Menuju konten utama

91.000 Orang Tewas dalam Pertempuran di Yaman Sejak 2015

Setidaknya ada 91.600 warga sipil yang tewas sejak 2015 dalam perang saudara di Yaman.

91.000 Orang Tewas dalam Pertempuran di Yaman Sejak 2015
Ilustrasi kota Yaman. FOTO/Istockphoto

tirto.id - Sebuah basis data pelacakan terhadap kekerasan menyatakan setidaknya 91.600 orang telah tewas dalam perang saudara Yaman sejak 2015.

Melansir dari AP News, The Armed Conflict Location & Event Data Project menyatakan, koalisi pimpinan Saudi yang memerangi pemberontakan Houthi bertanggung jawab atas 8.000 dari sekitar 11.700 kematian akibat penargetan langsung pada warga sipil.

Kelompok tersebut menyatakan 11.900 orang yang tewas pada tahun ini. Sedangkan tahun lalu, yakni 2018 menempati posisi korban tahunan tertinggi sejauh ini dengan jumlah 30.800.

Jumlah tersebut tidak termasuk korban lain yang meninggal dalam bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh perang dan bencana kelaparan.

Konflik ini dimulai dengan pengambil alihan ibukota Sanaa oleh Houthi yang didukung oleh Iran pada tahun 2014, yang kemudian sebuah koalisi yang dipimpin oleh Saudi berperang melawan Houthi sejak tahun 2015.

Kelompok itu mengatakan telah melakukan recode terhadap lebih dari 18.400 yang tewas di provinsi barat daya Taiz sejak 2015, menempatkan Taiz sebagai provinsi paling kejam di Yaman, sebagian besar karena pengepungan empat tahun oleh Houthi, kata kelompok itu.

Hodeida dan Jawf mengikuti Taiz sebagai provinsi paling kejam berikutnya di Yaman, dengan hampir 10.000 kematian total pertempuran, dilaporkan di setiap wilayah sejak 2015, menurut kelompok itu.

ACLED mengatakan gencatan senjata yang diperantarai AS untuk kota pelabuhan Laut Merah di Hodeida berkontribusi terhadap penurunan sebagian dalam kematian yang dilaporkan dalam beberapa bulan terakhir. Gencatan senjata itu telah runtuh.

"Data ini adalah alat dan peringatan: masyarakat internasional harus menggunakannya untuk membantu memahami, memantau, dan pada akhirnya menyelesaikan konflik sebelum situasi semakin tidak terkendali," kata direktur eksekutif ACLED Clionadh Raleigh, sebagaimana dilansir dari AP News, Rabu (19/6/2019).

Jumlahnya tidak termasuk mereka yang telah meninggal dalam bencana kemanusiaan yang disebabkan oleh perang, terutama kelaparan.

Grup, yang menerima dana sebagian dari Departemen Luar Negeri AS dan Kementerian Luar Negeri Belanda, membangun basis datanya di laporan berita dari Yaman dan media internasional serta lembaga internasional.

Baca juga artikel terkait KONFLIK YAMAN atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH