tirto.id - Gangguan pendengaran merupakan kondisi di mana manusia kehilangan sebagian atau seluruh fungsi pendengarannya pada satu atau dua telinga.
Kehilangan pendengaran dapat terjadi secara tiba-tiba maupun bertahap dari waktu ke waktu.
Gangguan pendengaran dapat terjadi pada orang dewasa dan anak. Keluhan pendengaran ini dapat berupa keluhan ringan, sedang, sedang berat, sangat berat.
Gangguan pendengaran sebagian dapat diobati dengan mudah melalui perawatan dokter.
Namun, juga terdapat keluhan yang bersifat berat untuk diobati, bahkan cenderung tidak dapat disembuhkan.
5 Macam Gangguan Pendengaran
Secara sederhana, gangguan pendengaran yang sering diderita oleh manusia pada umumnya dibagi ke dalam 5 jenis menurut lamanp2ptmkemenkesri sebagai berikut:
1. Tuli sejak lahir (tuli kongenital)
Tuli sejak lahir merupakan gangguan pendengaran yang bersifat bawaan sejak lahir atau beberapa saat ketika masa kelahiran.
Gangguan ini disebabkan karena faktor genetik maupun non-genetik yang terjadi semasa di kandungan.
2. Sumbatan serumen (kotoran telinga)
Sumbatan serumen merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan adanya kotoran pada telinga. Sumbatan serumen dapat terjadi dalam berbagai usia manusia.
Dikutip dari lamanRumah Sakit Akademik Universitas Negeri Gadjah Mada, proses pembentukan serumen sendiri pada dasarnya merupakan proses fisiologis yang merupakan produk dari kelenjar seruminosa yang terdapat pada liang telinga.
3. Otitis media supuratif kronik (OMSK/Congek)
Ototis media supuratif kronik merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan adanya peradangan pada telinga tengah (rongga mastoid) dan terjadi secara terus menerus.
Keluhan pendengaran jenis ini dapat menyebabkan munculnya cairan dari telinga secara terus menerus, sehingga dapat memecahkan gendang telinga. Ototis media akut biasanya banyak diderita oleh anak-anak.
4. Gangguan pendengaran akibat bising (GPAB)
Gangguan pendengaran akibat bising merupakan gangguan pendengaran yang menurunkan indra tersebut dan disebabkan karena mendengarkan suara bising dalam intensitas yang tinggi secara terus menerus dalam waktu yang lama.
Dikutip dari jurnalFaktor Risiko Terjadinya Gangguan Pendengaran Akibat Bising oleh Yesti Mulia Eryani, Catur Ari Wibowo, dan Fitria Safitrina, beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya GPAB seperti intensitas kebisingan, frekuensi kebisingan, lamanya waktu pemaparan bising, kerentanan individu, jenis kelamin, usia, kelainan di telinga tengah, area tempat kerja, lamanya bekerja dan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).
5. Tuli karena usia lanjut (Presbikusis)
Presbikusis merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan pertambahan usia.
Gejala Presbikusis ditandai dengan sulitnya mendengar suara dalam intensitas volume yang tinggi layaknya dering telepon dan bunyi alarm.
Gejala Gangguan Pendengaran Pada Orang Dewasa dan Anak
Gangguan pendengaran pada orang dewasa dan anak tentu tidak jauh berbeda. Memahami gejala-gejala gangguan tentunya bersifat penting terutama bagi kesehatan anak dan orang tua.
Dikutip dari saluran Instagramp2ptmkemenkesri, beberapa gejala yang mengindikasikan adanya gangguan pendengaran pada anak sebagai berikut:
- Tidak merespons suara
- Keluar cairan dari telinga
- Sering mengalami nyeri berulang pada telinga atau penyumbatan telinga
- Tidak memahami apa yang Anda katakan dengan benar
- Terlambat mulai berbicara atau perkembangan bicaranya tidak sesuai dengan usianya
- Anda sering meminta seseorang untuk mengulang pembicaraan
- Telinga anda berbunyi atau berdenging (tinnitus)
- Sering menyalakan radio, televisi, musik dengan suara yang tinggi
- Orang memberi tahu bahwa Anda berbicara dengan keras
- Anda kesulitan mengikuti pembicaraan
Gangguan pendengaran memang sesuatu yang tidak boleh diremehkan terutama bagi anak maupun orang dewasa.
Gangguan pendengaran dapat memberikan dampak buruk apabila dibiarkan dalam waktu yang lama.
Gangguan pendengaran bagi orang dewasa akan menyulitkan komunikasi, penyesuaian emosional, dan mengurangi hubungan sosial.
Sementara akibat gangguan pendengaran pada anak anak dapat memengaruhi nilai akademik (prestasi belajar). Selain itu, dapat mengakibatkan gangguan perkembangan wicara.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno