Menuju konten utama

Akar Masalah Tawuran Saat SOTR di Jakarta

Polisi melarang seluruh kegiatan SOTR atau Sahur on The Road (SOTR) terutama di Jakarta.

Akar Masalah Tawuran Saat SOTR di Jakarta
Sejumlah remaja melakukan konvoi dalam rangka kegiatan Saur On The Road (SOTR) di Jakarta, Minggu (28/6). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

tirto.id - Polisi membubarkan Sahur On The Road (SOTR) yang digelar sejumlah kelompok pada Sabtu (2/6/2018) malam hingga Minggu (3/6/2018) dini hari di beberapa lokasi di DKI Jakarta. Pembubaran dilakukan karena kegiatan yang mulanya diniatkan untuk berbagi makanan kepada warga kurang mampu berujung vandalisme seperti corat coret, tawuran antarkelompok, dan menimbulkan korban.

Beberapa titik kericuhan dan tawuran antarkelompok SOTR yang dibubarkan antara lain di Jalan Medan Merdeka Barat, Jalan Soepomo, Tebet, Jakarta Selatan, dan Jalan Jenderal Soedirman, Jakarta Pusat, persisnya di depan Mal FX.

Selain membubarkan kelompok SOTR yang terlibat bentrok, polisi juga membubarkan kelompok lainnya karena kedapatan membawa senjata tajam di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Barang bukti yang disita berupa parang, celurit, potongan besi, dan kembang api, yang ditemukan setelah polisi menyisir kawasan taman di belakang SMK Penerbangan, Jakarta Selatan.

Untuk mencegah kejadian berulang, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah berkoordinasi dengan Polda Metro Jaya soal larangan SOTR. Ia mengatakan polisi juga segera turun tangan untuk menindaklanjuti laporan perusakan fasilitas umum, vandalisme, serta tawuran yang terjadi saat SOTR, beberapa hari lalu.

Anies menyatakan SOTR dilarang dan polisi akan langsung bersiaga dan berpatroli di saat sahur. “Kami apresiasi sekali bahwa kepolisian akan menindak tegas mereka semua yang vandalisme,” ujar Anies di Mapolda Metro Jaya, Jalan Jenderal Sudirman, Senin (4/6/2018).

taw

Sementara itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono menegaskan polisi melarang seluruh kegiatan SOTR, apalagi kegiatan tersebut berujung pada perusakan fasilitas publik dan bentrokan antarkelompok.

Terkait kericuhan saat SOTR, Argo menyebut, polisi menangkap sejumlah pemuda yang terlibat dalam kericuhan di sejumlah tempat. Pasal apa yang akan menjerat mereka?

“Nanti kami lihat fakta hukumnya seperti apa.”

Kapolres Jakarta Pusat Kombes Roma Hutajulu, sekitar 100 aparat gabungan berpatroli mengawasi jalan-jalan di Jakarta, serta sweeping kegiatan SOTR. “Seratus personel tiap malam diterjunkan. Gabungan Polri, TNI di Kodya Jakpus,” ucap Roma kepada Tirto.

Infografik Sahur on the road dilarang

Penyakit Menahun

Berubahnya SOTR dari ajang berbagi antar sesama menjadi vandalisme dan tawuran dinilai, Sosiolog sekaligus Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar menandakan adanya masalah sosial di lingkungan masyarakat, terutama di kalangan anak-anak muda di Jakarta. Ia berpendapat "penyakit" ini masih belum terselesaikan dari tahun ke tahun karena belum ada pembenahan dari awal.

Pokok masalah ini, kata dia, berasal dari keluarga. Musni menyebut, tawuran atau vandalisme yang dilakukan anak-anak muda biasanya dimulai dari seorang pemuda yang dominan. Sosok dominan ini biasanya merupakan orang yang kurang perhatian di lingkungan keluarga atau tumbuh di lingkungan yang kerap memperlihatkan praktik-praktik kekerasan.

“Misalnya di permukiman-permukiman warga miskin yang kumuh dan padat penduduk.”

Musni menilai pemerintah kurang memberi perhatian terhadap lingkungan pergaulan anak-anak di Jakarta dengan membuka program-program.

“Kalaupun ada program, hal itu tidak bisa merangkul dan mengarahkan anak-anak tersebut untuk melakukan kegiatan yang lebih positif,” katanya.

Ia menambahkan seharusnya menjadi tanggung jawab bersama lantaran pemerintah, masyarakat dan guru di sekolah punya peran sangat penting dalam mencegah vandalisme dan aksi kekerasan terus tertanam.

“Masyarakat dan pemerintah jangan melihat hilirnya saja. Tidak melihat apa yang dialami anak-anak itu, bagaimana kehidupan mereka dan bagaimana tempat lingkungan mereka berkembang,” katanya.

Baca juga artikel terkait RAMADAN 2018 atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Mufti Sholih