Menuju konten utama

Mengenal Carbon Offset dalam Upaya Pengurangan Emisi

Carbon offset dikenal sebagai salah satu solusi untuk mengatasi perubahan iklim akibat pembuangan gas berbahaya ke udara. Lalu, apa manfaat carbon offset?

Mengenal Carbon Offset dalam Upaya Pengurangan Emisi
Ilustrasi carbon offset. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Carbon offset sebenarnya merupakan istilah yang sudah muncul sejak lama dan kerap digunakan dalam konteks lingkungan. Namun, masyarakat luas mungkin belum terlalu familiar dengan istilah ini.

Tidak sedikit orang yang penasaran dan bertanya mengenai apa itu carbon offset? Apa saja manfaat carbon offset? Bagaimana cara kerjanya pada lingkungan?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, berikut akan dijelaskan secara terang terkait proyek tebus karbon atau tebus emisi karbon yang biasa dilakukan oleh perusahaan penghasil polusi.

Apa yang Dimaksud Carbon Offset?

Carbon offset atau dalam bahasa Indonesia disebut kompensasi karbon adalah sebuah skema yang memungkinkan individu dan perusahaan untuk berinvestasi dalam proyek lingkungan di seluruh dunia guna menyeimbangkan jejak karbon yang dihasilkan.

Dikutip dari laporan The Guardian, proyek carbon offset biasanya berbasis di negara-negara berkembang dan umumnya dirancang untuk mengurangi emisi di masa mendatang.

Skema tabus karbon mungkin melibatkan peluncuran teknologi energi bersih atau pembelian dan penarikan carbon credit dari perdagangan emisi. Skema lainnya bekerja dengan menyerap CO2 langsung dari udara melalui penanaman pohon.

Secara lebih spesifik, Climate Portal menjelaskan bahwa carbon offset adalah “hak” atau sertifikat yang diperjualbelikan terkait dengan kegiatan menurunkan jumlah CO2 di atmosfer.

Dengan membeli sertifikat tersebut, seseorang atau kelompok dapat mendanai proyek untuk melawan perubahan iklim. Sertifikat tersebut dapat "mengimbangi" emisi CO2 pembeli dengan jumlah pengurangan CO2 yang sama di tempat lain.

Namun, dinukil dari laporan Carbon Market Watch, sistem kompensasi karbon sebenarnya tidak selalu berimpak positif. Carbon offset sering kali dijadikan sebagai alasan oleh perusahaan untuk menghindari pengurangan emisi yang sebenarnya.

Fenomena carbon offset yang hanya dijadikan sebagai tameng ini berisiko menciptakan "fatamorgana netralitas iklim", terutama saat emisi benar-benar meningkat.

Manfaat Carbon Offset bagi Lingkungan dan Perusahaan

Manfaat carbon offset berkaitan erat dengan proyek-proyek yang dilakukan sebagai upaya menyeimbangkan jejak karbon.

Implementasi carbon offset dapat memberikan manfaat dalam berbagai jenis bidang, seperti dijelaskan dalam artikel berjudul "Carbon Offsets: Balancing Out Negative Eco-Footprint" yang dipublikasikan di laman EOS Data Analytics. Berikut beberapa bidang yang memperoleh manfaat carbon offset.

1. Kehutanan

Proyek-proyek yang berfokus pada reboisasi, penghijauan, pencegahan penggundulan hutan, dan kehutanan berkelanjutan, dianut secara luas untuk mengimbangi emisi gas rumah kaca.

Tanpa pohon untuk menyerap dan menyimpan karbon, kadar CO2 atmosfer akan lebih tinggi, yang memperburuk pemanasan global. Pemantauan Hutan EOSDA merupakan sumber informasi yang bermanfaat bagi mereka yang terlibat atau tertarik untuk berinvestasi dalam proyek-proyek carbon offset bidang kehutanan.

2. Pertanian

Sekitar 30 persen dari emisi gas rumah kaca tahunan dunia berasal dari berbagai kegiatan pertanian. Carbon offset pertanian dapat mendorong perubahan positif dalam industri.

Penangkapan metana (CH4), penyerapan karbon tanah, penghindaran konversi padang rumput menjadi lahan pertanian, biochar, dan agroforestri merupakan proyek pertanian yang paling menjanjikan saat ini.

3. Energi terbarukan

Carbon offset sangat penting untuk membiayai proyek-proyek energi terbarukan, seperti pembangunan atau pemeliharaan pabrik tenaga surya, angin, dan hidrogen, di seluruh dunia.

Selain meningkatkan kapasitas energi terbarukan jaringan, investasi dalam proyek-proyek ini menghasilkan peluang kerja, mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, dan mendukung perluasan sektor ini.

4. Efisiensi energi

Pengimbangan jejak karbon sering kali dilakukan dalam bentuk inisiatif untuk meningkatkan efisiensi energi. Mirip dengan program energi terbarukan, proyek-proyek ini bertujuan menangkal emisi dengan mengurangi ketergantungan pada apa yang disebut "energi kotor" dari bahan bakar fosil.

Proyek-proyek ini biasanya akan mendorong pembangunan gedung-gedung bersertifikasi LEED berenergi rendah serta penggantian peralatan pembakaran.

5. Penerbangan

Operasi penerbangan penumpang adalah yang paling berbahaya dari sekian banyak aktivitas terkait penerbangan yang melepaskan CO2. Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation (CORSIA) merupakan upaya untuk mengimbangi emisi di sektor ini.

Dengan begitu, perusahaan penerbangan dapat melakukan kompensasi karbon dengan membeli dan menjual kredit di pasar global.

6. Pengelolaan air

Akses ke air bersih merupakan masalah utama bagi banyak orang yang tinggal di daerah perdesaan, khususnya di Afrika. Sayangnya, air yang mereka dapatkan sering kali tidak layak untuk dikonsumsi manusia karena polusi atau keberadaan mikroorganisme berbahaya.

Satu-satunya pilihan yang tersedia bagi penduduk setempat untuk membuatnya sedikit lebih aman adalah merebusnya. Proyek pengelolaan air yang lebih baik dan peningkatan ketersediaan air murni menghasilkan emisi CO2 lebih rendah karena lebih sedikit air yang perlu direbus.

7. Pengelolaan limbah

Limbah padat dapat diubah menjadi sumber berbiaya rendah dalam mempromosikan keberlanjutan. Mengurangi dampak negatif limbah terhadap manusia, satwa liar, dan lingkungan, merupakan tujuan utama kompensasi gas rumah kaca dalam pengelolaan limbah. Mengurangi sampah TPA dan emisi merupakan keuntungan ganda dari daur ulang dan penggunaan kembali limbah.

8. Penyerapan karbon

Penyerapan karbon bergantung pada teknik untuk menyimpan gas di lokasi yang sangat tidak mungkin dilepaskan lagi. Tanah, lahan basah, dan pohon, dapat digunakan sebagai tempat penyimpanan CO2 yang dikeluarkan dari atmosfer. Sebagian besar emisi CO2 diserap melalui serapan biologis berbasis lahan seperti hutan dan tanaman.

Cara Kerja Carbon Offset pada Lingkungan

Secara sederhana, cara kerja carbon offset melibatkan pihak yang mengeluarkan gas rumah kaca dan CO2 ke atmosfer dengan membayar pihak lain agar mengurangi polusi.

Seperti dicontohkan melalui Carbon Brief, maskapai penerbangan di negara maju, yang ingin mengklaim telah mengurangi emisinya, dapat membayar agar sepetak hutan hujan di Amazon dilindungi. Hal ini secara teori “menghilangkan” sebagian polusi yang dihasilkan maskapai penerbangan.

Bukan hanya bisnis yang mengandalkan carbon offset. Negara-negara ekonomi besar juga berinvestasi dalam carbon offset sebagai cara untuk memenuhi target emisi internasional mereka, dengan kompensasi menjadi pokok bahasan utama dalam negosiasi iklim PBB.

Namun, cara kerja carbon offset sebenarnya sangat berpotensi menimbulkan masalah. Dilansir The Guardian, problem dari sistem tebus emisi karbon ini cukup besar. Carbon offset bisa dijadikan sebagai klaim semata oleh perusahaan agar mereka tampak peduli lingkungan. Mereka juga bisa bertindak licik dengan menjual carbon offset yang sudah dijual sebelumnya.

Masih merujuk pada laporan yang sama, sistem tebus karbon ini sebenarnya tidak muncul dari pemerhati lingkungan, melainkan berasal dari para politisi dan eksekutif bisnis. Pada dasarnya, mereka hanya ingin mencoba memenuhi tuntutan untuk bertindak sambil mempertahankan status quo komersial.

Baca juga artikel terkait EMISI KARBON atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Fadli Nasrudin