Menuju konten utama

Airlangga: Pemanfaatan AI di Indonesia Akan Sumbang 366 M Dolar

Saat ini tantangan pengembangan AI di Indonesia utamanya berupa ketersediaan jaringan akses internet yang belum merata, terlebih di luar Pulau Jawa.

Airlangga: Pemanfaatan AI di Indonesia Akan Sumbang 366 M Dolar
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto memberikan paparan dalam konferensi pers RAPBN dan Nota Keuangan TA 2025 di Jakarta, Jumat (16/8/2024). (Tirto.id/Eggi Hadian)

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan pemanfaatan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) bakal menambah pendapatan negara hingga 366 miliar dolar AS atau sekitar 12 persen Produk Domestik Bruto (PDB) pada 2030. Hal ini, menurutnya, seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang berdampak pada penambahan jumlah pengguna internet di Tanah Air.

DataReportal 2023 melaporkan, terdapat 212 juta pengguna internet di Indonesia dengan penetrasi internet sebesar 77 persen, 167 juta pengguna media sosial, dan 353 juta sambungan seluler aktif. Selain itu, Indonesia juga menduduki peringkat ke-6 dengan jumlah startup terbesar yaitu 2.646 startup, dengan rincian 15 Unicorn dan 2 Decacorn.

"Hal tersebut menunjukkan bahwa Indonesia siap untuk menjadi pemain utama di era Artificial Intelligence,” tutur Airlangga dalam acara “Sarasehan Nasional: Peluncuran AI Transformation Policy Manifesto, Rekomendasi untuk Optimalisasi Ekonomi Digital Indonesia” yang diselenggarakan oleh Bisnis Indonesia dan ELSAM secara daring, Selasa (20/8/2024).

Meski begitu, mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menyayangkan adopsi AI di sektor industri yang menurut Global AI Index 2023 Indonesia masih berada di peringkat 46 dari 62 negara. Padahal, secara global adopsi AI di sektor industri telah mencapai 56 persen, bahkan generative AI diproyeksikan berkontribusi mencapai 4,4 triliun dolar AS per tahun pada ekonomi global.

"Indonesia perlu meningkatkan pembangunan infrastruktur digital untuk menjawab berbagai tantangan dalam pengembangan AI," sambungnya.

Menurut Airlangga, saat ini tantangan pengembangan AI di Indonesia utamanya berupa ketersediaan jaringan akses internet yang belum merata, terlebih di luar Pulau Jawa. Kecepatan rata-rata broadband Indonesia baru mencapai 28,8 Mbps untuk fixed broadband (peringkat ke-8 di ASEAN) dan 24,6 Mbps untuk mobile (peringkat ke-9 di ASEAN).

Terkait hal ini, pemerintah telah membangun jaringan fiber optik Palapa Ring sepanjang 12.100 km yang telah menghubungkan 57 kabupaten/kota di Indonesia, BTS di 1.600 titik seluruh Indonesia, dan satelit multifungsi Satria-1. Selain itu, pemerintah juga akan membangun pusat data di wilayah Batam, IKN, dan Jabodetabek.

"Indonesia diproyeksikan akan membutuhkan 9 juta pekerja IT terampil hingga tahun 2030. Meski jumlah lulusan TIK terus meningkat, namun permintaan talenta teknologi informasi tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan ketersediaan talenta TIK," beber Airlangga.

Sementara itu, untuk mengembangkan AI, pada tahun 2020 pemerintah telah merancang Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial Tahun 2020-2045 sebagai arah kebijakan teknologi AI nasional.

Kemudian pada Desember lalu, pemerintah juga telah meluncurkan Strategi Nasional Ekonomi Digital yang salah satu pilar utamanya berfokus pada riset, inovasi, dan pengembangan ekosistem AI yang baik di Indonesia.

Pemerintah juga telah mengeluarkan surat edaran tentang Etika Kecerdasan Artifisial untuk memastikan pemanfaatan teknologi ini seimbang dan bertanggung jawab.

“Nah, tentunya keberlanjutan [dukungan] pemerintah pada transformasi digital dipastikan dengan memasukkan anggaran tematik ‘Pembangunan Infrastruktur dalam Mendorong Pertumbuhan Ekonomi’ di RAPBN 2025 yang nilainya sebesar Rp400,3 triliun,” tukas Airlangga.

Baca juga artikel terkait ARTIFICIAL INTELLIGENCE atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Flash news
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Irfan Teguh Pribadi