tirto.id - Keselamatan, keamanan dan kenyamanan transportasi merupakan hal terpenting bagi penumpang dan pengemudi. Sebab itu, Grab, sebagai penyedia layanan transportasi berbasis teknologi, menempatkan tiga hal tersebut sebagai prioritas utama dan bekerja sama dengan pemerintah dalam mengimplementasikan “zero tolerance” atas semua bentuk kekerasan terhadap penumpang dan mitra pengemudi.
Adalah Tirza R. Munusamy, Director of Central Public Affairs Grab Indonesia, perempuan muda di balik Grab yang selama ini sibuk mensinergikan regulasi pemerintah dengan kebijakan perusahaan. Selain itu, ia membantu perusahaan dalam membina hubungan berkesinambungan dengan pemangku kepentingan, yang mencakup komunitas, organisasi, lembaga swadaya masyarakat, dan tentunya pemerintah Indonesia.
Pemegang gelar Master of Public Administration dari Harvard Kennedy School ini menilai bahwa kolaborasi tetap menjadi kunci keberhasilan di era digital. “Sektor swasta tidak bisa berdiri sendiri, begitu pula pemerintah. Masing-masing pihak memiliki program yang berdampak positif bagi masyarakat, jadi lebih baik kita berkolaborasi sehingga kita bisa bersama-sama menghadirkan manfaat teknologi di kehidupan sehari-hari semua orang,” ujar Tirza.
Di Grab, Tirza memberikan perhatian khusus pada keamanan yang merupakan inti, atau yang ia sebut sebagai DNA, perusahaan. Ia mengatakan bahwa sejak hadir di Indonesia, Grab sudah mengimplementasikan kebijakan “zero tolerance” atas semua bentuk kekerasan dan pelecehan seksual terhadap penumpang dan mitra pengemudi.
Tirza menambahkan bahwa kemitraan strategis dengan berbagai lembaga pemerintah dan masyarakat yang kredibel, mulai dari Komnas Perempuan, Forum Pengada Layanan, hingga Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, memungkinkan Grab untuk mendapatkan masukan berharga dari para ahli agar dapat merancang dan menerapkan kebijakan perusahaan yang solid terkait kekerasan dan pelecehan seksual.
"Semua orang rentan terhadap risiko kekerasan seksual, termasuk saat perjalanan sehari-hari. Grab menyadari penting peran perusahaan dalam menyintas kekerasan sehingga dapat menghadirkan layanan transportasi yang aman bagi semua. Kami mewujudkan komitmen terhadap keamanan melalui empat langkah, yaitu inovasi teknologi, seleksi dan onboarding mitra pengemudi, pencegahan, dan penanganan, yang saling bersinergi dalam memberikan keselamatan bagi penumpang dan mitra pengemudi, khususnya para perempuan yang lebih rentan terhadap tindakan kekerasan," ujar Tirza.
Berikut adalah empat langkah Grab untuk memastikan keamanan penumpang dan mitra pengemudi
Teknologi Pendukung keamanan
Safety Centre, fitur keselamatan terpadu yang bisa membagikan rute perjalanan secara real time dan melakukan pelaporan insiden ke Unit Reaksi Cepat Grab
Number Masking, fitur penyamaran nomor telepon untuk menjaga privasi penumpang maupun mitra pengemudi
Face Verification, fitur verifikasi mitra pengemudi untuk memastikan identitas
Incident Response Team (IRT) GrabSupport - yang dilatih khusus oleh Yayasan Pulih— untuk menerima pengaduan dan beroperasi selama 24 jam.
“Kami ingin orang merasa aman saat memberikan pengaduan. Sebab itu, tim IRT dilatih khusus oleh Yayasan Pulih sehingga mereka bisa menggunakan rasa empati, dari cara bertanya hingga nada bicara, saat menangani aduan kekerasan seksual,” ujar Tirza.
Seleksi dan Onboarding Mitra Pengemudi
Grab menyeleksi mitra pengemudi dengan hati-hati. Dengan prinsip know your customer, Grab selalu meneliti latar belakang calon mitra pengemudi lewat pengecekan dokumen dan berkas fisik. Selain itu, Grab memberikan pembekalan online bagi calon mitra pengemudi, selain tes mengemudi untuk menguji kecakapan berkendara.
Pencegahan. Bekerja sama dengan Komnas Perempuan, Grab rutin memberikan pelatihan mengenai HAM, gender, seksualitas, dan kekerasan seksual secara offline dan online melalui GrabAcademy kepada mitra pengemudi.
Agar bahan mudah dipahami, Grab menggunakan video-video pendek dan menerapkan konsep role play, yang kemudian disertai pertanyaan-pertanyaan atau kuis di akhir sesi, saat melakukan pelatihan. Bahan pembahasan saat latihan pun diambil dari situasi yang kemungkinan dihadapi oleh mitra pengemudi, misalnya apakah pengemudi GrabCar diperbolehkan untuk membangunkan penumpang yang tertidur dengan menepuk lutut.
“Grab juga rutin menghelat pelatihan virtual untuk meningkatkan kesadaran atas kekerasan seksual. Melalui pelatihan ini, Grab secara konsisten mendukung kampanye kesetaraan gender,” kata Tirza.
Sistem Penanganan
Grab memiliki sistem penanganan kasus kekerasan seksual yang melibatkan gugus tugas anti-sexual violence yang terdiri atas tim lintas departemen yang diseleksi dan dilatih khusus oleh Komnas Perempuan, Forum Pengada Layanan, dan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
“Gugus tugas ini secara spesifik menangani kasus kekerasan seksual yang membutuhkan penanganan khusus sebab sensitifitas kasus-kasus tersebut beda sekali dengan kasus-kasus umum, seperti aduan ketinggalan barang,” kata Tirza. “Gugus tugas juga diberikan tenggat waktu untuk menyelesaikan aduan kekerasan seksual.”
Dengan semua fitur dan kebijakan anti-kekerasan, Grab memperlihatkan bahwa teknologi benar-benar bisa digunakan untuk membawa kebaikan bagi penumpang dan mitra pengemudi, serta memajukkan upaya pemerintah dalam menyintas segala bentuk kekerasan seksual
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis