Menuju konten utama

4 Makna Hari Raya Waisak untuk Umat Buddha dan Artinya

Berikut ini adalah 4 makna Hari Raya Waisak untuk umat Buddha, lengkap dengan artinya.

4 Makna Hari Raya Waisak untuk Umat Buddha dan Artinya
Sejumlah Bhikkhu melintas saat mengikuti prosesi Pindapata di Ngaglik Batu, Jawa Timur, Minggu (19/5/2024). ANTARA FOTO/Muhammad Mada/YU

tirto.id - Hari Raya Waisak tahun ini jatuh pada Kamis, 23 Mei 2024. Perayaan suci ini merupakan hari besar dalam agama Buddha dan tentunya memiliki makna tersendiri bagi umatnya.

Kata Waisak berasal dari kata Vaishaka yang merupakan nama bulan dalam kalender India kuno. Vaishaka pun dipercaya sebagai bulan kelahiran Shiddarta Gautama yang kelak menjadi Sang Buddha.

Hari Raya Waisak adalah perayaan suci umat Buddha untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Shiddarta Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan, serta wafatnya Shiddarta Gautama. Ketiganya juga kerap disebut sebagai Tri Suci Waisak.

Di Indonesia, hari besar keagamaan ditetapkan sebagai tanggal merah atau hari libur nasional, tak terkecuali dengan Hari Raya Waisak. Hal ini bertujuan agar umat Buddha dapat melaksanakan upacara keagamaan dengan lebih khusyuk.

Tak hanya itu, pemerintah juga menetapkan cuti bersama sehari setelah Hari Raya Waisak, tepatnya pada 24 Mei 2024. Dengan demikian, masyarakat Indonesia berkesempatan merasakan long weekend dan umat Buddha pun bisa merayakan hari besarnya secara maksimal.

Tema Peringatan Hari Raya Waisak Tahun 2024

Hari Raya Tri Suci Waisak 2568 Buddhis Era (BE) yang jatuh pada 23 Mei 2024 akan dirayakan dengan tema “Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis dan Bahagia”.

Dilansir dari laman Bimas Buddha Kemenag, Staf Khusus Menteri Agama Bidang Media dan Komunikasi Publik, Wibowo Prasetyo, menyatakan tema ini dipilih agar masyarakat Indonesia, khususnya umat Buddha, lebih menyadari bahwa bangsa ini memiliki banyak perbedaan dan keberagaman dalam segala hal.

Wibowo Prasetyo pun berharap agar Hari Raya Waisak menjadi momentum bagi umat Buddha untuk ikut serta memelihara kerukunan. Dengan begitu, bakal tercipta kehidupan masyarakat yang harmonis.

Di luar tema besar, terdapat pula sub tema yang diusung oleh sejumlah Lembaga Keagamaan Buddha, yaitu:

  • "Keharmonisan Merupakan Pedoman Hidup Berdampingan Dalam Berbangsa" yang diusung oleh Sangha Agung Indonesia (SAGIN).
  • “Memperkokoh Persatuan dalam Keberagaman” oleh Sangha Theravada Indonesia (STI)
  • “Untuk Hidup Bahagia Sebagai Makhluk dan Manusia, Marilah Kita Meningkatkan Kesadaran yang diajarkan oleh Sang Buddha” oleh Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI)

Apa Makna Hari Raya Waisak bagi Umat Budha?

Hari Raya Waisak menjadi momen penting bagi umat Buddha. Perayaan suci ini juga memberikan makna mendalam terkait kehidupan. Berikut beberapa makna Hari Raya Waisak bagi umat Buddha:

1. Memperingati Tri Suci Waisak

Waisak merupakan hari ketika umat Buddha memperingati tiga peristiwa penting, yaitu:

  1. Kelahiran Shiddarta Gautama

    Dikutip dari laman Kemenag.go.id, Shiddarta Gautama yang kelak menjadi Buddha lahir di wilayah Kapilavastu yang sangat subur pada tahun 586 SM. Ia tumbuh besar dalam sebuah istana dan hidup mewah dengan berbagai fasilitas.

  2. Shiddarta Gautama Mencapai Penerangan Agung

    Shiddarta tak pernah berhenti belajar pada beberapa guru dan terus mencari makna dari kehidupan dan kematian. Saat dewasa, Shiddarta yang hidup terisolasi akhirnya mulai keluar dan meninggalkan istana.

    Saat itulah ia mengenal dunia luar dan seisinya. Ia bahkan bertemu seseorang yang bertapa dan meninggalkan hal duniawi demi membebaskan diri dari ketakutan dan penderitaan. Shiddarta pun melakukan hal yang sama dan mulai bertapa untuk menemukan jalan spiritual yang lebih mendalam.

    Pengalaman tersebut akhirnya membawa Shiddarta mencapai penerangan agung atau mengalami pencerahan. Ia pun menjadi Buddha dan mulai menyebarkan ajaran kepada masyarakat luas.

  3. Wafatnya Shiddarta Gautama

    Wafatnya Sang Buddha juga dikenal dengan istilah Parinibbana. Sang Buddha diketahui meninggal di usia 80 tahun, tapi warisan ajarannya tetap meluas sampai sekarang.

2. Melaksanakan Ajaran Buddha dan Menjauhi Larangannya

Bagi umat Buddha, Hari Raya Waisak juga dimaknai sebagai pengingat agar mereka senantiasa melaksanakan ajaran Buddha. Contohnya, dengan menebar cinta kasih kepada sesama, menolong fakir miskin, hingga menyayangi lingkungan sekitar dengan tidak melakukan pengrusakan.

Selain itu, umat Buddha juga wajib menjauhi segala hal yang dilarang dalam ajarannya. Misalnya, membunuh makhluk hidup, mencuri, berbohong, berbuat asusila, serta mabuk.

3. Menjadi Teladan bagi Orang Lain

Makna berikutnya dari Hari Raya Waisak adalah momentum untuk bisa menjadi contoh yang positif bagi orang lain. Sebagaimana yang diketahui, manusia adalah makhluk sosial sehingga harus bisa menciptakan kehidupan yang harmonis.

Salah satu caranya adalah dengan menjadi pribadi yang baik sesuai ajaran agama dan menjadi contoh bagi orang lain. Ketika orang lain mencontoh sikap dan perbuatan baik kita, maka terciptalah kehidupan yang damai dan sejahtera.

4. Refleksi dan Perbaikan Diri

Hari Raya Waisak dapat dimaknai sebagai waktu yang tepat untuk melakukan refleksi atau introspeksi diri. Umat Buddha diharapkan bisa merenungi segala perbuatannya yang telah lalu dan menyadari semua kesalahan yang pernah dilakukan. Hal ini bertujuan agar umat Buddha bisa terus memperbaiki diri ke depannya.

Baca juga artikel terkait WAISAK 2024 atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Ahmad Yasin & Yulaika Ramadhani