tirto.id - Hubungan Qatar dengan negara-negara teluk, seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), dan Bahrain belum juga pulih. Setelah sepekan memutus hubungan diplomatik, mereka bahkan mengancam akan melakukan embargo ekonomi jika Qatar tidak memperbaiki sikapnya.
Menteri Luar Negeri UEA, Anwar Gargash mengatakan kepada Reuters, jika diperlukan negaranya akan memberlakukan embargo ekonomi kepada Qatar. Karena itu, ia meminta Qatar memegang komitmen tidak akan mendanai kelompok-kelompok bersenjata.
Sebelumnya, negara-negara teluk yang telah memutus hubungan diplomatik dengan Qatar juga telah menutup rute darat dan laut menuju Qatar. Tertutupnya akses tersebut berpotensi membuat perekonomian Qatar lumpuh. Hal ini disebabkan perbatasan dengan Arab Saudi adalah satu-satunya jalan darat menuju Qatar. Di sisi lain, Qatar juga mengandalkan pelabuhan laut untuk menyuplai logistik dari luar Timur Tengah.
BBCmenulis bahwa setiap hari ratusan truk melintasi perbatasan ini, dan makanan adalah salah satu persediaan utama. Sekitar 40 persen makanan Qatar diyakini datang melalui rute ini.
Artinya, jika Arab Saudi menutup perbatasan tersebut, maka Qatar akan bergantung pada pengiriman udara dan laut. “Ini akan segera menyebabkan inflasi dan itu akan secara langsung mempengaruhi orang-orang Qatar,” kata Ghanem Nuseibeh, direktur penasihat firma Cornerstone Global.
“Jika hal-hal mulai dikenai biaya secara signifikan lebih banyak, maka Anda akan melihat orang-orang Qatar meningkatkan tekanan politik pada keluarga penguasa untuk perubahan kepemimpinan atau perubahan arah,” kata dia.
Embargo pengiriman ini tentu memiliki dampak yang sangat signifikan pada ekonomi Qatar. Sejak pemutusan hubungan diplomatik, bahkan penduduk Qatar berbondong-bondong mendatangi pasar-pasar swalayan besar untuk membeli persediaan makanan. Tindakan itu dilakukan menyusul berita Arab Saudi yang menutup perbatasan darat satu-satunya di negara tersebut.
Meski demikian, Menteri Keuangan Qatar, Ali Sherif al-Emadi mengatakan bahwa negaranya dapat mempertahankan ekonomi dan mata uangnya terhadap sanksi keras yang diberlakukan negara-negara tetangga di kawasan teluk.Menurut dia, negara-negara yang telah menjatuhkan sanksi kepada Qatar juga akan kehilangan uang, karena kerusakan bisnis di wilayah tersebut.
"Banyak orang mengira kita satu-satunya yang kalah dalam hal ini. Jika kita akan kehilangan satu dolar, mereka juga akan kehilangan satu dolar,” kata Ali Sherif al-Emadi kepada televisi CNBC dalam sebuah wawancara yang disiarkan pada Senin (12/6/2017).
Arab Saudi, UEA, Bahrain dan Mesir memutuskan hubungan diplomatik dan transportasi seminggu yang lalu. Mereka menuduh Doha mendukung "terorisme". Menurut dia, sanksi tersebut telah mengganggu arus impor dan bahan lainnya ke Qatar.
Namun, kata Emadi, sektor energi dan posisi Qatar sebagai eksportir gas alam cair nomor satu di dunia, tetap beroperasi seperti biasa, dan tidak ada dampak serius pada operasi bank dan pasokan makanan atau barang lainnya.
“Kami bisnis seperti biasa, dan kami buka untuk urusan bisnis," katanya. "Kami tahu bahwa kita mungkin memiliki satu atau dua tantangan di sana sini, tapi ini adalah negara yang sangat tangguh. Kami memiliki aset dan keamanan yang kita butuhkan," kata dia menambahkan.
Sejak krisis ini mencuat, Emir Kuwait Sheikh Sabah Al-Ahmad Al-Jaber al-Sabah telah berusaha meredakan ketegangan yang terjadi di negara-negara teluk tersebut. Ia melakukan perjalanan dari UEA ke Qatar pada hari Rabu, setelah mengunjungi Arab Saudi sehari sebelumnya untuk menyelesaikan krisis itu.Akan tetapi, sejumlah negara yang bersengketa masih menganggap skeptis keinginan Qatar untuk berembuk. Dalam beberapa komentar, Menteri Luar Negeri Bahrain, Sheikh Khalid bin Ahmed Al Khalifa mengatakan kepada surat kabar Arab Saudi bahwa ia meragukan apakah Qatar akan mengubah perilakunya.
“Kami tidak akan ragu untuk melindungi kepentingan kami, dan jalan terbuka terhadap pilihan untuk melindungi diri dari Qatar,” kata Sheikh Khalid seperti dikutip aljazeera.com.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti