Menuju konten utama

6 Tips Agar Tidak Mudah Marah pada Anak

Marah kepada anak dapat menimbulkan efek negatif baik secara fisik maupun mental, artikel berikut akan mengulas beberapa cara menahan emosi pada anak.

6 Tips Agar Tidak Mudah Marah pada Anak
Ilustrasi Orang tua Marah dan Berteriak pada Anak. foto/istockphoto

tirto.id - Orang tua terkadang harus menahan emosi ketika dihadapkan dengan pola tingkah anak yang menguji kesabaran. Lalu bagaimana cara menahan emosi pada anak? Simak tipsnya dalam artikel ini.

Emosi orang tua kerap diuji saat anak mulai melakukan hal yang tidak baik di mata orang tua. Selain itu, anak dalam berbagai situasi memang dapat sangat menyebalkan. Sebetulnya, orang tua memahami bahwa tingkah tersebut tidak lain merupakan bagian dari proses tumbuh kembang anak.

Namun, berbagai faktor terkadang membuat orang tua tidak dapat meredam amarahnya, hingga meluapkan emosi dengan tujuan untuk mendisiplinkan anak. Padahal, marah kepada anak dapat menimbulkan efek negatif baik secara fisik maupun mental bagi anak dan orang tua itu sendiri.

Maka itu, penting bagi orang tua untuk membekali diri dengan keterampilan manajemen emosi yang baik.

6 Tips Agar Tidak Mudah Marah pada Anak

Orang tua dapat menerapkan beberapa cara mengontrol emosi pada anak berikut ini untuk menghindari kemarahan yang meledak-ledak.

1. Menenangkan Diri Lebih Dulu

Saat emosi mulai memuncak, orang tua disarankan untuk menenangkan diri terlebih dahulu dengan cara pergi ke tempat yang tenang dan menjauh dari anak.

Kemudian, ambil nafas dalam-dalam dan hembuskan. Berbagai kegiatan seperti berjalan dan mendengarkan musik juga bisa dilakukan sebagai upaya merelaksasi pikiran.

Setelah tenang dan nada bicara sudah terkendali, ajak anak berbicara dan berikan arahan supaya tidak mengulangi perilakunya lagi.

2. Berpikir Rasional

Ketika sudah tenang, akan mudah untuk berpikir rasional. Dirangkum dari laman Center for Parenting Education, orang tua disarankan untuk merenungkan apa alasan atau pemicu yang membuat marah kepada anak.

Kenali emosi yang ada dalam diri, terkadang rasa marah berakar dari kekecewaan, terganggu, atau mungkin lelah secara fisik. Setelah mengetahui hal tersebut, lakukan manajemen reaksi terhadap anak tanpa harus marah.

3. Ekspresikan Diri Tanpa Menyalahkan Anak

Orang tua dapat mengekspresikan rasa kecewa yang membuat mereka marah kepada anak tanpa menyalahkan anak. Ini akan mengurangi tendensi perseteruan yang terjadi antara orang tua dan anak.

Laman Stanford Medicine Children’s Health menyarankan untuk menggunakan kata “aku” bukan “kamu”. Misalnya katakan “aku merasa frustasi saat kamu melakukan itu karena …..” alih-alih “kamu membuat saya stres”.

4. Coba untuk Memahami

Anak mungkin akan mengkritik orang tua saat terjadi perseteruan. Pada situasi ini orang tua jangan bersikap defensif.

Cobalah untuk mendengarkan dan memahami apa yang sebenarnya terjadi sehingga anak melakukan hal yang memicu emosi. Ajukan pertanyaan dengan tenang dan cobalah untuk bersama-sama menyelesaikan masalah.

5. Klasifikasikan Tingkat Toleransi

Tidak semua kenakalan anak harus direspons dengan marah. Terdapat beberapa tindakan anak yang sepele dan masih bisa ditolerir. Untuk situasi seperti itu, berikan nasihat tanpa harus meluapkan emosi.

Namun, jelaskan kepada anak untuk tidak melakukan hal yang melampaui batas karena konsekuensinya akan mendapat teguran keras atau kemarahan. Maka itu, klasifikasi tingkat toleransi adalah hal yang perlu dilakukan.

6. Hindari Melakukan Kekerasan

Kekerasan atau pemukulan terhadap anak tidak akan mungkin dilakukan oleh orang tua yang dapat mengendalikan emosinya. Namun apabila emosi sudah di puncak, sebisa mungkin untuk menghindar dari anak agar meminimalkan risiko kekerasan.

Penting untuk selalu diingat, kekerasan dapat menyebabkan anak terluka secara fisik dan mental. Gelap mata sesaat akan meninggalkan efek buruk traumatis yang akan mempengaruhi perkembangan anak dan membekas hingga dewasa.

Baca juga artikel terkait ORANG TUA DAN ANAK atau tulisan lainnya dari Balqis Fallahnda

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Balqis Fallahnda
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dhita Koesno