tirto.id - Maskapai bertarif murah, PT AirAsia Indonesia Tbk. belum berminat membuka rute penerbangan dari dan ke Bandara Kertajati lantaran lokasi yang jauh, serta akses menuju bandara tersebut masih terbatas.
Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan mengatakan lokasi Kertajati dari Bandung terbilang cukup jauh, sekitar 80 km.
Dengan jarak yang cukup jauh itu, calon penumpang kesulitan apabila terbang pagi.
“Dapat dibayangkan harus jam berapa berangkat dari rumah jika ingin mengejar penerbangan pertama pukul enam pagi, terutama penerbangan internasional yang juga membutuhkan proses imigrasi,” katanya kepada Tirto, Rabu (10/04/2019).
Selain jarak yang jauh, moda transportasi menuju bandara dengan waktu tempuh lebih singkat seperti kereta juga masih terbatas. Untuk itu, AirAsia masih akan tetap fokus di Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
Kendati demikian, lanjut Dendy, dirinya mengapresiasi upaya pemerintah dalam membangun bandara-bandara baru di Indonesia, termasuk Kertajati.
Apalagi, permintaan jasa angkutan udara di Indonesia juga terus meningkat.
Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menyebut bahwa pembangunan Bandara Kertajati, Jawa Barat, tidak direncanakan dengan baik sehingga menyebabkan sarana transportasi itu sepi pengunjung.
Faktor penentuan lokasi, menurut dia, jadi salah satu penyebab masyarakat yang hendak ke Bandung lebih memilih menggunakan jalur darat tanpa harus melalui Kertajati.
“Letaknya tanggung, kalau berada 20-30 kilometer dari Bandung masih oke, tapi ini kan hampir 100 kilometer. Jadi, kalau mau ke Bandung lewat Kertajati mesti naik mobil lagi sampai 100 kilometer, jadi lebih baik langsung saja ke Bandung,” tuturnya.
Lokasi bandara yang tidak strategis juga menyebabkan maskapai penerbangan enggan membuka jalur udara dari dan ke Kertajati. Untuk itu, salah satu cara agar Bandara Kertajati bisa ramai adalah dengan mengembangkan kawasan wisata di sekitarnya.
Selain itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan operator bandara akan memberikan insentif bagi maskapai agar mereka mau membuka rute dan menambah jadwal penerbangan ke Kertajati.
"Airline itu kan enggak bisa dipaksa karena mereka berpikir bisnis, jadi harus ada insentif. Misalnya, apakah lending fee yang lebih rendah, parking fee yang lebih rendah dan lain-lain," kata Staf Ahli Menteri Perhubungan Bidang Logistik, Multimoda, dan Keselamatan Perhubungan Cris Kuntadi saat dihubungi Rabu (10/3/2019).
Selain jumlah maskapai, Cris menyebut bahwa hal lain yang menjadi penyebab sepinya penumpang di BIJB Kertajati karena keterbatasan akses menuju lokasi, terutama dari Jakarta dan Bandung.
Keberadaan jalan provinsi yang masih belum memadai juga turut menjadi faktor yang mempersulit akses dari Jakarta dan Bandung menuju bandara tersebut.
"Akses jalan tol, misalnya, masih dalam proses. kemudian akses lainnya, jalan provinsi itu juga sedang perbaikan semuanya. Tapi kita sih tetap yakin Kertajati akan jadi alternatif untuk pemindahan orang dari satu tempat ke tempat lain di Jawa barat," imbuhnya.
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Nur Hidayah Perwitasari