Menuju konten utama

Alfamart Vs Indomaret: Siapa Lebih Pesat?

Dari sisi kinerja jumlah gerai dan laba, minimarket Indomaret lebih unggul dari Alfamart. Bagaimana dengan pertumbuhannya?

Alfamart Vs Indomaret: Siapa Lebih Pesat?
Pembeli belanja di minimarket. TIRTO/Andry Gromico

tirto.id - Ada pemeo di masyarakat: di setiap Alfamart pasti ada Indomaret, dan di setiap Indomaret pasti ada Alfamart. Kedua minimarket ini memang bersaing ketat. Keduanya terus bersaing membuka gerai, bahkan hingga ke kota-kota kecil.

Ekspansi kedua minimarket tersebut memang makin menggurita. Belum lama ini, Indomaret mulai membuka gerai terbaru di stasiun MRT. Rencananya, minimarket yang dikelola PT Indomarco Prismatama ini akan membuka dua gerai di Stasiun Istora dan Stasiun Dukuh Atas, Jakarta.

“Gerai pertama saat ini sudah dibuka di Istora. Sementara untuk gerai kedua, akan dibuka di Dukuh Atas. Lagi dipersiapkan,” kata Marketing Director PT Indomarco Prismatama Wiwiek Yusuf kepada Tirto.

Bukan tanpa alasan Indomarco membuka gerai di sejumlah stasiun MRT. Stasiun MRT ini bakal menjadi pusat pergerakan masyarakat sehari-hari. Pemprov DKI Jakarta memperkirakan penumpang MRT akan mencapai 130.000 orang per hari.

Bagaimana dengan Alfamart?

Potensi minimarket milik taipan Djoko Santoso ini ikut membuka gerai di stasiun MRT sangat berpeluang terjadi. Ini karena di kalangan peritel minimarket, ada "rumus" baku soal lokasi gerai baru minimarket.

Alfamart pernah punya alasan "Apabila di suatu lokasi sudah berdiri minimarket Alfamart atau yang lainnya bisa dipastikan di lokasi tersebut memiliki potensi pasar yang bagus dan lolos uji kelayakan bisnis. Artinya, jika minimarket lain ingin menambah toko di lokasi tersebut maka mereka tidak perlu melakukan riset serupa".

Alfamart Vs Indomaret

Indomaret sebenarnya hadir lebih dulu ketimbang Alfamart. Toko pertama Indomaret berdiri pada 1988 di Ancol, Jakarta Pusat atau selang setahun sebelum Alfamart berdiri. Sedangkan toko pertama Alfamart berdiri di Jalan Beringin Raya, Karawaci Tangerang pada Oktober 1989. Sejak itu, gerai-gerai Alfamart dan Indomaret menggurita hingga pelosok daerah kota-kota Indonesia.

Pada 2013, jumlah toko Indomaret mencapai 8.834 gerai. Sementara Alfamart lebih banyak, jumlahnya 9.302 gerai. Namun pada 2017, kondisinya menjadi berbeda. Jumlah gerai Indomaret kini lebih banyak daripada Alfamart.

Pada 2017, jumlah toko Indomaret tercatat 15.335 gerai atau tumbuh 74 persen dari 2013. Pada saat bersamaan, jumlah toko Alfamart mencapai 13.400 gerai, naik 44 persen pada periode yang sama. Dalam rentang periode tersebut, gerai Indomaret lebih ekspansif ketimbang Alfamart.

Konsekuensi dari jumlah gerai yang unggul, Indomaret juga lebih moncer dalam urusan penjualan. Minimarket milik Salim Grup itu meraup penjualan Rp73,37 triliun sepanjang 2018 atau naik 16 persen dari 2017.

Pada saat bersamaan, Alfamart meraup penjualan Rp66,81 triliun. Penjualannya hanya tumbuh 9 persen dari realisasi 2017 sebesar Rp61,46 triliun.

Namun, Alfamart lebih unggul dari sisi pertumbuhan laba bersih. Alfamart meraup laba sebesar Rp668 miliar, naik 159 persen. Sementara laba Indomaret tumbuh lebih lambat, hanya tumbuh 75 persen atau meraup Rp766 miliar, tapi Indomaret tetap unggul dari sisi jumlah laba.

infografik kinerja penjualan indomaret dan alfamart

undefined

Para Penantang Alfamart dan Indomaret

Alfamart dan Indomaret memang sedang menikmati kejayaannya sebagai penguasa pasar minimarket di Indonesia. Menurut perusahaan riset Nielsen, Alfamart dan Indomaret mengambil pangsa pasar hingga 87 persen.

Namun, dominasi pasar tersebut tak ada jaminan akan terjadi selamanya. Pasalnya, merek-merek minimarket baru mulai bermunculan, di antaranya seperti Podjok Halal milik PT Citra Marga Nusaphala Persada Tbk, Coco Mart milik Coco Grup, 212, Ok Oce Mart dan lain sebagainya.

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Retail Indonesia (Aprindo) Roy N. Mandey mengatakan peluang minimarket untuk tumbuh masih sangat besar ketimbang jenis ritel lainnya seperti supermarket atau hipermarket.

Behavior masyarakat sudah berubah, mereka beli sesuai kebutuhan saja. Nah, minimarket yang menyediakan. Alasan lainnya juga karena faktor jarak. Lokasi minimarket dekat dengan tempat tinggal atau tempat kerja,” katanya kepada Tirto.

Upaya pemain baru dalam mengembangkan bisnis minimarket juga tidak main-main. Podjok Halal misalnya, menargetkan untuk membuka sebanyak 250-300 gerai baru di Jakarta hingga 2020.

PT Podjok Halal Sejahtera berencana menggelar penawaran saham perdana (initial public offering/IPO) di Bursa Efek Indonesia. Jumlah gerai Podjok Halal saat ini mencapai tujuh gerai.

“Paling tidak Podjok Halal bisa go public di tahun depan (2019) atau setidaknya sudah 100 toko,” kata Direktur Utama Podjok Halal Yusuf Hamka dikutip dari Gatra pada 15 Oktober 2018.

Begitu juga dengan Coco Group, perusahaan jaringan ritel asal Bali. Mereka tengah mengajukan IPO, dan melepas sekitar 30 persen sahamnya ke publik pada tahun ini guna mendukung pengembangan jaringan ritel di Bali.

“Kami ngebut berbagai persiapan, sejak tertunda tahun lalu, semoga pada Juli atau Desember tahun ini bisa terealisasi,” kata pemilik dari Coco Group I Nengah Natyanta dikutip dari Bisnis.

Saat ini, Coco Group memiliki 30 unit minimarket bernama Coco Express. Selain itu, Coco Grup juga memiliki empat Coco Supermarket, dan 42 unit Coco Mart yang tersebar di Pulau Bali.

Namun, Indomaret, Alfamart, maupun pemain lokal lainnya perlu bergerak mengikuti tren digital saat ini. Bukan suatu keniscayaan, minimarket yang kita kenal saat ini malah akan tergeser dengan perdagangan daring di masa depan.

Baca juga artikel terkait MINIMARKET atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Suhendra