tirto.id - Ketua Umum Gerakan Pemuda (GP) Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, gerakan radikal yang mengatasnamakan agama lebih membahayakan daripada isu kemunculan paham komunisme. Ia menyebut komunis seperti barang mati atau fosil yang tidak perlu dikhawatirkan berlebihan, justru yang perlu dibatasi adalah lahirnya gerakan radikal yang mengatasnamakan agama.
“Komunisme itu seperti barang mati, fosil sesungguhnya yang harus diwaspadai adalah gerakan radikal yang mengatasnamakan agama dan itu masih remaja yang masih mungkin tumbuh lebih besar,” kata Yaqut, di Cirebon, Rabu (1/6/2016) malam.
Menurut dia, gerakan radikal dipandang lebih potensial untuk tumbuh berkembang dibanding komunisme. Potensi berkembangnya gerakan radikal yang membahayakan, lanjut dia, setidaknya sudah dapat dideteksi dari serangkaian peristiwa besar yang terjadi di Indonesia, di antaranya bom Bali hingga bom Thamrin.
“Yang perlu kita waspadai itu organisasi HTI sebagai gerakan radikal yang berpotensi membahayakan,” kata dia menegaskan.
Yaqut menambahkan, kemunculan HTI sebagai sinyal yang harus disikapi serius, jika dibiarkan eksistensi bangsa Indonesia sebagai negara kesatuan akan hilang.
Menurut Yaqut, munculnya gerakan radikal disebabkan pengabaian terhadap masyarakat yang membutuhkan bantuan. Mereka kemudian seolah dimanfaatkan kelompok radikal yang 'merawatnya' untuk selanjutnya direkrut sebagai anggota.
Selain itu, pihaknya juga mengajak seluruh lapisan masyarakat melawan gerakan radikal agar tak berkembang dan memusnahkan NKRI.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz