Menuju konten utama

Amnesty Internasional: Twitter Tempat Beracun untuk Perempuan

“Sudah jelas bahwa tingkat kekerasan dan pelecehan yang luar biasa terhadap perempuan ada di Twitter."

Amnesty Internasional: Twitter Tempat Beracun untuk Perempuan
mau ke mana twitter? shutterstock

tirto.id - Amnesty International telah merilis laporan yang mengatakan, media jejaring sosial Twitter merupakan tempat yang buruk atau "tempat beracun" bagi perempuan. Menurut laporan tersebut, dalam twitter perempuan telah mengalami pelecehan, ancaman, dan gangguan tanpa henti.

Organisasi hak asasi manusia non-pemerintah itu menemukan, perempuan yang memiliki kulit berwarna dan perempuan berkulit hitam lebih banyak menjadi sasaran perempuan kulit putih.

Perempuan yang memiliki kulit berwarna 34 persen lebih mungkin menjadi sasaran cuitan kebencian daripada wanita kulit putih. Sementara itu, perempuan dengan kulit hitam 84 persen lebih mungkin mendapat cuitan kasar.

"Konten bermasalah tersebut telah melanggar aturan Twitter sendiri. Karena tweet tersebut telah melontarkan kekerasan atau mengancam orang berdasarkan ras, etnis, asal kebangsaan, orientasi seksual, gender, identitas gender, afiliasi keagamaan, usia, cacat, atau penyakit serius,” tulis laporan tersebut.

Laporan tersebut juga menemukan, sekitar satu dari 10 tulisan menyebutkan bahwa perempuan berkulit hitam mendapatkan perkataan yang kasar dibandingkan dengan satu dari 15 tulisan untuk perempuan kulit putih.

Laporan berjudul Troll Patroll ini menganalisis 228 ribu twit yang dikirim ke 778 politisi dan jurnalis perempuan di Inggris dan Amerika Serikat antara Januari dan Desember 2017.

Pada September 2017 Amnesty Internasional juga telah melaporkan bahwa Abbott, anggota parlemen Buruh untuk Hackney North dan Stoke Newington, menerima hampir separuh (45,1 persen) tweet bermasalah menjelang pemilihan umum tahun itu.

Lalu pada 2016, Buruh MP, Jess Phillips yang mencoba membuka diri tentang pemerkosaan yang ia alami, tetapi malah mendapat banyak sekali cuitan buruk di Tweeter.

Dalam tweetnya dia menulis: “dalam waktu satu malam ada 600 pemberitahuan yang membicarakan pemerkosaan saya. Saya pikir Twitter sudah mati."

Amnesty juga mengungkap tentang pelecehan yang dialami oleh jurnalis perempuan. Amnesty menulis bahwa politisi dan jurnalis menghadapi tingkat penyalahgunaan online yang sama. Itu terjadi pada semuanya, baik liberal maupun konservatif, serta organisasi media kiri dan kanan, semua terpengaruh.

“Sudah jelas bahwa tingkat kekerasan dan pelecehan yang luar biasa terhadap perempuan ada di Twitter. Hasil ini mendukung apa yang sudah lama dikatakan oleh para perempuan bahwa Twitter adalah endemik dengan rasisme, kebencian terhadap wanita, dan homophobia,” tutur Kate Allen, direktur Amnesty UK.

Dia menambahkan bahwa twitter harus transparan untuk kasus-kasus ini. Melihat relawan Amnesty bisa mengumpulkan data pelecehan dan penyalahgunaan itu, apalagi twitter yang memang merupakan perusahaan yang menaunginya.

"Perusahaan harus mengambil langkah konkrit untuk melindungi hak-hak perempuan di platform," jelasnya.

Dilansir Independent, Twitter menanggapi laporan tersebut dengan mengatakan bahwa pihaknya akan memberi kebijakan terhadap konten-konten tersebut. Mereka juga akan memperbaiki platform mereka agar konten-konten kasar seperti itu bisa diidentifikasi.

“Kami juga akan terbuka pada pihak-pihak yang ingin berinvestasi demi memperbaiki alat kami menjadi lebih baik. Agar materi-materi pelecehan tersebut kami bisa identifikasi dan membatasi penyebarannya,” jelas Vijaya Gadde, kepala kebijakan, keamanan dan keamanan Twitter.

Baca juga artikel terkait TWITTER atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani