tirto.id - Bakal capres Anies Baswedan mengkritik birokrasi di Indonesia dipenuhi premanisme, pungli dan proses perizinan yang menyulitkan. Hal itu disampaikan Anies menanggapi kritik dari sejumlah peneliti dan pembuat film yang menghadapi kendala birkokrasi saat akan membuat proyek di Indonesia
"Itu ada di semua aspek. Kemarin sudah saya ceritakan mulai kalau mau menjadi peneliti di Indonesia, kalau mau meneliti di Indonesia perizinannya rumit. Sehingga itu bukan hanya satu sektor," kata Anies di Rakernas Lembaga Dakwa Islam Indonesia (LDII) di Jakarta Timur pada Kamis (9/11/2023).
Anies mengatakan hal itu tidak hanya dialami oleh peneliti, pembuat film, atau investor yang hendak masuk ke Indonesia. Masyarakat sipil yang hendak melakukan kegiatan pribadi seperti membangun rumah juga dihadapkan pada masalah serupa.
"Itu adalah masalah di semua sektor, masalah premanisme, itu ada di semua sektor seperti bangunan rumah juga mengalami masalah seperti itu," kata dia.
Anies berjanji akan menyelesaikan masalah-masalah birokrasi tersebut secara perlahan.
"Itu tadi adalah masalah umum, tapi nanti yang spesifik-spesifik yang akan kita garap," kata Anies.
Saat berpidato di CSIS, Anies Baswedan menyinggung industri film di Indonesia masih tertinggal jauh dari produsen film luar negeri seperti Thailand hingga Korea Selatan.
"Kita belajar ke Korea Selatan, negaranya melakukan investasi besar-besaran dari musik, film, tarian dan semuanya terkait seni negara investasi besar-besaran," kata Anies di CSIS pada Rabu (8/11/2023).
Pernyataan Anies tersebut langsung ditanggapi oleh sineas Ernest Prakasa yang menyebut niat baik Anies itu hanya terkendala oleh dua hal, yaitu birokrasi dan pungli.
"Niatnya baik, tapi identifikasi masalahnya salah. Alasan utama Hollywood malas syuting disini itu cuma dua: birokrasi dan pungli," kata Ernest dalam cuitannya di akun Twitter X, @ernestprakasa.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Gilang Ramadhan