tirto.id - Liburan baru saja usai. Orang-orang akan kembali pada aktivitas mereka sebelumnya. Terkadang setelah liburan beberapa orang merasa semakin memburuk, merasa gelisah dan stres bahkan depresi.
Fenomena seperti ini sebenarnya normal terjadi, sebab setelah liburan langsung kembali beraktivitas seperti biasa. Memikirkan pekerjaan yang menumpuk atau tugas-tugas lain, bisa menciptakan perasaan cemas, takut, dan bahkan sedih
Padahal, liburan bertujuan memberi kesempatan untuk berhenti sejenak dari aktivitas dan mengistirahatkan pikiran. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari liburan.
“Liburan juga memberi kita kendali atas hidup kita,” jelas Howard Tinsley, PhD, profesor psikologi emeritus dari Universitas Illinois Selatan seperti dikutip WebMD.
"Ini adalah elemen penting yang diperlukan untuk kebahagiaan, perasaan kontrol, kebebasan memilih. Liburan membiarkan kita mengendalikan hal-hal yang secara intrinsik menyenangkan dan hal-hal yang menyenangkan pada saat kita melakukannya," kata Tinsley.
Ketika kita sedang berlibur, ada peningkatan dalam dua neurotransmiter otak yaitu dopamin dan serotonin yang terlibat dalam suasana hati dan depresi.
Baird Brightman, seorang psikolog dan konsultan organisasi yang berbasis di Massachusetts menjelaskan, orang yang mengalami depresi memiliki tingkat neurotransmitter yang rendah dan lingkungan kerja dapat memperburuk itu.
"Kami menyebutnya kerja regangan, yaitu beban kerja tinggi dan kontrol rendah. Beberapa penelitian menarik menunjukkan, hewan yang lebih rendah dalam hierarki kekuasaan memiliki tingkat neurotransmiter yang lebih rendah,” jelas Brightman.
Dilansir dari Huffington Post, Josh Klapow mengatakan sebagian alasan kenapa depresi bisa terjadi setelah liburan adalah karena orang-orang tersebut belum terbiasa mengambil liburan reguler, sehingga belum mengembangkan strategi yang efektif untuk menyesuaikan kembali dengan rutinitas.
Menurut Klapow, kegelisahan ini akan sering dikaitkan dengan keengganan untuk kembali liburan pada waktu lain.
Untuk meringankan perasaan depresi setelah liburan ini, Nadine Kaslow, psikolog klinis dan profesor di Sekolah Kedokteran Universitas Emory di Atlanta menyarankan untuk mencoba beberapa hal berikut:
- Jika atasan Anda mengeluh karena liburan Anda yang memakan waktu dua minggu, rencanakan liburan singkat. Banyak orang menemukan akhir pekan yang panjang, tiga atau empat hari sekaligus bisa bekerja lebih baik daripada perjalanan atau liburan dalam waktu yang panjang.
- Jika biaya terbatas, pilihlah liburan untuk bersepeda, mendaki, dan berkemah. "Ada berbagai cara untuk menjadi kreatif dan juga bertanggung jawab secara finansial - jadi Anda tidak hanya menambah stres," Kaslow menjelaskan. "Anak-anak suka hal-hal seperti menjelajahi gua atau kebun binatang."
- Bernegosiasi dengan sesama pelancong, termasuk anak-anak. Jika Anda lebih suka motel dan kolam renang daripada berkemah, maka berinteraksilah.
- Jangan jadwalkan liburan Anda terlalu lama. Sedikit ruang bernafas dengan beberapa hari untuk bersantai membantu menjaga stres pada level rendah.
- Tinggalkan masalah Anda saat bepergian. Jangan bicara tentang masalah sekolah, kesulitan perkawinan. Banyak masalah muncul dan harus dihadapi, tetapi jangan dibawa ke manapun Anda pergi.
Editor: Dipna Videlia Putsanra