tirto.id - Agama Kapitan Pattimura dipertanyakan publik usai viralnya teori kontroversial Ustaz Adi Hidayat (UAH). Adi Hidayat menyebut nama asli pahlawan nasional Kapitan Pattimura bukanlah Thomas Matulessy, melainkan Ahmad Lussy. Sebelumnya, teori ini juga termuat dalam buku Ahmad Mansur Suryanegara berjudul Api Sejarah.
Dalam buku tersebut, Mansur menyatakan Pattimura adalah Ahmad Lussy saat dia menjelaskan imperialisme Belanda. Belanda ingin memutus hubungan kesultanan Turki dengan kekuasaan Islam di Nusantara. Belanda ingin menguasai wilayah produsen rempah-rempah di luar Jawa, sebelum dan sesudah adanya tanam paksa.
Salah datu daerah yang hendak dikuasai Belanda itu adalah Kepulauan Maluku, kawasan penghasil rempah-rempah. Saat itulah muncul Kapitan Pattimura yang berjuang melawan penjajah. Dalam bukunya, Mansur menyebut Pattimura adalah seorang muslim.
"Bangkitlah perlawanan bersenjata dipimpin oleh Kapten Pattimura, 1817 M. Di Ambon penyandang nama Pattimura adalah Muslim. Oleh karena itu, salahlah jika dalam penulisan sejarah, Kapten Pattimura disebut seorang penganut Kristen," tulis Mansur.
Benarkah teori yang menyatakan Kapitan Pattimura adalah Muslim dan bernama Ahmad Lussy?
Apa Agama Kapitan Pattimura?
Bukan sekali ini saja agama Kapitan Pattimura jadi perdebatan. Namun teori ini viral kembali karena video khotbah yang disampaikan Adi Hidayat.
Pattimura lahir dengan nama Thomas Matulessy pada 8 Juni 1783 di Haria, Pulau Saparua, Maluku. Ada dua versi asal-usul Pattimura yang cukup dikenal publik.
Menurut buku tentang Pattimura versi pemerintah RI yang pertama kali diterbitkan, Sedjarah Perdjuangan Pattimura: Pahlawan Indonesia karya M. Sapija (1960), Pattimura masih memiliki darah keluarga Kerajaan Sahulau yang terletak di Teluk Seram bagian selatan, sebagaimana dituliskan sebagai berikut:
“… bahwa pahlawan Pattimura tergolong turunan bangsawan dan berasal dari Nusa Ina [Seram]. Ayah beliau yang bernama Antoni Matulessy adalah anak dari Kasimilali Pattimura Matulessy, sedangkan yang tersebut terakhir ini adalah putera Raja Sahulau.” (hlm. iii).
Versi awal dan pertama ini dijadikan rujukan hingga muncul versi lain tentang asal-usul Pattimura, termasuk agama yang dipeluknya. Versi kedua ini dikemukakan Ahmad Mansur Suryanegara dalam Api Sejarah Volume I (2009) yang menegaskan pemaparan berbeda mengenai Pattimura.
Disebutkan, nama asli Patimura adalah Ahmad Lussy atau Mat Lussy, lahir di Hualoy, Seram Selatan. Suryanegara menyebut Pattimura merupakan bangsawan dari Kerajaan Sahulau yang diyakininya telah menganut ajaran Islam di bawah pemerintahan Sultan Kasimillah atau yang dalam bahasa Maluku disebut Kasimiliali (hlm. 200).
Dua versi ini ada kesamaan, yakni tentang Kerajaan Sahulau, termasuk lokasi dan nama rajanya, meskipun tempat lahir Pattimura disebutkan berbeda. Hanya saja, versi pertama dari M. Sapija, yang menjadi versi “resmi” tentang Pattimura, tidak menyebutkan secara gamblang apa agama yang dianut oleh sang kapitan. Demikian pula buku-buku lain yang merujuk pada versi ini.
Pattimura Beragama Kristen?
Di dalam bukuKapitan Pattimura karya IO Nanulaita yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, Jakarta, tahun 1985, disebutkan agama dan asal-usul Pattimura.
Nama Matulessy disebut juga sebagai Matulessia. Nama itu berasal dari kata 'matatulessi', yang artinya adalah 'mati dengan lebih' (ma=mati; tula=dengan; lessi=lebih). Nama 'matatulessi' berubah menjadi 'matulessia'.
Leluhur keluarga Matulessia berasal dari Pulau Seram. Mereka kemudian pindah ke Haturessi (sekarang Negeri Hulaliu). Seorang moyang Thomas Matulessy pindah ke Titawaka (sekarang Negeri Itawaka).
Di antara keturunannya ada yang menetap di Itawaka dan ada yang berpindah ke Ulath, ada yang kembali menetap di Hulaliu, dan ada yang berpindah ke Haria.
Nanulita menuliskan, keluarga Matulessia beragama Kristen Protestan. Nama Johannis dan Thomas diambil dari Alkitab.
Kapitan Pattimura atau Thomas Matulessy menyusun 'Proklamasi Haria' untuk menolak tegas kedatangan Belanda ke wilayah Maluku. Belanda berusaha menguasai Maluku sejak berakhirnya kedudukan Inggris di Indonesia pada tanggal 25 Maret 1817.
Di dalam 'Proklamasi Haria' tertera nama Thomas Matulessia. Surat yang dikirim Thomas kepada raja-raja di Seram, ditandatangan dengan nama Thomas Matulessia.
Editor: Iswara N Raditya