tirto.id - "Saya akan terus mempersiapkan diri untuk 2024 mendatang."
Ucapan itu dilontarkan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono, usai menghadiri rapat konsolidasi DPD Partai Demokrat NTT di Kupang, Selasa (18/2/2020).
Namun, ucapan AHY ini langsung diklarifikasi staf komunikasinya, Bellatrix Rotinsulu yang mengatakan, "tidak benar AHY memberikan pernyataan bahwa dirinya 'akan terus mempersiapkan diri untuk 2024." Pernyataan AHY di sejumlah media ini menurut Bellatrix tak utuh ditampilkan dalam berita.
Menurut Bellatrix seperti dikutip dari Antara, Rabu (19/2/2020) kemarin, AHY sebenarnya berkata, "Saya sebetulnya tidak ingin terlalu jauh berandai-andai. Bagi saya, ingin terus mempersiapkan diri untuk melaksanakan tugas-tugas apa pun, yang InsyaAllah, akan diembankan kepada saya."
Meski begitu, apa yang diucapkan putra sulung Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu, tetap menjadi jawaban atas pertanyaan publik terkait persiapan dirinya untuk menghadapi kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Memang masih lama, namun banyak pihak mendesak dirinya menjadi calon presiden.
AHY mengaku ingin terus menyapa dan mendengar aspirasi masyarakat di seluruh Indonesia bersama partainya. Katanya, meski Partai Demokrat tak ada di dalam pemerintahan saat ini, tapi ia mengklaim banyak kader Demokrat yang menjadi kepala daerah.
Desakan agar AHY menjadi capres diakui Wakil Ketua Umum Partai Demokrat lainnya, Syarief Hasan. Bahkan tak hanya AHY, dorongan serupa juga berlaku untuk adiknya, Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas).
"Jadi [dari] pemimpin-pemimpin, calon-calon kader muda untuk tampil, dan yang paling menonjol dari semuanya itu ya memang dua orang [AHY dan Ibas] itu," kata Syarief saat ditemui di DPR RI, Rabu (19/2/2020).
Syarief juga tak menampik jika memang semua elit Partai Demokrat sedang mengarahkan kadernya, terutama AHY dan Ibas, untuk disiapkan dalam kontestasi politik 2024 nanti. Syarief tak menjawab tegas apakah memang SBY akan rela dan ikhlas memberikan jabatannya ke AHY maupun Ibas. Namun katanya, SBY mendorong adanya proses regenerasi di internal partai.
"Proses regenerasi itu alami. Jadi saya pikir semuanya juga harus menyadari itu. Ini bukan menyangkut masalah ikhlas atau tidak ikhlas. Tetapi proses regenarasi itu perlu. Dan kami di Demokrat sangat memahami itu. Jadi apalagi Pak SBY sangat mendorong ada proses regenerasi," katanya.
Jejak AHY dan Ibas
Sebenarnya, sudah sering AHY mengeluarkan sinyal kepercayaan dirinya maju di Pilpres 2024. Usai kalah di Pilkada DKI Jakarta pada 2017, AHY terang-terangan bila dirinya akan bersiap berkompetisi di level yang lebih tinggi, yakni perebutan kursi presiden dalam kontestasi Pilpres 2024.
"Jika lima tahun mendatang terbuka peluang lain bagi saya di 2024 maka tugas dan kewajiban saya adalah menyiapkan diri sebaik-baiknya," kata Agus Harimurti Yudhoyono saat konferensi pers di kediaman ayahnya di Mega Kuningan, Jakarta, 10 Agustus 2018.
Ditambah, usai Pilpres 2019, AHY sempat diundang oleh Presiden Joko Widodo ke Istana Negara. Sembari penghitungan real count KPU masih berproses, AHY memperoleh undangan dari Presiden Jokowi ke Istana. Pria 40 tahun ini pun memenuhi ajakan tersebut.
Banyak spekulasi muncul kehadiran AHY ke Istana Negara saat itu karena ditawari kursi menteri atau jabatan strategis lainnya, kendati, memang pada akhirnya tak ada satu pun kader Partai Demokrat duduk kursi pemerintahan periode kedua Jokowi saat ini.
Meski tak menghasilkan, pertemuan dengan Jokowi tentu sangat penting bagi AHY, juga untuk Partai Demokrat, dalam menentukan arah politik pasca-Pilpres 2019. Terlebih, AHY kerap digadang-gadang sebagai salah satu sosok muda paling potensial untuk pilpres selanjutnya pada 2024 mendatang. Dan, tentu bukan kebetulan mobil yang dinaikinya menuju Istana Negara, Kamis (2/5/2019) bernopol B 2024 AHY, sebuah sinyal bahwa AHY sangat serius ingin bertarung di Pilpres 2024.
AHY tentu berbeda dengan adiknya, Ibas. Meski lebih dulu terjun ke dunia politik daripada kakaknya, namun nama AHY memang yang paling ditonjolkan elit Demokrat saat ini. Padahal, Ibas sudah menjadi anggota DPR RI sejak periode 2009-2014 dan kembali terpilih menjadi anggota DPR RI periode 2019-2024. Nama Ibas sebagai wakil rakyat memang jarang terdengar membicarakan isu-isu yang sedang ramai dibicarakan publik. Namun, rupanya SBY mempercayakan Ibas untuk memimpin Fraksi Partai Demokrat sejak 2014 sampai sekarang.
Sama-sama Dapat Jabatan karena Anak SBY
Baik Ibas maupun AHY tak pernah menduduki jabatan-jabatan strategis seperti menteri, yang setidaknya menyongkong keduanya maju ke Pilpres 2024. Namun, yang terpenting bagi SBY untuk saat ini sepertinya memikirkan strategi agar Partai Demokrat tetap dipimpin salah satu anaknya melalui ajang kongres yang digelar Mei 2020.
Peneliti Pusat Penelitian Politik LIPI Aisah Putri Budiarto melihat AHY sudah mengisi pos-pos strategis partai beberapa tahun terakhir: Cagub DKI Jakarta 2017, Ketua Kogasma Partai Demokrat, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, hingga ujung tombak lobi-lobi ke Presiden. Sementara Ibas, selain menjadi ketua fraksi juga dipercaya menjadi Ketua Komisi Pemenangan Pemilu Partai Demokrat. Keduanya sama-sama mendapatkan jabatan karena SBY adalah ayahnya yang memimpin partai.
"Dalam kurun waktu yang terbilang singkat berpolitik, kurang lebih 3 tahun, AHY sudah menempati posisi-posisi politik strategis, yang saya kira tidak akan semudah itu jika ia bukan seorang anak SBY," kata Aisah Putri kepada reporter Tirto.
Meski sama-sama mendapatkan jabatan karena pengaruh sang ayah, Aisah melihat dari segi kapasitas dan citra publik, AHY lebih unggul dibandingkan dengan Ibas. Ibas, meskipun telah lebih lama menjadi pengurus partai dengan posisi-posisi strategis, namun tidak lebih menonjol prestasi politik dan popularitasnya dibandingkan dengan AHY.
Peluang besar nama AHY atau Ibas untuk maju di Pilpres 2024 pun tergantung bagaimana partai mengambil sikap politik selama lima tahun kedepan. Jika Demokrat tetap menjadi partai di luar koalisi pemerintah, kata Aisah, maka AHY atau Ibas harus konsisten memainkan peran sebagai pihak yang melakukan kontrol dan kritis tetapi berbasis argumentasi yang kuat sehingga mampu menarik perhatian publik.
Lain ceritanya bila AHY atau Ibas yang nantinya menjadi ketua umum dan menjadikan Demokrat menyeberang masuk ke dalam pemerintahan. Maka kecil peluang bagi AHY maupun Ibas untuk bisa bertarung di Pilpres 2024. Namun, AHY ataupun Ibas bila maksimal di dalam pemerintahan maka bukan tak mungkin ini juga akan menjadi peluang mendapatkan perhatian publik sehingga bisa berkompetisi di Pilpres 2024.
"Jika di pertengahan jalan, Demokrat bergabung dengan koalisi dan AHY atau Ibas mendapatkan posisi menteri atau posisi strategis dalam pemerintahan lain dan bisa memaksimalkan posisi dan perannya tersebut hingga mendapatkan atensi publik dan menjadi favorit publik," katanya.
Sementara itu, pengajar ilmu politik Universitas Al-Azhar Indonesia, Ujang Komaruddin menilai sosok AHY lebih menonjol daripada Ibas untuk menjadi calon presiden. Agak sulit Partai Demokrat untuk meraih kemenangan jika mereka masih ingin menerbitkan Ibas dalam gelanggang Pilpres 2024.
Selain tak pernah menjabat kursi strategis apa pun, Ujang menilai masa Ibas memang sudah selesai. Ujang melihat AHY yang merupakan mantan tentara sebagai "Golden Boy" Partai Demokrat. Menurutnya mudah bagi Demokrat untuk mempromosikan AHY ketimbang Ibas.
"Kalau Ibas mau dipromosikan, kenapa AHY yang jadi Kogasma dan Waketum Demokrat?" kata Ujang kepada reporter Tirto, Kamis (20/2/2020).
=========
Naskah ini mengalami perubahan judul untuk menampung keberatan dari Bellatrix Rotinsulu, staf komunikasi Agus Harimurti Yudhoyono, Jumat (21/2/2020), pukul 18.35. Judul sebelumnya ialah, AHY & Ibas 'Nyapres' 2024: Hanya Halusinasi Belaka?
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Bayu Septianto