tirto.id - Presiden Joko Widodo bakal melantik Jenderal Andika Perkasa sebagai Panglima TNI pada 17 November 2021. Mabes Polri merespons hal tersebut.
“Polri tetap mendukung penuh kebijakan pemerintah, khususnya presiden, karena itu hak prerogatif presiden,” ujar Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedy Prasetyo, di Mabes Polri, Selasa (16/11/2021).
Bahkan sinergitas tentara dan polisi akan terus berlanjut demi mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat.
“Operasi kemanusiaan akan terus kami tingkatkan, termasuk pengamanan terkait kegiatan internasional maupun nasional,” sambung dia.
Dalam sidang rapat paripurna DPR pada 8 November, jajaran parlemen menyetujui Kasad Jenderal Andika Perkasa menggantikan Marsekal Hadi Tjahjanto. Hal itu diputuskan usai Andika mengikuti tes uji kelayakan dan kepatutan.
Dosen Komunikasi Politik Universitas Padjadjaran Kunto A. Wibowo melihat ada sejumlah alasan Jokowi pilih Andika.
Pertama, kata Kunto, Jokowi memilih Andika karena memperhatikan geopolitik dunia. Jokowi menggunakan Andika yang punya kedekatan dengan Amerika Serikat sebagai upaya untuk menjaga hubungan dengan negara Paman Sam di saat pemerintahan Jokowi lebih dekat dengan Cina. Hal ini tidak bisa dilepaskan dengan posisi Indonesia dalam konflik Laut Cina Selatan.
“Penggantian Panglima TNI tentu saja menjadi fokus atau jadi perhatian dari negara-negara lain yang punya kepentingan geopolitik di Natuna, entah Cina, entah Amerika Serikat bahkan koalisi Amerika Serikat juga,” kata Kunto saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (3/11/2021).
Jika alasan demi menjaga hubungan dengan Amerika, kata Kunto, maka hal tersebut bisa memicu pertanyaan. Ia beralasan, Andika hanya bertugas selama 1 tahun sebagai panglima; serta dia khawatir Amerika justru akan menangkap pesan berbeda karena mereka menjadi tidak jelas di masa depan.
“Setelah itu [setelah kepemimpinan Andika] apa yang akan terjadi? Apakah Jokowi akan menempatkan orang [lain] sebagai panglima TNI yang dekat dengan Cina, itu jadi pertanyaan besar bagi Amerika. […] akhirnya ini akan menjadi salah satu bahan spekulasi yang bisa saja menambah ketegangan di Laut Natuna,” kata Kunto.
Alasan kedua, kata Kunto, pemilihan Andika karena motif politik. Ia menduga, kedekatan Andika dengan eks Kepala BIN AM Hendropriyono dan PDIP memicu mantan Danpaspampres itu dipilih sebagai calon tunggal panglima.
Meski tidak bisa memprediksi ada tekanan, Kunto menilai hal tersebut berkaitan dengan upaya politik akomodatif yang selama ini dijalankan Jokowi. Ia mencontoh bagaimana Jokowi berhasil merangkul PAN.
“Menurut saya tentu ini mempengaruhi Pak Jokowi dan ini sangat memungkinkan akhirnya orang menebak-nebak bahwa sangat mungkin karier Pak Andika tidak berhenti pada panglima TNI saja, tapi juga didorong masuk panggung Pilpres 2024 entah menjadi cawapres bahkan jadi capres,” terang Kunto.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Nur Hidayah Perwitasari