tirto.id - “Kami ingin, bahwa pada 2014, Pak Jokowi boleh kalah di Jawa Barat. Tapi di 2019, Pak Jokowi bakal menang di Jawa Barat.”
Kalimat tersebut diucapkan Ketua DPW Nasdem Jawa Barat (Jabar) Saan Mustopa kepada Tirto pada Kamis (7/9) sore. Ia akrab disapa Kang Saan. Dan, saat itu, ia terdengar begitu percaya diri.
Beberapa jam sebelumnya, pemerintah provinsi Jabar menyudahi serah terima jabatan (sertijab) gubernur dan wakil gubernur. Ridwan Kamil dan Uu Ruzhanul Ulum, pasangan yang diusung Nasdem, resmi memimpin provinsi seluas 37 ribu kilometer persegi itu.
Ridwan dan Uu ialah kunci keyakinan diri Kang Saan soal kemenangan Jokowi-Ma'ruf di Bumi Pasundan saat pemilihan presiden (pilpres) tahun depan. Pada Rabu (6/9), usai dilantik sebagai gubernur Jawa Barat oleh Presiden Jokowi di Istana Presiden, Ridwan secara blak-blakan berkata, "Saya dukung Pak Jokowi, sudah clear, enggak usah ditanyakan lagi."
"Pak Ridwan Kamil juga akan berusaha semaksimal mungkin memenangkan pak Jokowi di Jawa Barat. Bahkan, kalau dibolehkan aturan, Pak Ridwan Kamil juga siap menjadi ketua tim pemenangan Jokowi,” ujar Kang Saan menegaskan posisi Ridwan Kamil dalam kontestasi pilpres mendatang.
Tergiur Aroma Kemenangan di Jabar
Jabar begitu menggiurkan. Ia merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Data Badan Pusat Statistika (BPS) menyebutkan jumlah penduduk Jabar pada 2015 diproyeksikan sebesar 46,7 juta. Pada 2020, angka ini akan menjadi 49,9 juta.
Dari sekian banyak penduduk itu, sekitar 60 persen di antaranya bakal memilih di pilpres mendatang. Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar menyebutkan sebanyak 32.636.846 orang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilu dan Pilpres 2019 di Jabar.
Pada pilpres sebelumnya, strategi Jokowi di Jabar memang tidak manjur. Berpasangan dengan Jusuf Kalla, salah satu tokoh penting Golkar, Jokowi hanya mampu meraup 40,22 persen suara di Jabar pada Pilpres 2014. Prabowo yang berpasangan dengan tokoh PAN, Hatta Rajasa, merajai Jabar dengan perolehan suara sebesar 59,78 persen.
Meski demikian, Jokowi mengungguli Prabowo di tingkat nasional. Empat tahun sudah Jokowi menjabat presiden dan konstelasi politik di Jabar pun berubah.
Hasil survei Alvara Research Center terhadap 1.200 responden di Jawa Barat secara multi-stage random sampling menyebutkan elektabilitas Jokowi di Jabar lebih besar dari Prabowo. Sigi yang dipublikasikan pada Kamis (23/8), sepekan sebelum pendaftaran kandidat pilpres dibuka, itu menyatakan elektabilitas Jokowi sebesar 47,7 persen, unggul dari elektabilitas Prabowo yang sebesar 34,4 persen.
Telaah itu berkebalikan dengan hasil Exit Poll SMRC pada Pemilihan Gubernur Jabar, dua bulan sebelum ini. Hasil Exit Poll terhadap 400 tempat pemungutan suara (TPS) seantero Jabar itu menyatakan 51,2 responden memilih Prabowo, sementara 40,3 persen lainnya memilih Jokowi.
Perubahan konstelasi politik di Jabar tersebut juga tercermin dari sosok Ridwan dan Uu.
Pada Pilpres 2014, Ridwan dan Uu masuk tim sukses Prabowo-Hatta. Di tengah kesibukannya sebagai walikota Bandung, Ridwan getol berkampanye untuk Prabowo-Hatta. Begitu pula Uu yang saat itu menjabat sebagai bupati Tasikmalaya.
Sedangkan Ahmad Heryawan, gubernur Jabar sebelum Ridwan, tampil sebagai ketua Tim Sukses Prabowo-Hatta di Jabar. Politikus PKS itu turut menggandeng wakilnya, Deddy Mizwar, guna mendukung pasangan calon nomor urut satu itu.
Selain empat nama tersebut, 7 kader parpol pengusung Prabowo-Hatta yang tengah menjabat kepala daerah di Jabar juga disebut Ahmad Heryawan masuk tim sukses Prabowo-Hatta. Salah satunya ialah Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi.
Dukungan tersebut tidak begitu mencengangkan. Arah politik para kepala daerah tersebut biasanya seturut dengan haluan parpolnya masing-masing.
Parpol pengusung Ridwan saat maju di Pemilihan Walikota Bandung 2013 ialah Gerindra dan PKS, sedangkan Uu ialah kader PPP. Sementara Dedi Mulyadi adalah kader Golkar. Baik Gerindra, PKS, Golkar, dan PPP merupakan pengusung Prabowo-Hatta di Pilpres 2014.
Empat tahun berlalu, Gerindra, PKS, PAN, dan Demokrat teguh mengusung Prabowo-Sandiaga di Pilpres 2019. Sementara PDI Perjuangan, Golkar, PKB, PPP, Nasdem dan Hanura tegar mengusung Jokowi-Ma'ruf.
Sejalan dengan sikap parpolnya, nama-nama yang disebut di atas kini balik arah. Ridwan, Uu, dan Dedi bakal mendukung Jokowi-Ma'ruf. Begitu juga Deddy Mizwar, meski dalam kasusnya, ia menyempal dari garis kebijakan parpolnya, Demokrat. Sebelumnya, Deddy maju sebagai kandidat gubernur Jabar didampingi Dedi Mulyadi pada Pilgub Jabar kemarin. Pasangan yang diusung Demokrat dan Golkar ini kalah.
Menghitung Untung dari Kepala Daerah
Menanggapi dukungan Ridwan Kamil dan sebagian kepala daerah kepada Jokowi-Ma'ruf, Ketua DPD Gerindra Jabar Mulyadi mengaku ingin fokus menguatkan struktur internal parpol mulai dari tingkat provinsi hingga desa. Kepercayaan dirinya pun serupa Kang Saan. Tidak tanggung-tanggung, ia yakin Prabowo-Sandiaga bakal menang di Jabar dengan perolehan suara sebesar 68 persen.
“Prinsipnya kami tidak ingin terbiaskan oleh strategi dari timnya pak Jokowi. Kami fokus dengan apa yang kami miliki,” sebut Mulyadi saat dihubungi Tirto, Kamis (7/9) malam.
Dengan menangnya Ridwan-Uu, parpol pendukung Prabowo-Sandiaga sebenarnya kehilangan jabatan gubernur yang selama dua periode diduduki PKS. Namun, Mulyadi bangga betul dengan capaian Gerindra, PKS, dan PAN saat mengusung Sudrajat-Syaikhu di Pilgub Jabar kemarin—yang memang melampaui prediksi berbagai lembaga riset.
Capaian itulah yang membuat Mulyadi tak menghitung pengaruh sosok semacam Uu Ruzhanul Ulum terhadap suara Jokowi-Ma'ruf di Jabar.
"Tidak terlalu berpengaruh, pak. Kalau faktor Pak Uu itu berpengaruh, waktu di pemilihan gubernur, [masak] di Kota Tasikmalaya itu aja kalah. Padahal dia Bupati Tasikmalaya yang lokasinya dekat dengan Kota Tasikmalaya," bantah Mulyadi bersemangat.
Pasangan Asyik unggul di wilayah Megapolitan Jabar semacam Kota Depok, Kota dan Kabupaten Bogor, serta Kota dan Kabupaten Bekasi.
Melihat Pilpres 2014, Jokowi-JK memang keok dari Prabowo-Hatta di wilayah-wilayah ini. Di Kabupaten Bogor, Jokowi-JK kalah dengan selisih suara hingga 42 persen. Lalu, di Kota Depok dan Kota Bekasi, Jokowi-JK kalah 9-11 persen. Di Kota Bogor dan Bekasi, Jokowi-JK kalah cukup banyak, terpaut sekitar 23 persen. Bogor dan Bekasi menjadi kantong padat penduduk di Jabar. Keduanya juga merupakan wilayah dengan jumlah pemilih terbanyak.
Namun, mesin politik Sudrajat-Syaikhu juga tidak cukup ampuh menembus wilayah Karawangan (Purwakarta, Karawang, Subang) yang dikuasai pasangan Deddy-Dedi. Pada pilpres kemarin, Jokowi-JK kalah telak, dengan selisih 43 persen, dari Prabowo-Hatta di Purwakarta yang saat itu dipimpin Dedi Mulyadi. Berhubung Deddy-Dedi sekarang mendukung Jokowi, Purwakarta bisa dimenangkan Jokowi, sementara Karawang dan Subang menjadi perebutan sebab keduanya adalah basis Demokrat. Pada Pilpres 2014, Jokowi menang tipis di Subang, sedangkan di Karawang Prabowo-Hatta menang cukup telak.
Di wilayah luar Karawangan dan Megapolitan, Ridwan-Uu menang. Kantung massa pendukungnya terutama ada di wilayah Bandung Raya semacam Kota Cimahi, Kota dan Kabupaten Bandung, Bandung Barat, dan Sumedang atau Priangan Timur seperti Ciamis, Pangandaran, Garut, Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, serta Kota Banjar. Ridwan-Uu beserta tim sukses Jokowi-Ma'ruf tidak boleh melepas wilayah ini begitu saja mengingat Jokowi-JK kalah telak di wilayah ini.
Kepala Daerah Sini dan Sono
Jokowi memang sudah mengantungi dukungan Ridwan Kamil, dan duo Deddy-Dedi. Namun, rivalnya juga punya senjata kepala daerah lain.
Mulyadi menegaskan Gerindra Jabar siap menurunkan kader-kadernya yang menjabat kepala daerah untuk berkampanye mendukung Prabowo-Sandiaga.
"Dalam konteks kader, secara otomatis mereka tidak perlu disuruh untuk mendukung Prabowo-Sandiaga. Di satu sisi, mereka pertama-tama mesti melayani rakyat terlebih dahulu. Mereka yang mengerti bagaimana mengaturnya," tegas Mulyadi.
Di Jabar, ada 4 kader Gerindra menjabat kepala daerah: 1 bupati, 1 wakil bupati, dan 2 wakil walikota. PAN juga punya dua kader menjabat wakil bupati, dan ada dua lainnya menjabat walikota dan wakil walikota.
Di tengah sedikitnya kader yang menjabat kepala daerah di Jabar, Gerindra (dan PAN) bisa terbantu oleh dua kawan mereka: PKS dan Demokrat. PKS punya 3 kader menjabat wakil bupati dan 3 kader menjabat walikota di Jabar. Sedangkan Demokrat mendudukkan 3 kadernya sebagai bupati dan 2 orang lagi sebagai wakil bupati. Parpol pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu juga punya 1 kader, masing-masing, menjabat walikota dan wakil walikota.
Secara keseluruhan, sebanyak 21 kader parpol pendukung Prabowo-Sandiaga tengah menjabat sebagai kepala daerah di Jabar.
Angka itu lebih sedikit dari jumlah kader koalisi parpol pengusung Jokowi-Ma'ruf yang menjabat kepala daerah di Jabar, yakni 28 orang. Dari 28 orang itu, 21 di antaranya disumbang PDIP dan Golkar, sementara 7 sisanya merupakan kader Nasdem (3 orang), PPP (3 orang), dan PKB (1 orang).
Di Jabar, 6 kader PDIP menjabat bupati, sementara 2 lainnya menjadi wakil bupati. PDI juga punya 1 kadernya menjabat, masing-masing, sebagai walikota dan wakil walikota. Sementara itu, ada 11 kader Golkar menjadi: 4 bupati, 4 wakil bupati, 2 walikota, dan 1 wakil walikota.
Tidak cuma partai, Ridwan Kamil pun jadi menggambarkan bahwa di atas kertas, mulai dari dukungan kepala daerah dan elektabilitas, Jokowi-Ma'ruf sedang unggul dari Prabowo-Sandiaga. Terlepas dari itu, Jokowi-Ma'ruf juga tetap dibayangi gerakan #2019GantiPresiden yang begitu masif di Jabar.
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Maulida Sri Handayani