Menuju konten utama

19 Negara Akan Berkumpul Dalam Diaspora Autronesia

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) akan menyelenggarakan simposium berskala internasional yang mengusung tema "Diaspora Austronesia" diikuti oleh ratusan peserta berasal dari 19 negara.

19 Negara Akan Berkumpul Dalam Diaspora Autronesia
Ilustrasi Austronesia.Foto/Q-Ay.blogspot.co.id

tirto.id - Simposium Internasional dengan tema "Diaspora Austronesia" akan segera diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud). Rencananya, 19 negara akan berpartisipasi dalam acara ini. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, I Made Geria, dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (13/7/2016).

19 negara yang akan berkontribusi adalah para pakar terkait Austronesia yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti arkeologi, antropologi, sejarah, geologi, geokronologi, palinologi, linguistik, dan genetika,

Menurut Geria, Austronesia adalah rumpun bahasa yang mencakup sekitar 1.200 bahasa yang dituturkan oleh populasi yang mendiami separuh dunia, mulai dari Madagaskar di ujung barat, Kepulauan Paskah di ujung timur Pasifik, Taiwan-Mikronesia di batas utara hingga Selandia Baru di batas selatan.

"Austronesia merupakan rumpun bahasa dengan sebaran terluas sebelum kolonisasi Barat," ujarnya.

Penutur Austronesia muncul sekitar 7.000 hingga 6.000 BP di Taiwan kemudian sekitar 5.000 BP menyebar ke berbagai bagian dunia, membawa budaya khas Neolitik yang dicirikan oleh kehidupan menetap dengan berbagai kegiatan bertani, beternak dan sebagainya.

Dia menjelaskan penutur Austronesia tergolong ras Mongoloid Selatan dengan tampilan fisik yang sangat beragam oleh faktor genetika, lingkungan dan budaya. Diperkirakan saat ini, populasi Austronesia mencapai lebih dari 380 juta.

Sementara itu, Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, Harry Widianto, mengatakan ciri-ciri Austronesia adalah mengenalkan bercocok tanam dan membuat gerabah.

"Penutur Austronesia merupakan para pelaut yang menaklukkan pulau-pulau untuk mengenalkan cara bercocok tanam. Mereka merupakan para pelaut-pelaut ulung," kata Harry.

Pihaknya sangat mendukung kegiatan tersebut dan berharap simposium itu dapat memberikan kontribusi penting tidak saja pada kemajuan ilmu pengetahuan tetapi meningkatkan serta mengaktualisasikan nilai-nilai luhur budaya Nusantara.

Baca juga artikel terkait PENDIDIKAN

tirto.id - Pendidikan
Sumber: Antara