Menuju konten utama

Amankah Menggunakan Bahan Alami untuk Sakit Gigi?

Banyak artikel yang menyebut minyak cengkih, larutan garam hingga daun jambu biji dapat mengobati sakit gigi.

Amankah Menggunakan Bahan Alami untuk Sakit Gigi?
Fact Check Isu Kesehatan Soal Obat Alami Sakit Gigi. FOTO/Dokter Specialis

tirto.id - Amat mudah menemukan tips mengatasi sakit gigi dengan obat tradisional melalui internet. Tips-tips semacam itu juga gampang menyebar melalui media sosial. Beberapa di antaranya mungkin cukup berhasil meredakan serangan sakit gigi, namun aman tidaknya dari sisi medis tips-tips itu belum banyak diungkap.

Sebagai contoh, ada artikel yang menyebut bahwa sakit gigi "bisa sembuh cukup dengan beberapa lembar daun jambu biji". Beberapa bahan alami yang lain juga disebut, seperti larutan garam dan minyak cengkih.

Sebuah akun fanpage Facebook sampai tiga kali membagikan artikel di atas. Daya sebarnya, secara kumulatif, terlacak mencapai hingga 30.6 K (catatan pada dashborad Claim-Check Facebook hingga 24 Juli 2018, 15.00 WIB). Artinya, informasi seperti ini menarik orang-orang untuk membagikan.

Permenkes RI Nomor 89 Tahun 2015

Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 2015 tentang Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut soal obat tradisional disebutkan informasi cara pertama mengatasi gangguan di rongga mulut. Pada halaman 28 berkas itu tertulis begini: “Karena jangkauan pelayanan kesehatan gigi belum merata sampai di pelosok desa, maka pemanfaatan obat tradisional untuk menanggulangi masalah kesehatan gigi dan mulut dapat digunakan dalam keadaan darurat sebelum dirujuk ke klinik gigi atau dokter gigi”.

Artinya, obat tradisional (bahan alami) tidak dilarang. Namun, berkaca pada aturan di atas, penggunaannya berlaku dalam kondisi darurat; atau karena jauhnya akses kesehatan sebelum dapat ditangani di klinik gigi atau dokter. Catatan lain, penggunaan obat tradisional itu konteksnya dilakukan pada para ibu yang sedang hamil. Ini juga menegaskan syarat-syarat diberlakukan dalam kondisi tertentu.

Disebutkan dalam dokumen aturan itu, bahan seperti: bunga cengkeh, garam dapur, dan bawang putih sebagai obat meredakan sakit gigi. Manual penggunaan bahan-bahan tersebut pun dicantumkan dengan cukup jelas. Garam dapur, misalnya, digunakan dengan cara: “[Garam] sebanyak 1/2 sendok teh dilarutkan dengan air hangat segelas, serta digunakan untuk kumur-kumur”.

Perlu Tahu Penyebabnya

Drg. Eni Islamiyati tidak menyangkal kalau obat tradisional acap digunakan dan memang membantu meredakan sakit gigi. Namun dia menyarankan agar penderita mengetahui dengan benar penyebabnya.

“Mungkin saja ada beberapa rasa sakit yang bisa dibantu oleh bahan-bahan yang disebutkan. Tapi dari segi kelimuan kesehatan gigi biasanya, kita harus mencari tahu dulu sumber penyakitnya karena apa” ungkapnya kepada Tirto (24/7).

Baginya, tidak semua kasus sakit gigi mudah untuk diredakan bahkan dengan bantuan obat kimia sekalipun. Secara medis, diagnosis terhadap penyebab sakit gigi jadi hal pertama dalam penanganan. Sepanjang pengalaman dirinya menjadi dokter, umumnya, semua kasus rasa sakit gigi perlu membutuhkan tindakan khusus dokter gigi. Sumber yang membuat rasa sakit muncul dari gigi pun beragam.

“Sakit gigi bisa terjadi karena giginya berlubang, apakah ada nanahnya, apakah ada gigi yang patah. Atau bisa jadi dari tambalan lamanya yang mungkin pecah, atau ada lobang baru disekeliling gigi yang sudah ditambal,” jelasnya membeberkan berbagai kemungkinan penyebab sakit gigi.

Setelah penyebabnya diketahui, maka penanganan medis lebih mudah untuk dilakukan.

“Dari sumber pengetahuan [tentang penyebab] itulah, [bisa diketahui] sakit giginya bisa diobati dengan cara apa,” ucapnya.

Eni juga menyatakan, rasa sakit terkadang berhubungan dengan situasi psikologis dan tidak serta merta disebabkan sakit belaka. Dari sanalah muncul keyakinan bahwa resep tertentu akan membantu meredakan nyeri sakit gigi.

“Kadang saking percayanya dengan rekomendasi dari temannya, kalau dia sudah percaya, ya, kadang itu sakitnya bisa hilang. Sebenarnya [bukan rasa sakitnya hilang melainkan] yang terjadi jadi berkurang rasanya, dia tidak fokus lagi dengan rasa sakitnya,” jelasnya.

Perlu Cermat dan Berhati-hati

Saat ditanya penggunaan bahan alami seperti daun jambu biji, bawang putih ataupun bahan alami lainnya, Eni memberi saran agar tidak menerapkan prinsip coba-coba. Perlu ada penelitian yang dilakukan dengan baik dan memenuhi standar sebelum benar-benar menggunakannya. Beberapa bahan dapat diterima, semisal larutan garam.

“Mungkin kalau untuk air garam bolehlah, asal kadar kegaramannya terukur. Kalau saya berpikir lebih baik segera mencari dokter gigi terdekat,” jelasnya.

Memasukkan bahan-bahan tertentu pada rongga mulut dan gigi bisa menimbulkan efek samping. Bahkan jika tidak hati-hati, bukan rasa sakit yang mereda, melainkan muncul problem lain.

“Mungkin bolehlah jadi penolong [sementara dalam situasi darurat], tapi perlu hati-hati dan tidak boleh sembarangan memasukkan obat-obat (bahan-bahan alami) ke dalam gigi karena bisa jadi gusinya akan rapuh, gusinya akan terluka,” terangnya.

Dokter yang bergabung dalam Persatuan Dokter Gigi Indonesia itu juga berkomentar soal minyak cengkeh.

“Tidak semua [minyak cengkih] membantu. Malah dapat saja merusak gigi, loh. Dari takarannya, posisinya menempatkannya, bisa saja akan membuat sariawan. Tapi sebagai pereda awal silakan dicoba,” sebutnya.

Riset tentang Penggunaan Bahan Herbal

Harsini dan Widjijono dalam Majalah Kedokteran Gigi, Universitas Gajah Mada, edisi 2008, pernah membahas penggunaan obat herbal untuk kedokteran gigi. Kelebihannya memang pada efek sampingnya yang relatif rendah. Namun penggunaan bahan-bahan itu masih memiliki kelemahan yaitu efek farmakologisnya belum dikenali dengan baik, juga belum ada standar dosis, serta belum dilakukan uji klinis dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.

Artikel itu menyimpulkan: “Pemakaian herbal dianjurkan sesuai dengan takaran, ketepatan waktu pemakaian, ketepatan cara penggunaan serta pemilihan herbal yang sesuai dengan indikasi”.

Beberapa herbal memang sudah dikenal manfaatnya sebagai zat analgesik (pereda rasa nyeri) ataupun sifat antiinflamasi (antiperadangan). Dua hal itu memang terkait dengan kebutuhan darurat membantu meredakan nyeri sakit gigi.

Karimi M., dalam Journal of Dental Sciences (2016) memberi daftar bahan-bahan alami yang dikenal luas bisa membantu meredakan nyeri sakit gigi dengan sebutan “resep dari nenek”. Larutan garam, misalnya, diperlakukan sebagai antiseptik. Sementara cengkeh dianggap membantu melawan bakteri, mengurangi sensitivitas gigi, dan mengurangi rasa sakit atau sebagai analgesik alami. Sementara daun jambu biji dianggap bersifat antimikroba dan membantu mengatasi peradangan.

Namun, perlu digarisbawahi, artikel Karimi itu lagi-lagi mengatakan: “Berbagai pengobatan ala nenek itu tidak berlaku sebagai prosedur kuratif”. Artinya tidak bisa diperlakukan sebagai obat penyembuh. Bahan-bahan yang ada hanya dapat dimanfaatkan untuk membantu mengurangi nyeri karena abses gigi dan infeksi gigi. Tentu, dengan catatan, sekali lagi, penderita perlu mendatangi dokter gigi secepat mungkin.

Khusus daun jambu biji, sebagai tambahan, Tribhuvan Singh dkk., pernah membahasnya dalam European Journal Of Pharmaceutical And Medical Research (2016). Daun jambu biji, yang secara tradisional dipergunakan dalam bentuk pasta untuk menjaga kebersihan mulut, disebut memiliki aktivitas antibakteri. Penelitian itu mencoba melihat efek ekstrak daun jambu biji terhadap streptococcus mutans yang kerap bertanggung jawab menyebabkan karies gigi dan bau mulut. Artinya, aktivitas antibakteri dari ekstrak daun jambu biji membantu pencegahan problem di rongga mulut dan karies gigi.

Kesimpulan

Bahan alami (obat tradisional) memang bisa digunakan untuk membantu meredakan rasa nyeri akibat sakit gigi. Hanya saja, penggunaannya perlu dilakukan secara cermat, serta hanya diperlakukan sebagai sarana darurat atau pertolongan pertama. Bahan-bahan alami itu bukanlah obat penyembuh. Penderita perlu untuk bertemu dokter guna pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab sebenarnya sakit gigi tersebut.

======

Tirto mendapat akses aplikasi CrowdTangle yang memungkinkan mengetahui sebaran sebuah unggahan (konten) di Facebook, termasuk memprediksi potensi viral unggahan tersebut. Akses tersebut merupakan bagian dari realisasi penunjukan Tirto sebagai pihak ketiga dalam proyek periksa fakta.

News Partnership Lead Facebook Indonesia, Alice Budisatrijo, mengatakan, alasan pihaknya menggandeng Tirto dalam program third party fact checking karena Tirto merupakan satu-satunya media di Indonesia yang telah terakreditasi oleh International Fact Cheking Network sebagai pemeriksa fakta.

Baca juga artikel terkait PERIKSA FAKTA atau tulisan lainnya dari Frendy Kurniawan

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Frendy Kurniawan
Penulis: Frendy Kurniawan
Editor: Zen RS