Menuju konten utama

122 Juta Orang Diprediksi Hidup Miskin pada 2030

Laporan PBB menyebutkan bahwa pada tahun 2030, sedikitnya 122 juta orang akan hidup dalam kemiskinan. Hal itu disebabkan adanya perubahan iklim yang kemudian menjadi ancaman terbesar bagi keamanan pangan global.

122 Juta Orang Diprediksi Hidup Miskin pada 2030
Potret Kemiskinan. Tirto Foto/Tf Subarkah.

tirto.id - Menurut prediksi, lebih dari 122 juta orang di seluruh dunia akan hidup dalam kemiskinan luar biasa pada 2030. Kondisi itu merupakan akibat dari perubahan iklim dan dampaknya terhadap pendapatan petani. Laporan mengejutkan ini diumumkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (17/10/2016).

Perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi keamanan pangan global. Sebagai contoh, petani di sub-Sahara Afrika yang terkena dampak paling parah. Jika dibiarkan, maka perubahan iklim ini dapat meluas dan meningkatkan jumlah populasi global yang hidup dalam kemiskinan antara 35 hingga 122 juta pada 2030.

“Bukan tidak mungkin jika nantinya perubahan iklim akan mempengaruhi sektor pertanian dan keamanan pangan. Pengaruh negatifnya akan menjadi kian parah dan cepat di beberapa daerah tertentu, seperti pulau terpencil atau area yang dipengaruhi oleh cuaca ekstrem, pengaruhnya bisa menjadi bencana besar,” demikian salah satu penggalan dari laporan PBB, seperti dikutip The Guardian.

Dampak lain yang mungkin terjadi yakni di antaranya, penurunan hasil panen dan melambungnya harga pangan. Laporan itu menambahkan, “Dalam jangka panjang produksi pangan jadi tidak memungkinkan di sejumlah wilayah di dunia, kecuali tindakan tegas dilakukan untuk menghentikan perubahan iklim ini,”

Menindaklanjuti hal tersebut, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) milik PBB pada tahun ini mendesak agar terjadinya transformasi yang mendalam di sistem pertanian dan pangan. FAO juga berharap bagi pertanian menengah ke bawah agar diberikan dukungan khusus.

PBB menyebutkan bahwa tanpa penanganan merata terhadap tanah, air, laut dan hutan maka kemiskinan tidak dapat diberantas. Selain itu, aksi meminimalisir kontribusi gas emisi rumah kaca dan pemanasan global juga amat diperlukan.

Laporan tersebut juga menyebutkan langkah-langkah dalam upaya membantu para petani skala kecil agar dapat beradaptasi dengan pemanasan global. “Seperti diversifikasi produksi tanaman, integrasi yang lebih baik dari pertanian dengan habitat alami, terwujudnya agroekologi dan intensifikasi berkelanjutan,”

PBB mengatakan, sektor sosial pun memainkan peran penting dalam membantu petani agar lebih baik mengelola resiko. Program-program perlindungan sosial dapat mengurangi kerentanan terhadap volatilitas harga pangan, dan meningkatkan prospek kerja dari masyarakat pedesaan.

Laporan yang terdiri dari 194 halaman tersebut diluncurkan pada saat delegasi PBB tiba di Roma untuk konferensi komite keamanan pangan dunia ke-43. Selain membahas tentang masa depan pertanian dan keamanan pangan di bawah ancaman perubahan iklim, laporan itu juga mengkaji tentang tindakan yang memungkinkan untuk mengatasi kelaparan dan kemiskinan, serta menstabilkan iklim global.

Baca juga artikel terkait PBB atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari