Menuju konten utama

Alasan Vaksinasi HPV Gratis untuk Anak SD, Apakah Lebih Efektif?

Alasan vaksinasi HPV gratis untuk anak SD dan apakah pemberian vaksin ini lebih efektif?

Alasan Vaksinasi HPV Gratis untuk Anak SD, Apakah Lebih Efektif?
Kertas dengan tulisan "HPV infection". iStockphoto/Getty Images

tirto.id - Sebagai bagian dari transformasi sistem kesehatan di Indonesia, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menyelenggarakan program pemberian vaksinasi HPV secara gratis.

Dilansir laman Sehat Negeriku, program ini berguna untuk mencegah makin meningkatnya angka pengidap kanker leher rahim (kanker serviks) pada wanita.

Program dari Kementerian Kesehatan ini menyasar anak perempuan kelas 5 dan 6 SD. Pada 2023 ini, program vaksinasi HPV gratis ini akan diberikan secara merata pada 34 Provinsi di Indonesia.

Apakah Vaksin HPV itu?

Vaksin HPV adalah vaksin human papilloma virus. Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin HPV ini berguna untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh virus HPV.

Virus HPV ini dapat menginfeksi manusia pada sel epitel di kulit dan membran mukosa. Sehingga bila seseorang terinfeksi virus ini, ia bisa mengalami keganasan atau kanker, khususnya kanker serviks.

Menurut WHO, seperti dilansir laman RSUP Dr. Sardjito, vaksinasi HPV guna mencegah penyebaran kanker serviks, efektif diberikan pada anak perempuan usia 9–14 tahun.

Sementara Centers for Diseases Control and Prevention (CDC) merekomendasikan vaksinasi HPV pada usia 11-12 tahun.

Namun, vaksinasi HPV ini sebenarnya bisa dimulai ketika anak perempuan berusia 9 tahun. Usia tersebut dinilai efektif untuk mencegah infeksi HPV, karena diasumsikan, anak itu belum memulai aktivitas seksual.

Berkenaan dengan dosis, vaksin HPV ini hanya diberikan dalam dua dosis.

Prosedurnya adalah, jika seseorang menerima vaksin sebelum berusia 15 tahun, maka dosis selanjutnya harus berjarak 6 bulan.

Kemudian, jika dosis pertama diberikan pada usia 15–26 tahun, maka vaksinasi HPV diberikan dalam tiga dosis.

Akan tetapi, vaksinasi HPV tidak direkomendasikan untuk diberikan pada orang yang berusia lebih dari 26 tahun.

Hal tersebut dikarenakan, vaksinasi akan menjadi kurang efektif, akibat kebanyakan orang telah terpapar HPV pada usia lebih dari 26 tahun.

Terdapat tiga jenis vaksin HPV yang telah mendapat izin dari U.S. Food and Drug Administration (FDA), yaitu:

  1. Vaksin HPV 9-valent (Gardasil 9),
  2. Vaksin HPV quadrivalent (Gardasil)
  3. Vaksin HPV bivalent (Cervarix)
Ketiga jenis vaksin tersebut dapat melindungi seseorang dari HPV tipe 16 dan 18 yang sebagian besar menjadi penyebab kanker serviks.

Vaksin HPV Terhadap Anak SD Efektif Mencegah Kanker Serviks

Lalu pertanyaannya adalah, apakah program pemerintah berupa pemberian vaksin HPV gratis pada anak SD ini akan efektif?

Maka dikutip situs IDAI, pemberian vaksin HPV pada anak SD ini bisa efektif untuk mencegah penyebaran kanker serviks.

Vaksin HPV ini justru harus diberikan sebelum seseorang berhubungan seksual. Karena, bila vaksin ini diberikan kepada mereka yang sudah berhubungan seksual, maka bisa jadi ia sudah terinfeksi virus HPV

Selain itu, pemberian vaksin HPV pada usia anak-anak dinilai sangat efektif dan memiliki sejumlah manfaat yaitu pemberian vaksin hanya membutuhkan 2 dosis.

Pada usia usia 10-13 tahun, seorang anak memang hanya membutuhkan dua dosis, sedangkan untuk usia 16-18 tahun atau remaja akhir, membutuhkan pemberian vaksin sekitar tiga dosis.

Berdasarkan penelitian, pemberian vaksin HPV pada anak berusia 10 hingga 13 tahun, yaitu hanya 2 dosis, terbukti efektif membentuk kadar antibodi yang tinggi.

Pemberian vaksinasi hanya dua dosis ini efektifitasnya ternyata tidak lebih rendah dibandingkan dengan pemberian vaksin tiga dosis pada remaja usia 16-18 tahun.

Dengan memberikan vaksin pada usia anak-anak, maka akan sangat efisien untuk menghemat anggaran pemerintah karena harga vaksin HPV ternyata masih cukup mahal.

Baca juga artikel terkait VAKSINASI HPV atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Kesehatan
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Dhita Koesno