tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) bersama tim pemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sepakat memilih Ira Koesno dan Imam Priyono sebagai moderator debat pertama Pemilihan Presiden 2019. Moderator untuk empat debat berikutnya akan ditentukan kemudian.
Ira Koesno dan Imam Priyono adalah orang lama di dunia media massa. Ira misalnya, mulai dikenal publik ketika rutin menjadi presenter berita Liputan 6 SCTV. Ia kerap memberi pertanyaan-pertanyaan yang tajam ke narasumber.
Salah satu yang paling diingat publik soal Ira Koesno adalah ketika ia mewawancarai mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup, Sarwono Kusumaatmadja, tahun 1998, ketika Soeharto masih berkuasa. Setelah acara, tiga menteri menelepon redaksi dan Liputan 6 terancam ditutup. Alasannya, wawancara Ira dianggap terlalu keras dan membikin kuping penguasa panas.
Nama Ira Koesno sempat menghilang setelah tidak lagi menjadi presenter. Namanya kembali muncul setelah jadi moderator dalam debat Cagub DKI Jakarta.
Sementara Imam Priyono malang melintang di stasiun televisi pelat merah TVRI. Pada tahun 2016 ia bahkan mendapat penghargaan dari Anugerah Komisi Penyiaran Indonesia sebagai Presenter Pria Terbaik. Ia mengalahkan nama-nama tenar seperti Prabu Revolusi dari CNN Indonesia dan Tommy Tjokro dari RCTI. Imam sendiri saat ini masih aktif di TVRI, stasiun televisi milik pemerintah.
Ada alasan khusus kenapa dua orang ini yang dipilih jadi moderator pada debat yang rencananya diselenggarakan 17 Januari nanti. Komisioner KPU Wahyu Setiawan mengatakan itu dilakukan untuk membuktikan bahwa 'orang media' bisa independen--meski Ira sendiri sudah lama tak aktif.
"Kenapa? Selama ini kan ada pendapat bahwa nanti kalau media yang dikonotasikan sudah berpihak maka insan media itu akan berpihak juga, [padahal] ya tidak begitu," kata Wahyu di Gedung KPU Jakarta Pusat, Jumat (28/12/2018) kemarin.
Selain itu, Wahyu menjamin dua orang yang sudah dipilih tidak akan berat sebelah karena pada dasarnya moderator hanya bertanya sesuai dengan pertanyaan yang sudah dibuat tim panelis. Mereka tidak diperkenankan untuk bermanuver terlalu jauh.
"Jadi tidak akan keluar dari konteks. Kalau kita lihat debat di Amerika kan moderatornya dari media semua," tambahnya.
Hal serupa diungkapkan Ketua KPU Arief Budiman. Ia mengatakan pada dasarnya fungsi moderator dalam debat Pilpres hanyalah memberikan pertanyaan kepada Paslon. Pertanyaan-pertanyaan pun telah disusun oleh tim panelis bersama KPU.
"Moderator itu juga enggak melakukan apa-apa. Dia hanya men-deliver pertanyaan yang sudah disusun KPU bersama tim panelis," ujar Arief pada kesempatan yang sama.
Independen
Moderator debat disepakati bersama antara KPU dan tim pemenangan capres-cawapres. Masing-masing kubu sepakat untuk satu hal: bahwa moderator, siapa pun itu dan apa pun profesinya, harus terjamin independensinya.
Ketidakberpihakan sang moderator sangat diperlukan agar debat berjalan imbang.
Kubu Joko Widodo-Ma'ruf Amin mengingatkan agar siapa pun yang dipilih sebagai moderator harus netral dan tidak terafiliasi dengan salah satu Paslon. Wakil Direktur Bidang Saksi Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-KH Ma'ruf Amin, Lukman Edy, mengatakan itu memang diatur dalam UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017.
"Supaya jalannya debat bisa sesuai dengan aturan yang ada," ujar Lukman.
Sementara Dahnil Anzar Simanjuntak mengatakan jika moderator dari media nantinya terlihat berpihak, maka jutaan masyarakat pasti akan langsung memvonisnya. Reputasi profesi yang tersemat pada diri moderator pun jadi taruhan.
"Maka jangan rusak reputasi ini, itulah sebabnya kami percaya moderator itu dari media," pungkas Dahnil.
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Rio Apinino