Menuju konten utama

Tradisi Waisak di Indonesia dan Rangkaian Acaranya

Mengenal tradisi Hari Raya Waisak di Indonesia. Cermati jadwal rangkaian perayaan Waisak 2024 di Candi Borobudur pada 18 - 24 Mei 2024.

Tradisi Waisak di Indonesia dan Rangkaian Acaranya
Sejumlah perwakilan umat Buddha mengambil Api Dharma Waisak menggunakan obor dari sumber Api Abadi Mrapen, Desa Manggarmas, Godong, Grobogan, Jawa Tengah, Selasa (21/6/2024).ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/Spt.

tirto.id - Umat Buddha di Indonesia bersiap menyambut tradisi dan rangkaian Hari Raya Waisak yang jatuh pada tanggal Kamis, 23 Mei 2024.

Momen istimewa ini memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Buddha Gautama, yaitu kelahiran, pencerahan, dan wafatnya.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan Hari Raya Waisak sebagai hari libur nasional. Hal ini memberikan kesempatan bagi umat Buddha untuk melaksanakan berbagai ritual dan tradisi keagamaan secara khusyuk.

Lebih spesial lagi, pada tahun 2024, cuti bersama juga ditetapkan pada Jumat, 24 Mei 2024. Cuti bersama ini memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk menikmati libur panjang akhir pekan bersama keluarga dan orang tercinta.

Waisak bukan sekadar hari libur, tetapi juga momen penting untuk refleksi dan perayaan. Di momen ini, umat Buddha merenungkan ajaran Buddha Gautama tentang kasih sayang, kedamaian, dan pencerahan.

Umat Buddha juga merayakan pencapaian spiritual Buddha Gautama dan berharap untuk mencapai pencerahan yang sama.

Tradisi Waisak di Indonesia

Umat Buddha di seluruh dunia bersiap menyambut Hari Raya Waisak, momen suci yang memperingati kelahiran, pencerahan, dan wafatnya Sang Buddha Gautama.

Pada momen istimewa ini, umat Buddha di Indonesia memiliki beberapa tradisi yang telah diwariskan turun-temurun, antara lain:

1. Menerapkan 5 Sila Buddha

Lebih dari sekadar tradisi Waisak, penerapan 5 Sila Buddha, yaitu tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbohong, tidak berzina, dan tidak mabuk-mabukan, merupakan pedoman hidup bagi umat Buddha. Kelima sila ini menjadi landasan untuk hidup bermoral dan penuh kasih sayang.

2. Menyalakan Lilin dan Melepaskan Lampion

Cahaya lilin dan lampion melambangkan penerangan dan pengusiran kegelapan. Lilin yang dinyalakan pada Hari Waisak umumnya berbentuk bunga teratai, melambangkan kesucian dan keindahan yang dapat tumbuh di tengah lumpur. Tradisi melepaskan lampion pun memiliki makna serupa, yaitu menyebarkan cahaya kebaikan dan harapan ke seluruh penjuru.

3. Memandikan Patung Buddha di Vihara

Sebelum Waisak, umat Buddha melakukan ritual memandikan patung Buddha Gautama. Tradisi ini melambangkan penyucian diri dan pemurnian hati dari segala kotoran batin. Ritual ini biasanya dilakukan di vihara dengan penuh khusyuk dan diiringi dengan pembacaan doa oleh para biksu.

4. Memakai Pakaian Putih

Pada Hari Waisak, umat Buddha umumnya mengenakan pakaian berwarna putih. Warna putih melambangkan kesucian, ketulusan, dan kedamaian. Pakaian putih menjadi simbol kesederhanaan dan penghormatan terhadap ajaran Sang Buddha.

5. Mengibarkan Bendera Buddha

Di beberapa daerah, umat Buddha mengibarkan bendera Buddha di depan rumah mereka. Bendera Buddha memiliki 5 warna, yaitu biru, kuning, merah, putih, dan oranye, yang masing-masing memiliki maknanya sendiri. Pengibaran bendera ini menjadi simbol penghormatan terhadap ajaran Buddha dan penyebaran pesan perdamaian.

Rangkaian Acara Waisak 2024

Candi Borobudur akan menjadi saksi kemeriahan perayaan Waisak 2024, yang berlangsung dari 18 hingga 26 Mei.

Hari raya suci umat Buddha ituitu akan mengusung tema "Untuk Hidup Bahagia sebagai Makhluk dan Manusia, Marilah Kita Meningkatkan Kesadaran yang Diajarkan oleh Sang Buddha".

Acara ini mengajak umat Buddha untuk melepaskan keserakahan, kebodohan, kemarahan, dan kebencian. Berikut jadwal dan rangkaian acaranya:

1. Sabtu dan Minggu, 18-19 Mei 2024

  • Bakti sosial pengobatan gratis di Taman Lumbini Candi Borobudur: 08.00 - selesai

2. Senin, 20 Mei 2024

  • Tiga langkah Satu Namaskara Tradisi Mahayana (San Bu Yi Pai) di Candi Borobudur: 05.00-09.00
  • Nyingma Monlam Chenmo Indonesia (hari pertama) di Taman Aksobya Candi Borobudur: 07.00-17.00
  • Penyambutan kehadiran Bhikkhu Thudong di Marga Utama Candi Borobudur: 14.00-15.30
  • Pradaksina dan Doa Bhikku Thudong di Candi Borobudur: 15.30-17.30
  • Puja Bakti dan Meditasi malam di Lapangan Kenari Candi Borobudur: 18.00-21.00

3. Selasa, 21 Mei 2024

  • Pradaksina Tradisi Theravada di di Candi Borobudur: 06.00-09.00
  • Pengambilan Api Dharma dari Mrapen, Grobogan: 06.30-13.00
  • Ritual Pensakralan Api Dharma di Candi Mendut: 15.00-17.00
  • Nyingma Monlam Chenmo Indonesia (hari kedua) di Taman Aksobya Candi Borobudur: 07.00-16.00
  • Larung Pelita Purnama Siddhi di Sungai Progo: 17.00-21.00
  • Puja bakti dan meditasi malam di Candi Borobudur

4. Rabu, 22 Mei 2024

  • Atthasila Tradisi Mahayana di Candi Borobudur: 04.00-13.00
  • Pradaksina Tradisi Theravada di Candi Borobudur: 06.00-09.00
  • Pindapata menyambut Waisak di Candi Mendut: 09.30-selesai
  • Pengambilan Air Berkah di Umbul Jumprit. Temanggung: 07.00-13.00
  • Ritual Pensakralan Air Berkah di Candi Mendut: 14.30-16.30
  • Third Borobudur Peace & Prosperity Festival di Taman Aksobya Candi Borobudur: 16.00-21.00
  • Puja Bakti dan Meditasi Malam di Candi Borobudur: 19.30-21.00

5. Kamis, 23 Mei 2024

  • Festival Bhumi Mandala dan Puja Zhambala Tradisi Tantrayana di Candi Ngawen: 09.00-12.00
  • Mahasanghadana 90 Bhikku Sangha di Pondok Meditasi Bante Win Borobudur: 09.00-12.00
  • Persiapan, Pembacaan Paritta, Mantra, dan Sutra di Candi Mendut: 11.30-14.30
  • Prosesi kirab Waisak dari Candi Mendut menuju Candi Borobudur: 14.30-16.30
  • Puja Bakti Detik-Detik Waisak 23 Mei 2023 pukul 20.52.42 WIB di Lapangan Kenari Candi Borobudur: 16.30-22.10
  • Festival Lampion Waisak di Marga Utama Candi Borobudur: Sesi 1 pukul 19.00-21.00 WIB dan sesi 2 pada 21.30 - 22.30

6. Jumat, 24 Mei 2024

  • Mindful Walking Meditation di Candi Borobudur: 07.00-09.00

Baca juga artikel terkait WAISAK 2024 atau tulisan lainnya dari Ruhma Syifwatul Jinan

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ruhma Syifwatul Jinan
Penulis: Ruhma Syifwatul Jinan
Editor: Balqis Fallahnda & Iswara N Raditya