Menuju konten utama

Aksi Para Serdadu di Arena PON XIX Jabar

Tagar #PONJabarKacau sempat jadi perbincangan terhangat di media sosial twitter kemarin. Tagar ini dilampiaskan netizen sebagai bentuk kekecewaan atas beberapa kontroversi yang terjadi selama kompetisi olahraga tersebut. Namun dibandingkan masalah yang menyangkut hal teknis, kasus kericuhan saat semifinal polo air antara Jawa Barat dan Sumatera Selatan, Senin malam (19/9) yang membuat publik murka.

Aksi Para Serdadu di Arena PON XIX Jabar
Petugas kepolisian berusaha meredam kericuhan usai pertandingan antara atlet Wushu Jabar Selviah Pertiwi dengan atlet Wushu Sumut Rosalina Simanjuntak pada final nomor Sanda PON XIX di Gor Padjajaran,Bandung, Jabar, Rabu (21/9). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A.

tirto.id - Memalukan, kata yang paling tepat untuk mengganjar kericuhan yang terjadi dalam pergelaran Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jawa Barat. Publik pun dibuat kesal dengan kenyataan yang ada, saat ajang yang mengagungkan sportivitas dan prestasi ini malah diwarnai kericuhan.

Rasa kesal terjadi karena salah satu elemen yang ikut-ikutan dalam kerusuhan itu adalah aparat TNI – yang mestinya ikut menjaga malah membikin onar. Bukti pemukulan ini akhirnya menjadi viral dan beredar luas di media sosial. Publik mempertanyakan keterlibatan tentara dalam kompetisi olahraga tersebut, khususnya tentara dari Kodam III Siliwangi.

Kasus ini sampai membuat Menteri Pemuda dan Olahraga, Imam Nahrawi angkat bicara. “Sungguh memalukan, yang mestinya beradu prestasi malah emosi yang nampak. Saya minta disudahi. Kedepankan sportivitas.”

Enggan jadi bulan-bulanan, Pangdam III/Siliwangi Mayor Jenderal Hadi Prasojo pun langsung menggelar jumpa pers seraya meminta meminta maaf kepada masyarakat luas atas insiden itu.

“Saya meminta maaf atas insiden yang terjadi antar penonton DKI dan Jabar yang kebetulan dari anggota kami. Kejadian itu hanya dipicu oleh emosional sesaat dan kami juga sebenarnya menyayangkan ada aksi lemparan sebelumnya," katanya di Makodam III Siliwangi.

Hadi pun berkilah bahwa pemicu kericuhan berasal dari aksi pelemparan kontingen DKI Jakarta ke dalam kolam. Namun setelah ditegur si pelempar malah melawan. “Maklum anggota kita juga masih muda-muda. Kalau atlet lagi bertanding, kemudian dilempar kan kasihan mereka. Tidak seharusnya ada pelemparan di venue PON," ujarnya.

Klaim Hadi bertolak belakang dengan pengakuan dari kontingen DKI Jakarta. Ketua Umum kontingen DKI, Raja Sapta Ervian menuturkan kericuhan bermula ketika seorang anggota kontingen DKI menegur petugas keamanan yang melempar botol ke kolam renang. Tak diterima ditegur si aparat malah mengajak kelahi.

Entah siapa klaim yang benar, satu hal yang mesti disalahkan adalah aparat keamanan. Mestinya mereka tidak terpancing emosi penonton. Jangan mentang-mentang setelah menyamar dengan pakaian sipil mereka bebas beraksi seenaknya.

Dalam kasus polo air ini pelaku pemukulan tak semuanya berseragam loreng-loreng, banyak juga yang menyaru berpakaian sipil, meski begitu identitas militer mereka yang berambut cepak dan berbadan tegap tetap bisa terlihat.

TirtoID melihat fenomena suporter TNI ini terjadi di berbagai venue pertandingan yang digelar di Kota Bandung, kabarnya hal serupa pun terjadi di kota-kota lain. Pada venue yang berada di komplek Militer di sekitar Stadion Siliwangi, penonton berambut cepak lebih kentara terlihat ketimbang sipil. Yel-yel suara mereka lebih nyaring terdengar, terkadang ditambahi lewat tetabuhan drum.

Intimidasi para tentara ini memang mengerikan. Atlet dan suporter lawan langsung ciut. Pernah suatu ketika di Cabor Basket Putri yang mempertemukan Jawa Barat dan Jawa Timur, yel-yel dari para tentara Siliwangi ini sempat dibalas sedikit suporter Jatim. Namun setelah dibentak dan diminta diam, segelitir pendukung Jatim itu pun langsung dibungkam.

Memang terlihat seolah terjadi pengarahan suporter oleh Kodam III Siliwangi untuk mendukung kontingen Jabar. Truk-truk militer berwarna hijau tua khas tentara keliling melakukan drop penonton tentara ini di beberapa titik.

Pengerahan ini sempat disindir oleh Imam Nahrawi. "Ya ada kebutuhan keamanan yang diharapkan oleh PP PON baik berasal dari polisi maupun tentara. Nah, seperti apa keterlibatan mereka itu, apakah murni mengamankan atau menjadi suporter? Saya kira harus diklasifikasikan dengan baik,” kata Imam Nahrawi.

Pengerahan suporter TNI ini memang diakui oleh Pangdam Siliwangi, Hadi Prasojo. Meski begitu dia berkilah tugas itu hanya dilakukan bagi mereka yang tidak bertugas. Saat mendukung Jabar atribut pakaian dinas harus dilepas. Sayangnya anjuran sang Pangdam ini tidak terealisasi di lapangan.

Pemandangan di lapangan, para prajurit yang tidak bertugas juga tidak terlihat id card menggantung di lehernya, mereka bergabung bersama dengan suporter Jabar, dan ikut bersorak-sorai dan menabuh drum.

Lantas apa sebenarnya maksud pengerahan suporter dari kalangan tentara ini?

"Siliwangi menyatu dengan rakyat, termasuk juga dengan masyarakat Jawa Barat di ajang PON XIX/2016 Jabar," kata Pangdam III Siliwangi Hadi Prasojo.

"Itu anggota saya kan warga Jabar. Jadi, memang kita tidak bisa dipisahkan dengan Jabar. Bukan berarti mendukung, di mana-mana seperti itu (bersatu dengan rakyat),” katanya.

Kepala Penerangan Kodam III Siliwangi Kolonel M. Desy Arianto memberikan jawaban lain. “Prajurit itu bagian dari warga sehingga wajar ada yang menjadi suporter. Ada yang berkomentar kenapa tentara memihak salah satu? Saya menjelaskan bahwa banyak anggota TNI yang menjadi atlet di PON dan mereka membela kontingen masing-masing," katanya dikutip dari BBC Indonesia.

Menurut Desy, ini terjadi tidak hanya pada kontingen Jawa Barat saja, tetapi juga pada tim lain di beberapa daerah lain dan dilakukan murni untuk memberi dukungan bukan untuk mengintimidasi. Namun, berdasarkan pantauan TirtoID selama mengikuti beberapa pertandingan PON, ucapan Desy ini belum terbukti. Keberadaan suporter tentara di kontingen provinsi lain tak terlihat.

Terkait pengerahan prajurit di arena PON ini, Ketum Kontingen DKI, Raja Sapta Ervian mengaku baru kali ini melihatnya. Pada PON-PON sebelumnya fenomena secara liar ini tidak pernah terjadi.

Hilir masalah ini sebenarnya ada di Gubernur Jawa Barat, Ahmad Heryawan. Wajar ketika seluruh prajurit Siliwangi dikerahkan mendukung Jabar, karena sang Pangdam berstatus sebagai Komandan Kontingen Tim Jabar. Pada Juli lalu, Aher menunjuknya sebagai komandan kontingen.

Penunjukan komandan kontingen yang melibatkan Pangdam bukan kali pertama terjadi. Ini adalah kali kedua Pangdam Siliwangi menjadi Komandan Kontingen. Pada PON XVIII/2012 di Riau, Pangdam III Siliwangi kala itu, Mayjen TNI Sony Wijaya, juga bertindak sebagai komandan kontingen.

Saat dilantik bulan Juli lalu, Hadi sudah jauh-jauh hari akan mengerahkan prajuritnya mendukung Jabar. "Saya sangat bangga menjadi bagian dari Kontingen Jabar, dan saya pastikan seluruh prajurit Siliwangi akan ada di belakang atlet PON Jabar untuk mendukung agar menjadi yang terbaik," kata Hadi, Sabtu (23/7).

Dengan memakai jasa TNI, setidaknya ada faktor politis dan ekonomis yang bisa didapat. Kehadiran tentara sukses membikin mental atlet-atlet lawan tuan rumah ciut dan tidak fokus ke pertandingan. Pengerahan prajurit TNI lebih mudah dan murah ketimbang menggiring masyarakat sipil memadati venue-venue PON. Semoga peristiwa semacam ini yang mencoreng semangat adu prestasi di PON tak akan terulang lagi.

Baca juga artikel terkait OLAHRAGA atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti