Menuju konten utama

Abraham Samad Akui Penyidik dan Pimpinan KPK Sering Diteror

Salah satu intimidasi terbaru yang dirasakan sendiri oleh Abraham Samad terjadi satu bulan lalu. Teror itu juga menimpa istrinya saat mengantar anaknya sekolah.

Abraham Samad Akui Penyidik dan Pimpinan KPK Sering Diteror
Mantan Ketua KPK Abraham Samad. Antara foto/Hafidz Mubarak A.

tirto.id - Mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Abraham Samad menanggapi kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan. Ia mengatakan peristiwa ancaman bahkan intimidasi berupa kekerasan seperti itu kerap kali terjadi pada penyidik dan pemimpin KPK.

Salah satu intimidasi terbaru yang dirasakan sendiri oleh Abraham Samad terjadi satu bulan lalu. Namun, tidak hanya menimpa dirinya sendiri, melainkan menimpa istrinya saat mengantar anaknya sekolah.

"Peristiwa ini bukan peristiwa pertama buat KPK. Saya sudah mengalami betul bagaimana saya waktu jadi pemimpin KPK waktu itu banyak ancaman pembunuhan. Jangankan jadi pemimpin, kemarin saja sebulan lalu ada yang mau congkel mobil istri saya," kata Abraham Samad usai menjenguk Novel Baswedan di RS. Mitra Keluarga Kelapa Gading, Selasa, (11/04/2017).

Lebih lanjut Samad menjelaskan bahwa dua pekan sebelum insiden penyiraman tersebut Novel sempat mengaku diikuti orang tak dikenal. Informasi tersebut diutarakan Novel kepada Abraham melalui pesan WhatsApp (WA). Namun, hal tersebut tak dihiraukan oleh Novel.

"Dia juga pernah dua minggu lalu ada yang mengikuti. Bilang lewat WA. Saya sering berbincang masalah keluarga dan pekerjaan. Memang katanya begitu. Tapi tak dihiraukan ternyata begini," ungkap Abraham Samad.

Meski demikian, Samad menegaskan bahwa intimidasi seperti itu tak akan membuat gentar penyidik KPK untuk mengupas kasus korupsi yang ada di Tanah Air.

Ia juga menyesalkan peristiwa pernyiraman air keras terhadap Novel Baswedan yang membuat kerusakan pada mata kiri penyidik KPK itu.

"Kalau dari kondisi Pak Novel cukup parah kondisinya sebelah kirinya terkena kerusakan yang cukup parah dan mengganggu pengelihatan," kata Samad.

Oleh karena itu, Samad meminta agar kasus penyiraman air keras tidak dibesar-besarkan. Pasalnya, apabila kasus tersebut dibuat besar, maka sama saja dengan menyatakan bahwa KPK takut terhadap pembuat teror.

"Saya rasa kasus ini jangan sampai dibesar-besarkan oleh media. Karena kalau dibesar-besarkan dan sebagai kasus besar. Maka peristiwa dinilai berhasil membuat teror yang menakutkan. Sehingga pelaku pembuat teror seolah-olah menang membuat ketakutan di tubuh internal KPK," jelas Abraham Samad.

Untuk diketahui, kejadian ini bermula saat itu Novel Baswedan sekira pukul 05.10 WIB hendak pulang ke rumahnya di Jalan Deposito depan Mesjid Al Iksan RT 03/10 Perumahan Gading Dua Kelapa Gading Jakarta Utara.

Tiba-tiba Novel di hampiri oleh dua orang laki-laki tidak dikenal langsung menyiram dengan air keras dan mengenai muka Novel. Namun, ia berhasil dilarikan ke RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dari sana Novel langsung dimasukan ke ruang Instalasi Gawat Darurat baru direkomendasikan untuk di rawat inap.

Baca juga artikel terkait NOVEL BASWEDAN DISIRAM AIR KERAS atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Hukum
Reporter: Dimeitry Marilyn
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto