tirto.id - Isu galon yang mengandung BPA tengah ramai diperbincangkan publik. Hal tersebut terjadi setelah dr.Richard Lee mengangkat masalah ini dan menyatakan bahwa kemasan salah satu merek air minum di Indonesia mengandung BPA.
BPA atau Bisphenol A merupakan bahan kimia yang sering digunakan dalam industri untuk membuat plastik polikarbonat dan resin epoksi sejak 1950-an.
Jenis plastik polikarbonat sering ditemukan pada wadah penyimpanan makanan dan botol minuman. Sementara resin epoksi dimanfaatkan untuk melapisi bagian dalam produk logam seperti kaleng dan tutup botol.
Saat makanan atau minuman disimpan dalam wadah plastik yang mengandung BPA, zat BPA tersebut diketahui dapat meresap ke dalam makanan/minuman. Dengan demikian, BPA akan ikut masuk ke dalam tubuh manusia dan bisa berpengaruh pada kesehatan manusia secara keseluruhan.
Perlu diketahui juga bahwa BPA dalam kadar yang sangat rendah masih dianggap aman bagi tubuh. Hal inilah yang kemudian mendorong pemerintah membuat aturan mengenai batas aman migrasi BPA pada kemasan plastik.
Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan persyaratan batas migrasi BPA pada kemasan plastik polikarbonat (PC) adalah 0,6 bpj (bagian per juta).
Sementara pada 2018, Uni Eropa diketahui sudah memperketat aturan dan menetapkan syarat migrasi BPA menjadi 0,5 bpj. Sedangkan di beberapa negara seperti Prancis, Brasil, dan Vermont justru telah melarang penggunaan BPA pada kemasan pangan.
Ciri-Ciri Galon BPA Free
Dikutip dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, plastik polikarbonat (PC) yang mengandung BPA biasa dipakai untuk galon air minum dan peralatan makan bayi, termasuk botol susu. Meski demikian, Anda tetap bisa menemukan merek atau perusahaan air minum yang sudah menggunakan galon bebas BPA.
Setidaknya ada dua ciri yang bisa diperhatikan untuk mengetahui apakah kemasan pangan tersebut mengandung BPA atau tidak. Berikut cirinya:
1. Kode kemasan pangan
Perlu diketahui bahwa ada banyak jenis plastik yang dapat dipakai sebagai kemasan pangan. Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian No.24/M-IND/PER/2010, setiap kemasan pangan wajib mencantumkan kode atau logo daur ulang.
Diketahui ada 7 macam kode yang biasa dicantumkan dalam kemasan pangan, kode tersebut berupa angka 1 sampai 7, berikut rinciannya:
- Kode 1: PET/PETE (Polyethylene Terephthalate)
- Kode 2: HDPE (High Density Polyethylene)
- Kode 3: PVC (Polyvinyl Chloride)
- Kode 4: LDPE (Low Density Polyethylene)
- Kode 5: PP (Polypropylene)
- Kode 6: PS (Polystyrene)
- Kode 7: Other (lain-lain)
Jadi, jika Anda ingin menggunakan kemasan pangan yang bebas BPA, pastikan kemasan tersebut tidak mencantumkan kode angka 7.
2. Dilihat dari ketahanan panasnya
Beberapa jenis plastik seperti PET, HDPE, PVC, LDPE, PP, dan PS diketahui dapat melunak jika dipanaskan dengan suhu sekitar 70-140 derajat celcius. Sementara plastik polikarbonat (PC) relatif stabil terhadap pemanasan dan baru melunak secara bertahap pada suhu sekitar 150 derajat celcius.
Efek Samping BPA pada Tubuh Manusia
Dilansir dari laman Webmd, berikut beberapa dampak negatif BPA terhadap kesehatan tubuh manusia:
1. Mempengaruhi hormon
Para ahli menilai bahwa BPA bisa bertindak seperti hormon sehingga BPA bisa mengganggu kadar hormon yang ada dalam tubuh manusia. Hal ini juga diyakini bisa mempengaruhi perkembangan janin, bayi, dan anak-anak.
2. Gangguan otak dan perilaku
BPA juga dapat menimbulkan efek samping pada otak dan perilaku, khususnya pada anak-anak. Hal ini didukung oleh sejumlah hasil penelitian yang membuktikan bahwa BPA bisa mengganggu fungsi otak dan memicu gangguan perkembangan saraf, termasuk autisme dan attention deficit/hyperactivity disorder (ADHD)
3. Kanker
Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa paparan BPA bisa meningkatkan risiko penyakit kanker. BPA diketahui dapat mengganggu endokrin dan memicu kanker yang berkaitan dengan hormon seperti kanker payudara, kanker ovarium, hingga kanker prostat.
4. Gangguan jantung
Terdapat studi yang menunjukkan bahwa paparan BPA tinggi dalam tubuh dapat memicu masalah pada organ jantung. Namun, hubungan antara BPA dan gangguan jantung masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
5. Masalah kesehatan lain
Para ahli masih terus meneliti efek samping BPA terhadap kesehatan. Zat kimia ini diduga dapat memicu obesitas, diabetes, mempengaruhi perkembangan pada bayi, serta masalah kesehatan lainnya.
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari