Menuju konten utama

Analis Sebut IHSG dan Rupiah Menguat karena Longgarkan Lockdown

IHSG menguat dipengaruhi pelonggaran kebijakan lockdown di sejumlah negara dunia. 

Analis Sebut IHSG dan Rupiah Menguat karena Longgarkan Lockdown
Pekerja melintas di depan layar yang menampilkan informasi pergerakan harga saham di gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Selasa (31/3/2020). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Pelonggaran lockdown di sejumlah negara mendapat sentimen positif yang mengerek laju Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Hari ini, IHSG menembus level 5.000 poin atau di kisaran 5.073 per Senin (8/6/2020), pukul 12.00 WIB. Nilai tukar rupiah juga terus menguat hingga di kisaran Rp13.901 per dolar AS.

Analis dan direktur PT. Anugerah Mega Investama Hans Kwee menyatakan penguatan ini dipengaruhi sejumlah faktor. Pertama pelonggaran lockdown negara-negara di dunia termasuk Indonesia dan didukung belum munculnya tanda-tanda gelombang penyebaran COVID-19 kedua.

“Pembukaan lockdown? Gede (pengaruhnya). Rally sudah terjadi sejak pelonggaran lockdown. Kita juga sudah sempat pelonggaran. Pasar juga rally tapi kita masih mencerna ada atau enggak COVID kedua. Kalau ada COVID kedua bisa K.O. lagi perkiraan saya,” ucap Hans saat dihubungi reporter Tirto, Senin (8/6/2020).

Selain itu ada faktor kedua yaitu perekonomian sejumlah negara menunjukkan perbaikan sesudah periode buruk karena COVID-19. Salah satu indikatornya ditunjukkan oleh perbaikan data tenaga kerja.

Faktor terakhir menurutnya terjadi karena adanya kelebihan likuiditas di pasar berhubung bank sentral berbagai negara telah menerapkan quantitave easing atau pelonggaran likuiditas. Salah satu bentuk QE adalah pembelian Surat Berharga Negara (SBN) oleh otoritas bank sentral sehingga likuiditas di pasar meningkat.

Imbasnya pembelian obligasi atau bond hingga saham meningkat. Meski demikian, ia mencatat penguatan saham masih relatif tertinggal dibanding penguatan rupiah dan bond.

“Pelaku pasar merasa takut ketinggalan dari kenaikan ini, jadi orang agresif masuk pasar di tengah periode yang kita masih harus hati-hati,” ucap Hans.

Akan tetapi, Hans mengingatkan tren positif ini nantinya masih akan tergantung pada ada-tidaknya gelombang kedua penyebaran COVID-19. Pemerintah dan berbagai lembaga menurutnya perlu berjibaku untuk mencegah hal itu terjadi.

Kekhawatiran ini mempertimbangkan langkah pelonggaran lockdown secara tidak langsung berpotensi memicu gelombang kedua bisa terjadi. Belum lagi sampai hari ini, vaksin belum ditemukan apalagi bisa digunakan secara massal.

“Kita enggak melihat bahwa akan pulih cepat. COVID-19 masih jadi ancaman maka tetap ada kemungkinan pembatasan ekonomi terjadi. Makanya ada strategi tutup-buka,” ucap Hans.

Baca juga artikel terkait INFO IHSG atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Reja Hidayat