Menuju konten utama
Piala Dunia 2022

Akumulasi Kartu Kuning Piala Dunia 2022, Berlanjut ke 16 Besar?

Akumulasi kartu kuning di Piala Dunia 2022 masih berlanjut di babak 16 besar. Simak aturan atau regulasi FIFA soal pemutihan hukuman kartu di Piala Dunia.

Akumulasi Kartu Kuning Piala Dunia 2022, Berlanjut ke 16 Besar?
Ilustrasi wasit mengeluarkan kartu kuning. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Akumulasi kartu kuning di Piala Dunia 2022 masih berlaku dan akan berlanjut ke babak 16 besar. Artinya, aturan skorsing akibat hukuman akumulasi kartu kuning atau kartu merah masih berjalan dari fase grup hingga nanti memasuki babak 8 besar atau perempat final.

Skorsing diberikan kepada pemain yang menerima 2 kartu kuning atau 1 kartu merah dalam sebuah pertandingan, maka ia tidak bisa tampil pada pertandingan berikutnya. Hal ini juga berlaku untuk 2 kartu kuning yang diperoleh dari 2 pertandingan berbeda. Maka dalam laga selanjutnya, si pemain harus absen.

FIFA baru memberlakukan pemutihan atau penghapusan kartu kuning ketika memasuki babak semifinal. Kebijakan ini sudah berlaku sejak Piala Dunia 2010 silam di Afrika Selatan.

Akumulasi Kartu Kuning di Piala Dunia 2022

Mengacu laman resmi FIFA dalam Bab II Prosedur Disiplin Piala Dunia 2022 tentang Kartu Kuning dan Kartu Merah, dijelaskan bahwa pemutihan kartu kuning dilakukan sebelum memasuki babak semifinal.

Akan tetapi pemutihan kartu hanya berlaku kepada pemain yang mendapat 1 kartu kuning saja, baik saat berlaga di fase grup maupun di babak knockout. Ha ini tertulis di poin 3 regulai Kartu Kuning dan Kartu Merah di Piala Dunia 2022.

“Kartu kuning tunggal di kompetisi putaran final [Piala Dunia] akan dibatalkan (diputihkan) setelah perempat final,” terang FIFA dalam regulasi tersebut.

Kasus ini sempat menimpa bek Belgia, Thomas Munier di Piala Dunia 2018 lalu di Rusia. Ketika itu Munier mendapat total 2 kartu kuning, 1 kartu ia terima saat laga pembuka fase grup kontra Panama, sedang 1 kartu lagi ia peroleh ketika Belgia mengalahkan Brasil di perempat final.

Alhasil, Munier terpaksa menepi saat laga semifinal kontra Prancis. Ia tidak mendapat pemutihan dan tetap terkena skorsing, lantaran jelang laga semifinal sudah mengoleksi 2 kartu kuning. Jika saja ketika itu Munier tidak mendapat ganjaran kartu kuning saat perempat final, maka 1 koleksi kartu kuningnya bakal dihapus di semifinal.

Sejarah Pemutihan Kartu Kuning di Piala Dunia

Pemutihan atau penghapusan akumulasi kartu kuning di ajang Piala Dunia, diberlakukan untuk mengurangi kekhawatiran tim tak bisa menurunkan skuad terbaik ketika tampil di final. Wacana pemutihan kartu kuning mencuat usai cukup banyak pemain bintang yang harus melewatkan kesempatan tampil di final Piala Dunia, hanya karena terkena akumulasi kartu kuning di semifinal.

Gelandang Timnas Inggris, Paul Gascoigne menjadi salah satu pemain yang pernah mendapat akumulasi kartu kuning di laga semifinal. Gascoigne mendapat akumulasi kartu kuning ketika Inggris berjumpa Jerman di semifinal Piala Dunia 1990 di Italia. Sedangkan kartu kuning pertama ia terima saat babak 16 besar, ketika Inggris menundukkan Belgia.

Saat itu Inggris memang kalah adu penalti melawan Jerman, tapi jika The Three Lions lolos ke final maka Paul Gascoigne dipastikan tak bisa masuk dalam line-up pemain. Gascoigne tak kuasa menahan air mata di Stadion Olimpico, Roma, usai mendapat ganjaran kartu kuning tersebut.

Nasib tragis juga menimpa Michael Ballack, sang pahlawan kemenangan Jerman atas Korea Selatan di semifinal Piala Dunia 2022. Kendati golnya sukses mengantar Der Panzer lolos ke final, Ballack mesti rela tak bisa turun di final akibat akumulasi kartu. Saat itu ia mendapat tambahan kartu kuning usai melakukan pelanggaran keras terhadap Lee Chun-soo.

Satu kartu kuning di semifinal telah memupus impian Ballack untuk bermain di final. Padahal sepanjang turnamen ia berhasil menyumbang 3 gol dan 4 assist untuk Timnas Jerman.

"Saya sedih dan saya bahkan meneteskan air mata. Siapa pun yang pernah menjadi pesepakbola akan tahu bagaimana perasaan saya,” terang Ballack usai laga semifinal kontra Korsel di Piala Dunia 2002, dikutip dari The Guardian.

Nasib tragis Michael Ballack lantas membuka mata FIFA untuk menerapkan aturan pemutihan kartu kuning di babak semifinal Piala Dunia.

"FIFA hanya mengatakan kami ingin memberikan kesempatan kepada pemain terbaik untuk bermain di final," kata Marius Schneider juru bicara FIFA pada 2010 silam. "Diskusi pertama kali muncul ketika Ballack absen [dari final 2002]," imbuhnya.

Usai berlakunya pemutihan kartu kuning di semifinal, maka makin terbuka kesempatan bagi para pemain terbaik untuk merasakan tampil di final Piala Dunia. Hanya mereka yang diganjar kartu merah atau 2 kartu kuning sekaligus di babak semifinal yang dipastikan tetap absen untuk pertandingan final.

Akumulasi Kartu Kuning Berlanjut Usai Piala Dunia 2022

Meski FIFA memberlakukan pemutihan kartu kuning di semifinal Piala Dunia 2022, para pemain yang sudah mengoleksi 1 kartu kuning dari fase grup hingga perempat final masih dihitung setelah gelaran berakhir.

Hal ini tertulis di poin 6 tentang Kartu Kuning dan Kartu Merah Piala Dunia 2022. Satu kartu kuning tersebut tetap berlaku dalam pertandingan internasional resmi selanjutnya usai Piala Dunia.

“Penangguhan apa pun yang tidak dapat dilakukan selama Piala Dunia 2022 akan dibawa ke pertandingan resmi tim perwakilan berikutnya,” seperti tertulis pada poin ke-6, Kartu Kuning dan Kartu Merah regulasi Piala Dunia 2022.

Oleh karenanya, pada pemain yang sudah menerima kartu kuning di fase grup mesti menahan diri untuk tidak melakukan kesalahan fatal setidaknya sampai babak perempat final. Mereka berpeluang mendapat pemutihan saat semifinal, tapi jika gagal bisa membuat mereka gagal tampil di babak 4 besar seperti kasus Thomas Munier pada 2018 silam.

Baca juga artikel terkait PIALA DUNIA 2022 atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Olahraga
Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Oryza Aditama