tirto.id - Salah satu kanker yang berisiko dialami perempuan adalah kanker serviks, penyakit kanker yang terjadi pada sel leher rahim. Serviks atau leher rahim ini merupakan bagian terendah rahim yang terhubung ke vagina.
Dilansir dari sebuah karya ilmiah milik Poltekkes Denpasar, dijelaskan bahwa pada kanker serviks, terdapat pertumbuhan sel-sel tidak normal pada rahim yang akhirnya berubah menjadi kanker.
Berdasarkan epidemiologi, kanker serviks menjadi penyebab kematian terbanyak penyakit leher rahim pada negara berkembang, termasuk Indonesia.
Hal ini selaras dengan infografis dari Kemenkes RI (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia) yang dalam laman resminya mengatakan bahwa prevalensi kanker serviks merupakan salah satu yang tertinggi di seluruh rumah sakit di Indonesia.
Berdasarkan data SIRS 2010, jumlah pasien kanker serviks yakni sebanyak 5.349 orang atau 12,8 persen dari total keseluruhan pasien kanker.
Penyebab kanker serviks
Menurut Mayo Clinic, kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV) yang menyerang leher rahim. Saat terpapar HPV, sistem kekebalan tubuh akan mencoba untuk melakukan upaya pencegahan kerusakan.
Akan tetapi, pada beberapa orang, virus bertahan selama bertahun-tahun hingga menjadi sel kanker. Proses dari infeksi HPV hingga menjadi kanker biasanya memerlukan waktu yang cukup lama, yakni 10 hingga 20 tahun.
Gejala kanker serviks
Dikarenakan prosesnya yang lama, kanker serviks stadium awal umumnya tidak menunjukkan gejala. Namun, pada stadium akhir, gejala kanker serviks dapat meliputi:
- Pendarahan vagina setelah hubungan seksual, di luar siklus menstruasi, atau setelah menopause
- Keputihan berair dan berdarah yang mungkin kental dan berbau busuk
- Timbul rasa nyeri panggul atau nyeri saat berhubungan intim
- Penurunan berat badan drastis
Faktor risiko penyebab kanker serviks
Risiko kanker serviks pada seorang wanita dapat meningkat karena tujuh faktor. Dilansir dari Unit Pelayanan Kesehatan (UPK) Kemenkes, berikut penjelasannya.
- Usia pertama kali melakukan hubungan seksual yang terlalu dini, yakni di bawah 18 tahun;
- Melakukan seks bebas dengan gonti-ganti pasangan;
- Melakukan hubungan seksual dengan pria yang melakukan seks bebas;
- Merokok, baik aktif maupun pasif;
- Infeksi berulang pada jalan kelamin karena kurang menjaga kebersihan;
- Adanya riwayat keluarga dengan penyakit kanker;
- Memiliki riwayat tes pap smear yang abnormal sebelumnya.
Cara mencegah kanker serviks
Adapun langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks dirangkum dari RSUD Sawahlunto dan UPK Kemenkes yakni sebagai berikut.
- Tidak melakukan hubungan seksual pada usia dini, kurang dari 18 atau 20 tahun;
- Tidak melakukan hubungan seksual berisiko seperti seks bebas atau berganti-ganti pasangan seksual;
- Tidak merokok, baik aktif maupun pasif;
- Melakukan pemeriksaan pap smear rutin, setiap 3 tahun bagi wanita usia di atas 21 tahun atau sudah aktif secara seksual;
- Melakukan pemeriksaan HPV rutin, setiap 5 tahun sekali terutama bagi wanita di atas 30 tahun;
- Menindaklanjuti hasil pemeriksaan IVA/pap smear yang hasilnya positif;
- Mendapatkan vaksin kanker serviks;
- Menjaga pola makan dan hindari makanan pemicu kanker;
- Menjaga berat tubuh ideal.
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari