klasifikasi pembunuhan telah dirancang berdasarkan jenis kejahatan dan jenis kelamin pelaku. Sistem tersebut berfungsi untuk menggambarkan motif di balik kejahatan ini dengan lebih baik.
Adapun sistem klasifikasi pertama diterbitkan pada tahun 1927 dan membagi ibu yang melakukan filicide menjadi dua kelompok, yakni mereka yang melakukan tindakan tersebut saat menyusui dan mereka yang melakukannya setelah akhir menyusui.
Meskipun tidak disukai, sistem ini didasarkan pada gagasan penting bahwa filicide mungkin dimotivasi oleh perubahan hormonal dan stresor yang terkait, dengan melahirkan dan merawat bayi.
Selanjutnya, penelitian pada tahun 1957 menetapkan dua kelompok ibu yang membunuh bayi mereka di hari pertama bayi itu dilahirkan.
Motivasi dan Alasan Orang Melakukan Filicide
Berdasarkan penelitian pada tahun 1969 oleh Phillip Resnick. Dia pernah meninjau 131 kasus pembunuhan yang dilakukan oleh pria dan wanita yang dibahas dalam literatur psikiatri dari tahun 1751 hingga 1967.
Dia mengembangkan lima kategori untuk menjelaskan motif yang mendorong orang tua untuk membunuh anak-anak mereka, antara lain:
1. Filicide Altruistik
Orang tua membunuh anak dengan alasan demi kepentingan terbaik untuk anak.
2. Filicide Psikotik Akut
Orang tua, menanggapi psikosis, membunuh anak tanpa motif rasional lainnya. Kategori ini juga dapat mencakup insiden sekunder yang terjadi sekunder akibat respons otomatis yang terkait dengan kejang atau aktivitas yang terjadi dalam keadaan pasca-iktal (setalah kejang).
3. Pembunuhan Anak yang Tidak Diinginkan
Orang tua membunuh anak, yang dianggap sebagai penghalang. Kategori ini juga mencakup orang tua yang mendapat manfaat dari kematian anak dalam beberapa cara (misalnya, mewarisi uang asuransi, menikahi pasangan yang tidak menginginkan anak tiri).
4. Filicide yang Tidak Disengaja
Orang tua secara tidak sengaja membunuh anak sebagai akibat dari pelecehan. Kategori ini mencakup sindrom Munchausen yang jarang terjadi berdasarkan proxy.
5. Filicide Balas Dendam Pasangan
Orang tua membunuh anak sebagai cara untuk membalas dendam pada pasangannya, mungkin karena perselingkuhan atau pengabaian.
Penulis: Nurul Azizah
Editor: Alexander Haryanto