tirto.id - Sabtu (30/3/2024), terjadi ledakan di gudang amunisi TNI AD Desa Ciangsana, Gunung Putri, Kabupaten Bogor. Berdasar informasi yang telah Tirto himpun, awal ledakan terjadi sekitar pukul 18.05 WIB, tepatnya di gudang nomor 6. Adapun gudang tersebut berisi amunisi yang sudah kadaluarsa, yang terkumpul dari berbagai satuan Kodam Jaya.
Api di gudang amunisi Kodam Jaya tersebut padam sekitar pukul 04.00 WIB, pada keesokan harinya, Minggu (31/3/2024). Setelah itu, petugas melakukan pendinginan. Dalam upaya pemadaman, pemadam kebakaran mengerahkan 16 unit mobil pemadam yang personelnya diambil dari wilayah Kabupaten Bogor dan Bekasi.
Isu ini pun menjadi bahan perbincangan publik, termasuk juga di media sosial. Muncul beberapa informasi tambahan yang menyebut adanya korban jiwa. Jumlahnya disebut mencapai 15 orang.
"Terjadi kebakaran gudang peluru di yon armed pangkalan 5 narogong... Info terakhir ada 15 korban jiwa. Harap yang tinggal disekitar lokasi agar berlindung," begitu salah satu narasi yang disebar salah satunya oleh akun "Abu Tohir" di salah satu grup Facebook, hanya selang beberapa jam setelah kejadian.
Unggahan (arsip) tersebut mendapat perhatian cukup besar dari publik, dengan lebih dari 200 tanda suka dan impresi, serta lebih dari 100 komentar. Unggahan ini juga telah dibagikan ulang sebanyak 28 kali.
Tirto juga menemukan narasi yang sama disebarkan oleh setidaknya enam akun Facebook lain (tautan 1, arsip), (tautan 2, arsip),(tautan 3, arsip), (tautan 4, arsip), (tautan 5, arsip), (tautan 6, arsip).
Di media sosial lain, seperti di Instagram, narasi serupa juga tersebar dari akun berikut (arsip). Sementara di Twitter, ditemukan unggahan akun berikut dengan narasi yang sama.
Secara umum selain klaim tentang adanya korban jiwa, unggahan di media sosial tersebut mencantumkan video kejadian ledakan dari berbagai sisi di lokasi kejadian.
Lalu bagaimana faktanya? Apakah benar ledakan dan kebakaran gudang peluru TNI AD Desa Ciangsana memakan 15 korban jiwa?
Pemeriksaan Fakta
Pertama-tama, Tirto mengidentifikasi video-video dengan narasi korban jiwa dari ledakan Kodam ini. Secara garis besar, ada empat video yang disebar berbagai akun ini secara acak.
Video-video tersebut benar berasal dari kejadian ledakan kebakaran gudang peluru TNI AD Desa Ciangsana. Potongan-potongan video tersebut juga digunakan sebagai bahan pemberitaan sejumlah media massa, misalnya dari Antara, Liputan6, dan Metro TV.
Namun, klaim 15 orang korban jiwa dari kejadian ledakan tersebut tidak benar. Menurut Panglima Kodam (Pangdam) Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan, dari hasil pemeriksaan di sekitar wilayah yang mereka lakukan, tidak ditemukan adanya korban jiwa.
"Sudah dilakukan pengecekan ke seluruh lokasi di perimeter kira-kira 1 km ke depan arah pemukiman, tidak ada korban jiwa," ungkapnya kepada Tirto.
Memang sempat dilaporkan bahwa terdapat 135 keluarga, yang tinggal dekat gudang peluru, yang sempat dievakuasi akibat insiden ini.
"Ada 85 KK (keluarga) ditempatkan di tempat kepala desa, dan 50 KK di tempat Masjid Darussalam di Kota Wisata," terang PJ Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, kepada BBC Indonesia.
Tirto juga coba menelusuri sumber informasi adanya 15 orang korban jiwa ledakan gudang TNI, yang kemudian ramai diperbincangkan di media sosial ini. Hasil pencarian mengarahkan ke kesaksian seorang warga Kota Wisata yang ditangkap oleh Suara.comberikut.
Di artikel tersebut, terekam kalau warga tersebut mendapat kabar bahwa ada 15 orang korban jiwa. Namun, disebut juga dalam artikel, bahwa TNI maupun Polri belum bisa mengonfirmasi adanya korban tewas dalam insiden tersebut. Perlu diingat bahwa artikel ini dinaikkan baru beberapa jam setelah insiden.
Kesimpulan
Hasil pemeriksaan fakta menunjukkan klaim adanya 15 korban jiwa dari ledakan gudang peluru TNI AD Desa Ciangsana bersifat salah dan menyesatkan (false & misleading).
Menurut informasi dari Pangdam Jaya Mayjen TNI Mohamad Hasan, tidak ada korban jiwa dari kejadian tersebut. Hasil penelusuran juga mendapatkan, kemungkinan klaim jumlah korban berasal dari kesaksian warga setelah kejadian. Kesaksian tersebut tidak dapat dibuktikan kebenarannya karena belum ada konfirmasi kala itu.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Decode, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.
Editor: Farida Susanty