tirto.id - Di usianya yang menginjak 95 tahun, penerbit majalah Time yakni Time Inc. akhirnya dibeli oleh perusahaan media Meredith dengan nilai $2,8 miliar. Dengan demikian, tak hanya majalah Time yang akan berpindah kepemilikan, tetapi juga majalah People, Sports Illustrated, Fortune, dan kanal Entertainment Weekly. Sementara Meredith sendiri sudah punya majalah top seperti Parents, Shape, dan Better Homes & Gardens, demikian laporan CNN, Senin (27/11/2017).
Dalam laporan Financial Times, investor menyambut baik kabar ini. Saham Meredith menanjak lebih dari 12 persen dan saham Time Inc. naik lebih dari 9 persen pada Minggu (26/11/2017) pagi. Meredith perlu berhutang untuk mengesahkan pembelian ini. Nilai pinjaman perusahaan yang berkantor di Iowa itu mencapai 3,55 miliar yang berasal dari RBC Capital Markets, Credit Suisse, Barclays dan Citigroup Global Markets.
Pengamat ekonomi menganggap pembelian tersebut sebagai salah satu yang paling penting bukan karena nilainya saja, akan tetapi sebagaimana diungkapkan analis politik, karena Koch Bersaudara juga turut membekingi pembelian itu dengan dana sebesar $650 juta.
Baca juga: Cerita Kehancuran Industri Mobil Amerika dan Inggris
Charles dan David Koch adalah duo miliarder asal AS yang mengendalikan raksasa minyak dan gas Koch Industries. Pengaruh mereka amat kuat karena Koch Industries kini menjadi perusahaan swasta terbesar kedua di AS dengan nilai mencapai $115 miliar. David Koch adalah penduduk New York terkaya. Bersama Charles ia menduduki posisi ke-8 daftar orang terkaya di dunia di tahun 2017 versi Forbes.
Usai pembelian Time Inc. oleh keduanya ditandatangani, alarm bahaya pun berbunyi. Latar belakang mengacu pada sikap politik Koch Bersaudara sebagai pendukung setia konservatisme Partai Republikan, pendonor gerakan sayap kanan-libertarian AS, dan yang paling dirisaukan oleh pengamat lingkungan adalah karena Koch Bersaudara tak percaya bahwa pemanasan global betulan terjadi.
Koch Industries dibangun oleh ayah Charles dan David, Fred Chase Koch. Fred memulai bisnisnya dengan mengerjakan 15 kilang minyak Uni Soviet era 1930-an, ketika masih di bawah komando Joseph Stalin.
Beberapa tahun kemudian perusahaan cikal bakal Koch Industries, Winkler-Koch, mengerjakan proyek pembangunan kilang minyak terbesar Nazi Jerman. Kilang ini memproduksi ratusan ribu galon bahan bakar oktan untuk pesawat tempur Luftwaffe kepunyaan tentara Nazi.
Baca juga: Imigran Kaya Amerika
Pada tahun 1938, Fred pernah menulis “satu-satunya negara yang sehat di dunia adalah Jerman, Italia dan Jepang”. Untuk memastikan anak-anaknya mendapat pengasuhan yang benar, ia mempekerjakan seorang pengasuh asal Jerman yang ternyata pendukung setia Partai Nazi. Kisah mengejutkan ini dilaporkan jurnalis New Yorker, Jane Mayers, dalam buku “Dark Money: The Hidden History of the Billionaires Behind the Rise of the Radical Right” (2016) dan dilaporkan kembali oleh Guardian.
Mayer menuliskan bahwa Koch dan miliarder lain seperti Richard Scaide telah menghabiskan ratusan juta dolar untuk “mengerakkan ide-ide politik mereka hingga ke tengah-tengah lingkaran kehidupan politisi Amerika.”
Rekam jejak Koch memasuki tahun 1950-an masih belum lepas dari kelompok politik ekstremis. Pada tahun 1958 ia bergabung dengan John Birch Society, ormas AS yang amat anti-komunisme, mendukung pemerintahan terbatas dan memuja kebebasan individu—ideologi khas Libertarian sayap kanan. Sikapnya sempat rasis pada 1960; ia menilai orang kulit berwarna bergerak di politik karena punya agenda pro-komunis.
Fred meninggal pada tahun 1967. Charles dan David mengambil alih perusahaan dan terbukti piawai membawa Koch Industries menjadi salah satu perusahaan paling besar keuntungannya di negeri Paman Sam. Keduanya tetap meneruskan ide-ide politik ayahnya, bahkan ke titik yang lebih jauh dan lewat modal yang lebih banyak. Contohnya adalah sikap anti-pemerintahan yang kian mengeras.
Baca juga: Kerajaan Bisnis Bernama Game of Thrones
Saat diharuskan memilih salah satu kubu saat pengaruh mereka kian kuat di kancah politik nasional, Koch Bersaudara memilih Republikan, dan amat serius berupaya mengganyang kubu Liberal. Koch, bersama kawan-kawan kapitalis lain, melakukannya melalui pendirian dan penyumbang dana lusinan lembaga think-tank. Penelitian yang dihasilkan otomatis berbau politis dan disesuaikan dengan kepentingan Koch Bersaudara.
Koch Industries bergerak di bidang minyak dan gas. Industri ini jadi tulang punggung ekonomi AS mengingat tingginya tingkat ketergantungan masyarakat negara tersebut atas bahan bakar fosil. Namun, minyak dan gas juga isu sensitif bagi pegiat lingkungan.
Lembaga think-tank bikinan Koch akan membuat “penelitian ilmiah” yang mendukung serta melegitimasi bisnis bahan bakar fosil Koch Bersaudara, hingga memperdebatkan pemotongan pajak oleh pemerintah—kebijakan yang amat-sangat dibenci Koch Bersaudara.
Koch Bersaudara juga bergerak ke kampus-kampus. Angka donornya tergolong fantastis. Antara tahun 2005 hingga 2008, Koch Bersaudara menyumbang hampir $25 juta untuk organisasi yang melawan pembaruan kebijakan perubahan iklim. Studi Robert Brulle, profesor dari Drexel University, menemukan 140 lembaga konservatif telah menghabiskan $558 juta selama tujuh tahun untuk menolak kebijakan pro-lingkungan hidup. Salah satu pendonornya adalah Koch Bersaudara.
Baca juga: Amerika Serikat Rajai Ekspor Senjata dan Peralatan Militer Dunia
Sebagai konservatif sejati, Koch juga tak lupa untuk menyalurkan duitnya kepada Tea Party, gerakan kaum konservatif AS yang secara longgar berafiliasi dengan Partai Republikan. Penyalurannya melalui organisasi seperti Americans fo Prosperity. Bersama organisasi sejenis seperti The Heritage Foundation atau Cato Institute, Koch dan sekutunya menyediakan pembicara, acara seminar, rilis pers, transportasi acara, dan kebutuhan logistik lainnya.
Pada pemilihan presiden AS tahun 2016 kemarin, Koch dan jaringan kontributor lain menggelontorkan dana sebanyak $889 juta atau dua kali lipat lebih banyak ketimbang dana dukungan untuk kandidat Partai Republikan di tahun 2012. Upaya mereka tak sia-sia sebab Donald Trump mempecundangi Hillary Clinton. Meski kekuasaan Trump penuh kontroversi, tetapi setidaknya lobi-lobi bisnis Koch sejak tahun lalu mulai kembali lancar.
Pembelian Time Inc. pun menyisakan pertanyaan krusial: apakah sikap politik Koch Bersaudara akan berpengaruh terhadap konten Majalah Time yang secara politis berseberangan dengan kubu konservatif-libertarian-republikan?
"Ini keputusan bisnis yang sangat tepat, sebuah cara murah untuk mendulang lebih banyak lagi pengaruh politik," kata Bill McKibben, mantan penulis New Yorker dan tokoh kunci dalam gerakan lingkungan 350.org kepada Guardian.
Baca juga: Di Balik Dukungan Korporasi Besar Terhadap LGBT
Charles Alexander adalah editor bagian sains yang telah berkarier di majalah Time selama 13 tahun. Ia menuturkan kegelisahannya kepada Guardian. Apa yang dikhawatirkannya bukan soal konservatisme Koch, sebab pendiri Time juga dulu seorang konservatif. Alexander khawatir akan muncul penolakan secara sistematis terhadap fenomena perubahan iklim dan bahwa sikap tersebut akan menimbulkan skeptisisme atas sains dan fakta-fakta empiris yang meluas di masyarakat AS dan bahkan dunia.
"Saya akui saya tidak tahu solusinya, tapi ini berbahaya. Berbahaya jika dua miliarder yang tak berkomitmen terhadap kebenaran faktual untuk diizinkan membeli majalah yang telah menjadi kanal penyampai kebenaran dan menggunakannya untuk memajukan kepentingan sempit bisnis mereka,” katanya.
Dalam pernyataan resmi Meredith yang dikutip CNN, Koch Bersaudara tak akan mendapat jatah kursi di dewan redaksi dan “tidak akan mempengaruhi kerja-kerja editorial atau manajerial Meredith”. Hal ini wajar sebab Koch Bersaudara hanya mendapat jatah 10 persen dari total kepemilikan Time Inc. Namun yang perlu dikhawatirkan adalah strategi khas Koch Bersaudara: beli saham sedikit dulu, pelan tapi pasti nanti akan menguasai sepenuhnya.
Manuver tersebut pernah dijalankan Koch Industries pada tahun 2012 ketika membeli 45 persen saham Guardian Industries, perusahaan produk kaca, otomotif, dan bangunan yang berbasis di Michigan. Namun pada awal tahun ini, perusahaan tersebut benar-benar diakuisisi oleh Koch.
Sebagaimana disampaikan kepada Guardian, Scott Peterson dari kelompok pengawas Checks and Balances Project memperingatkan bahwa Koch berprinsip "tidak ada makan siang yang gratis"—bahkan sumbangan amal pun punya motif kepentingan di baliknya. “Bagiku mengejutkan jika Koch hanya melakukan investasi dengan tenang lalu melanjutkannya dengan mengawasi saham sebagaimana pebisnis kebanyakan,” imbuhnya.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Windu Jusuf