tirto.id - Guru Besar Ilmu Kesehatan Mata Universitas Gadjah Mada, Prof Suhardjo mengatakan ada sedikit kasus mata merah atau konjungtivis pada individu yang terinfeksi COVID-19. Kendati begitu, risiko penularan virus corona melalu air mata kemungkinannya rendah. Tergolong kasus langka.
“Air mata bisa jadi media penularan, tapi kemungkinannya kecil karena disitu tidak ada reseptor yang cocok untuk virus Corona,” katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (17/12/2020).
Ia menjelaskan bahwa selama ini penularan virus SARS-CoV-2 paling sering terjadi melalui mulut atau hidung. Sebab di area tersebut terdapat jaringan mukosa yang dapat menjadi pintu masuk bagi virus. Seperti diketahui dalam rongga mulut maupun hidung memiliki reseptor ACE-2 dan CD 147 serta enzim TMPRSS2 sebagai tempat menempelnya virus Corona.
“Reseptor itu ibarat rumah, kalau di ronga mulut dan saluran hidung ada reseptor yang cocok untuk COVID,” katanya.
Sementara dari studi literatur yang telah diterbitkan dalam Journal of Medical Sciences pada Juli 2020 lalu diketahui jika hanya sedikit pasien Covid-19 yang mengalami mata merah/konjungtivis. Dari studi tersebut diketahui jika hanya sebanyak 0,8 persen pasien COVID yang menunjukkan gejala mata merah.
“Jadi hanya 8 dari 1.000 orang ada gejala mata merah pada pasien Corona dan ini lebih rendah angkanya daripada gejala diare sebanyak 3,8 persen,” tuturnya.
Untuk mencegah virus corona masuk melalui mata, Suhardjo mengimbau masyarakat untuk tidak terlalu sering menyentuh atau mengusap mata dengan tangan. Perilaku tersebut selain mencegah infeksi virus corona juga mencegah terjadinya iritasi serta infeksi virus maupun bakteri lainnya pada mata.
Penularan Corona di Indonesia kini terus muncul. Per hari ribuan kasus dilaporkan oleh satuan tugas nasional penanggulangan COVID. Bahkan hari ini 17 Desember, kasus Corona mencapai 7.354. Total kasus terkonfirmasi 643.508.
Editor: Abdul Aziz