tirto.id - Jemaah haji sebisa mungkin menjaga kesehatannya selama menjalani ibadah di Tanah Suci. Menjaga kesehatan bisa dilakukan dengan mengonsumsi makanan sehat, menjaga kebersihan, dan tidur cukup.
Ini dilakukan agar dapat terhindar dari penyakit-penyakit yang rentan terjadi selama menjalani ibadah haji. Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setidaknya ada 10 penyakit yang perlu diwaspadai jemaah haji selama beribadah.
Penyakit-penyakit tersebut terkait dengan penyakit kronis yang sudah diderita jemaah hingga penyakit menular musiman yang umum terjadi di wilayah Timur Tengah.
Memasuki musim haji 2023, jemaah haji sebisa mungkin mengetahui cara mencegah dan mengobati penyakit-penyakit tersebut. Musim keberangkatan ibadah haji sendiri sudah berlangsung sejak akhir Mei lalu.
Dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag) jemaah haji gelombang 1 sudah mulai diberangkatkan ke Arab Saudi pada 24 Mei - 1 Juni 2023. Disusul dengan gelombang 2 yang akan diterbangkan pada tanggal 8 - 22 Juni 2023.
Pemerintah RI mencatat kuota jemaah haji tahun ini mencapai 221.000 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 203.320 jemaah haji reguler dan 17.680 jemaah haji khusus. Jumlah ini merupakan yang tertinggi sejak meredanya pandemi COVID-19.
10 Penyakit yang Perlu Diwaspadai Jemaah Haji & Cara Mencegahnya
Dikutip dari laman Sehat Negeriku Kemenkes, berikut ini 10 penyakit yang perlu diwaspadai jemaah haji di Tanah Suci sekaligus cara mencegahnya:
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang sering dilaporkan terjadi pada jemaah haji. Penyakit ini disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah jantung karena plak atau timbunan lemak.
Penyakit jantung koroner memicu serangan jantung. Jika terjadi kondisi semacam ini cara terbaik adalah mendatangi pusat kesehatan atau rumah sakit terdekat.
Bagi penderita penyakit jantung koroner sebisa mungkin selalu membawa obat-obatan yang diresepkan oleh dokter ke manapun, seperti obat nitrogliserin atau aspirin.
Penyakit jantung koroner bisa dicegah dengan cara rutin minum obat yang diresepkan, menghindari stres, menghindari rokok, dan istirahat yang cukup.
2. Middle East Respiratory Syndrome (MERS)
MERSmerupakan penyakit menular yang terjadi akibat infeksi virus corona. Penyakit yang menyerang sistem saluran pernapasan dan memicu pneumonia.
Menurut Kemenkes, MERS adalah penyakit zoonosis yang ditularkan dari hewan ke manusia. Kasus penularan MERS yang sering terjadi jemaah haji umumnya karena paparan hewan unta atau hewan lainnya yang terinfeksi virus corona.
Penyakit MERS bisa diobati dengan pemberian obat-obatan penurun panas dan pereda nyeri oleh petugas kesehatan. Pastikan untuk segera menemui pusat layanan kesehatan jika mengalami gejala gangguan pernapasan seperti batuk, sesak napas, dan demam.
Dikutip dari Cleveand Clinic, MERS bisa dicegah dengan cara sering mencuci tangan, menghindari kontak dengan orang yang batuk, hindari menyentuh wajah dengan tangan, menghindari kontak dengan hewan liar yang tidak divaksin, dan sering-sering membersihkan peralatan dengan disinfektan
3. COVID-19
Sama seperti MERS, COVID-19 juga disebabkan oleh infeksi virus corona. Penyakit ini adalah penyakit yang menyerang sistem pernapasan pemicu pandemi beberapa tahun terakhir.
Virus corona penyebab COVID-19 ditularkan dari orang ke orang lewat droplet atau air liur penderita. COVID-19 bisa dicegah dengan menerima vaksin lengkap sebelum keberangkatan.
Pastikan pula untuk selalu menjaga kebersihan diri dengan mencuci tangan sebelum makan, menjaga jarak, mengenakan masker, serta menerapkan etika batuk dan bersin. Bila perlu konsumsi suplemen untuk menjaga imun tubuh sesuai dengan anjuran dokter.
4. Diabetes melitus (kencing manis)
Penyakit lain yang sering dialami para jamaah haji adalah penyakit kencing manis atau diabetes melitus. Penyakit ini memicu penderitanya mudah lelah, lemas, mudah mengantuk, dan sering buang air kecil.
Bagi jemaah yang menderita diabetes melitus sebaiknya rutin berkonsultasi dengan dokter selama menjalankan ibadah haji. Lakukan pemeriksaan kadar gula darah setidaknya selama dua kali dalam seminggu.
Selain itu, jemaah haji juga harus menjaga makanan, istirahat yang cukup, dan menghindari stres. Jika diresepkan obat oleh dokter, pastikan untuk meminumnya secara rutin.
5. Penyakit payah jantung
Penyakit payah jantung atau lemah jantung rentan dialami jemaah haji berusia senior. Ini terjadi karena jantung tidak mampu memompa darah yang cukup untuk seluruh tubuh sehingga beberapa jaringan tidak memperoleh oksigen.
Kondisi ini menyebabkan jemaah mengalami lemas, napas terasa sesak, mudah gelisah dan cemas, hingga kaki bengkak. Penyakit ini bisa dicegah dengan rutin berkonsultasi dengan dokter dan minum obat secara rutin.
Pastikan pula untuk istirahat yang cukup, menghindari stres dan rokok, serta menghindari aktivitas fisik yang berat atau berlebihan.
6. Penyakit Paru Menahun (PPM)
PPM adalah jenis penyakit paru-paru yang dialami jemaah haji selama hitungan tahun. Penyakit ini dipicu oleh paparan asap rokok, debu, bahan kimia, polusi udara, hingga infeksi paru berulang.
PPM biasa diderita oleh jemaah haji berusia di atas 40 tahun. Jika didiagnosis dengan PPM, jemaah haji sebaiknya rutin menemui dokter untuk memantau kondisi kesehatan.
Jika diresepkan obat wajib diminum secara rutin dan teratur. Selain itu pastikan untuk istirahat yang cukup, makan makanan yang bergizi, dan hindari asap rokok. Apabila memungkinkan, pakai terus masker untuk menghindari paparan debu yang sering terjadi di Arab Saudi.
7. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
ISPA banyak dialami jemaah haji yang terpapar debu dan polusi selama menjalankan ibadah di tanah suci. Kondisi ini menyebabkan jemaah haji terus menerus batuk, sakit tenggorokan, demam, hingga sesak napas.
Jika terjadi gejala ISPA, maka jemaah haji sebaiknya segera menemui dokter untuk memperoleh penanganan.
Cara mencegah ISPA bisa dilakukan dengan mengenakan masker, menghindari kegiatan di luar ruangan terlalu lama menghindari kontak dengan penderita batuk, dan banyak minum air.
8. Masalah pencernaan
Pelaku perjalanan haji kerap melaporkan berbagai masalah pencernaan, seperti sembelit hingga diare. Kondisi ini bisa terjadi karena jenis makanan yang dikonsumsi hingga kebersihan yang buruk.
Sembelit menyebabkan penderitanya tidak bisa buang air besar (BAB) dan perut kembung. Sedangkan diare menyebabkan penderita terus menerus BAB dan kehilangan cairan.
Jika mengalami sembelit dan diare parah, segera temui penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan pengobatan.
Jemaah haji juga bisa mencegah sembelit dan diare dengan cara mengonsumsi lebih banyak sayur dan buah, menghindari makanan pedas dan asam, cuci tangan sebelum makan, dan mencukupi kebutuhan cairan.
9. Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi atau hipertensi juga perlu diwaspadai selama menjalani ibadah haji. Penyakit ini dapat menyebabkan penderita merasa nyeri dan kaku di bagian tengkuk hingga jantung berdebar-debar.
Hipertensi sering dilaporkan terjadi pada jemaah haji. Kondisi bisa disebabkan karena stres, kelelahan, hingga kesulitan beradaptasi dengan iklim dan cuaca di Arab Saudi.
Cara terbaik untuk mencegah penyakit hipertensi adalah menghindari stres, tidur 6-8 jam sehari, dan tidak memaksakan diri untuk melakukan kegiatan berat. Pastikan pula untuk memperbanyak konsumsi buah dan sayur serta menghindari rokok.
10. Gangguan stres
Gangguan stres biasa terjadi pada pelaku perjalanan haji karena berbagai faktor, khususnya kelelahan. Kondisi ini juga bisa terjadi karena perbedaan iklim, suasana, dan situasi selama ibadah haji.
Bagi beberapa orang, kondisi berdesak-desakan di cuaca panas dapat memicu stres. Umumnya jemaah yang stres dapat mengalami perubahan perilaku, kesulitan tidur, cemas, mudah marah, dan senang menyendiri.
Kondisi ini bisa dicegah dengan selalu optimis dan berpikir positif. Penerapan gaya hidup sehat seperti makan teratur dan tidur cukup juga bisa membantu. Namun, jika kondisi gangguan stres cukup parah, jemaah dapat langsung menemui dokter untuk memperoleh pengobatan.
Editor: Yantina Debora