Menuju konten utama
Krisis Rohingya

Amnesty Internasional Temukan Dugaan Pengusiran Rohingya

Amnesty Internasional merilis temuan bahwa serangan yang menyasar etnis Rohingya sebagai langkah untuk mengusir warga minoritas itu keluar dari Myanmar.

Amnesty Internasional Temukan Dugaan Pengusiran Rohingya
Konferensi pers Amnesty Internasional Indonesia tentang temuan Amnesty Internasional dalam investigasi Rohingya, Gondangdia Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (14/9/2017). Tirto.id/ Andrian Pratama Taher.

tirto.id - Amnesty Internasional merilis temuan terbaru mereka dalam investigasi pembakaran dan pembunuhan terhadap etnis Rohingya, Jumat (15/9/2017). Lembaga ini menyimpulkan bahwa serangan yang menyasar warga Rohingya sebagai langkah untuk mengusir warga minoritas itu keluar dari Myanmar.

"Serangan ini secara jelas sistematis dan sengaja ditujukan untuk mengeluarkan orang-orang Rohingya dari wilayah tersebut," ujar peneliti Amnesty Internasional untuk Myanmar Laura Haigh dalam konferensi pers di kantor Amnesty Internasional Indonesia, Menteng, Jakarta, Jumat (15/9/2017).

Pendapat Amnesty Internasional berdasarkan bukti hasil temuan di lapangan yakni hasil wawancara dengan puluhan orang yang mengungsi ke daerah Bangladesh dan melalui data deteksi citra satelit. Puluhan foto dan video juga menjadi bukti kuat adanya motif penyerangan terhadap etnis Rohingya.

Berdasarkan citra satelit, pihak Amnesty membandingkan hasil citra satelit pada empat hari sebelum penyerangan dengan citra yang diperoleh pada September 2017. Mereka menemukan sekitar 80 lokasi dengan yang terbakar sejak konflik pecah 25 Agustus 2017 diperkirakan sekitar 3.300 kilometer.

Sebagai contoh, gambar satelit di desa Inn Dinn, sebuah desa berisi etnis campuran. Menurut Laura, pihaknya menemukan pembakaran desa yang didiami etnis Rohingya. Selain di desa, pembakaran juga terjadi Kota Maungdaw.

Laura mengatakan perkampungan Rohingya diduga dibakar habis oleh militer Myanmar. Namun, kini pemantauan via satelit mengalami kendala lantaran ada angin muson yang berhembus di wilayah sekitar Rakhine.

Di sisi lain, dikatakan Laura, pihaknya menemukan indikasi serangan sistematis saat mewawancarai warga Rohingya. Militer Myanmar hanya menyasar warga Rohingya. Mereka menembakkan senjata ke udara sambil meneror warga Rohingya. Begitu warga mulai meninggalkan perkampungan, kelompok militer Myanmar membakar rumah penduduk.

Direktur Eksekutif Amnesty Internasional Indonesia Usman Hamid mengatakan, jumlah pengungsi Rohingya sudah terus bertambah. Dulu, saat konflik ini meledak, jumlah pengungsi masih sekitar 50.000 orang. Kini, jumlah pengungsi Rohingya yang meninggalkan Myanmar dalam data terakhir Amnesty Internasional sudah mencapai 300 ribu lebih.

"Kemarin dari data diperoleh Amnesty Internasional (pengungsi Rohingya) sudah mencapai 370.000," kata Usman di dalam konferensi pers di kantor Amnesty Internasional Indonesia, Menteng, Jakarta, Jumat (15/9/2017).

Jumlah pengungsi Rohingya ini meningkat drastis. Sekitar tiga hari sebelumnya ketika Usman menemui Ketua Tim Pencari Fakta Myanmar Marzuki Darusman, jumlah pengungsi mencapai 270.000 orang. "Jumlah pengungsi memperlihatkan satu krisis kemanusiaan yang sangat serius," tegas Usman.

Usman menerangkan, mereka menemukan indikasi pelaku pembakaran tidak hanya dilakukan militer. Mereka menemukan indikasi bahwa masyarakat non-Rohingya berusaha membakar sejumlah rumah dan tempat vital yang didiami etnis Rohingya. Dalam laporan tahun 2016, sudah ada 1.600 rumah terbakar dalam konflik Rohingya sebelumnya.

Baca juga artikel terkait ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Maya Saputri