tirto.id - Ketika mengalami peristiwa tidak menyenangkan, pikiran atau mental seseorang dengan sadar maupun tidak sadar akan berusaha mengatasi situasi tersebut. Proses mengatasi keadaan tidak menyenangkan itu terbagi menjadi dua, yakni dengan melakukan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism) atau melakukan mekanisme koping psikologi (coping mechanism). Lantas, apa pengertian kedua konsep tersebut dan apa juga perbedaannya?
Secara instingtif, ketika kita mengalami masalah, kita akan berusaha mengatasi masalah tersebut. Dalam istilah psikologi, mengatasi problem itu dikenal dengan istilah mekanisme koping atau juga mekanisme pertahanan diri.
Dua konsep ini biasanya dipelajari dalam psikologi klinis. Mekanisme koping termasuk dalam bahasan stres, sedangkan mekanisme pertahanan diri termasuk dalam bahasan psikoanalisis.
Keduanya merupakan cara agar manusia tetap waras dan sebagai strategi agar terbebas dari tekanan mental, baik itu dalam jangka pendek atau jangka panjang.
Sebagai misal, seseorang bisa jadi memiliki cita-cita dan ambisi menjadi polisi atau tentara. Sayangnya, meskipun ia sudah melakukan tes masuk berkali-kali, namun ia tetap gagal masuk sekolah polisi atau pendidikan tentara.
Karena stres dan kalut, ia kemudian mabuk-mabukan untuk melupakan kegagalannya tersebut. Perilaku mabuk-mabukan ini termasuk dalam mekanisme koping emosional, dilakukan untuk mengatasi masalah emosional dan mengalihkannya agar ia lupa sesaat terhadap problem yang ia alami.
Selanjutnya, sebagai strategi agar ia tidak terlalu kecewa, ia tetap melanjutkan kuliah, kemudian aktif berorganisasi di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Resimen Mahasiswa (Menwa) sebagai cara agar tetap merasakan pendidikan militer (meskipun sangat minim) di organisasi Menwa kampus.
Hal itu dikenal sebagai mekanisme pertahanan diri sublimasi yang dilakukan untuk menurunkan standar ambisi. Namun, ia masih ingin mencicipi sedikit dari hal-hal yang ia cita-citakan, meskipun belum bisa tercapai.
Pengertian Mekanisme Pertahanan Diri atau Defense Mechanism
Dalam kajian psikoanalisis, mekanisme pertahanan diri artinya metode yang digunakan individu untuk mengatasi perasaan takut, cemas, dan tidak aman yang ia rasakan.
Tindakan mekanisme pertahanan diri umumnya dilakukan secara tidak sadar. Ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Individu yang melakukan mekanisme pertahanan diri menyangkal, memalsukan, atau mendistorsi kenyataan.
Pada contoh di atas, individu mendistorsi kenyataan bahwa ia tidak diterima sebagai polisi atau tentara, namun bergabung sebagai anggota Menwa yang tetap memakai baju berseragam, seakan-anak polisi atau tentara di kalangan mahasiswa.
2. Bekerja secara tidak sadar sehingga individu yang melakukan mekanisme pertahanan diri tidak tahu apa yang sedang terjadi
Secara umum, ada banyak jenis mekanisme pertahanan diri, selain sublimasi yang dicontohkan di atas, ada juga jenis pengelakan (displacement).
Sebagai misal, seorang anak yang dimarahi ibunya, namun karena ia tidak bisa membalas atau menyampaikan kekesalannya, ia kemudian menendang kursi.
Tindakan menendang kursi itu dilakukan sebagai cara melampiaskan emosinya. Ia menyangkal bahwa ia tidak bisa memarahi ibunya balik, kemudian mengalihkan amarah itu ke benda yang tidak bisa membalasnya.
Pengertian Mekanisme Koping atau Coping Mechanism
Berbeda dari mekanisme pertahanan diri yang dilakukan secara tidak sadar, ada juga istilah mekanisme koping yang dilakukan dengan penuh kesadaran.
Dalam kasus ini, ketika seseorang mengalami stres, masalah, atau peristiwa traumatik, ia akan berusaha mengatasi problem tersebut. Inilah yang dikenal dengan mekanisme koping, sebagaimana dilansir Good Therapy.
Secara umum, mekanisme koping terbagi atas dua jenis, yakni koping fokus masalah dan koping fokus emosi. Penjelasannya adalah sebagai berikut:
Pertama, koping fokus masalah dilakukan secara langsung mengatasi masalah yang ia alami.
Sebagai misal, seseorang yang terlilit hutang dan stres atau banyaknya pinjaman yang ia miliki.
Dengan mekanisme koping fokus masalah, ia akan bekerja keras atau mencari pekerjaan sampingan agar bisa membayar hutangnya tersebut.
Kedua, koping fokus emosi dilakukan secara tidak langsung dengan mengatasi perasaan negatif yang ia rasakan.
Dengan contoh yang sama, seseorang yang stres karena terlilit hutang besar dapat bermabuk-mabukan untuk mengatasi pikiran kalutnya.
Karakteristik koping fokus emosi adalah tidak mengatasi secara langsung sebab masalah tersebut, melainkan dengan mengurangi tekanan emosional dengan melakukan tindakan-tindakan yang tidak berhubungan dengan masalah tersebut.
Editor: Yantina Debora