tirto.id - Satuan Kerja Khusus Hulu Minyak dan Gas (SKK Migas) mencatat kinerja produksi migas siap jual atau lifting kuartal III/2019 mengalami penurunan. Per September 2019, lifting migas tercatat hanya mencapai 1,7 juta barel setara minyak per hari (BOEPD).
Dari target APBN 2019 nilainya baru menyentuh 89 persen, meleset dari total target 2 juta BOEPD. Nilai ini juga lebih rendah dari capaian lifting kuartal III/2018 yang sempat menyentuh 1,91 juta BOEPD.
“Ada tiga hal pokok yang menggangu operasi. Pertama harga gas dunia sangat rendah. Kedua kebakaran di Sumatra. Ketiga kejadian di blok Off Shore North West Java (ONWJ),” ucap Kepala SKK Migas, Dwi Soejipto dalam konferensi pers di kantornya Kamis (24/10/2019).
Menurunnya capaian lifting Migas dikuartal tiga disebabkan oleh rendahnya lifting minyak yang tercatat sebesar 745 ribu barel per hari (bph) atau lebih rendah dari capaian periode yang sama tahun lalu yakni sebesar 774 ribu bph.
Sementara lifting gas ganya tercatat 1,050 juta BOEPD turun dari capaian dari kuartal III/2018 yang senilai 1,14 juta BOPED.
Dwi menjelaskan, pemerintah juga telah memutuskan untuk memotong produksi gas agar tidak rugi menyusul rendahnya harga gas dunia.
Pemotongan target produksi tersebut akan dilakukan di Bontang, Kalimantan Timur; Tangguh, Papua Barat; serta Donggi Senoro di Sulawesi Tengah.
“Harga gas rendah jadi harus kita kurangi. Lifting 2019 terus terang agak terpukul karena harga gas dunia rendah,” ucap Dwi.
Lalu soal gangguan akibat kebakaran hutan dialami pada operasi lifting di Blok Rokan, Riau. Dwi bilang untuk sementara produksi distop sekitar 1 bulan. Soal penurunan produksi akibat masalah itu, Dwi mengaku belum dapat mebeberkannya.
“Saat ini asapnya masih ada. Mungkin kita masih tahan demi keamanan. Belum beroperasi,” ucap Dwi.
Adapun kebocoran dalam pengeboran migas di blok ONWJ milik Pertamina Hulu Energi membuat pemerintah pesimistis tak mendapatkan produksi yang diharapkan
Ia bilang nantinya ada potensi pengaktifan kembali sumur yang saat ini tengah dihentikan di luar area yang sudah ditutup. Namun, hal itu belum dapat dilakukan karena masih dalam proses penanggulangan dampak lingkungan.
“Tadinya ada tambahan produksi dan litfing tapi tidak terjadi karena kejadian itu,” ucap Dwi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana