tirto.id - Dasasila Bandung merupakan sepuluh prinsip dasar yang dihasilkan dalam Konferensi Asia Afrika (KAA) 1955 silam.
Dasasila Bandung salah satunya berdampak memperkuat hubungan kerja sama antara negara-negara di Benua Asia dan Afrika. Berikut ini latar belakang hingga isi Dasasila Bandung.
Latar Belakang Dasasila Bandung
Perang Dunia II berakhir di antaranya ditandai dengan kekalahan Jerman dari Soviet serta peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki. Meskipun demikian, justru memunculkan terjadinya perang dingin antara dua kekuatan besar meliputi Amerika Serikat dari Blok Barat dan Uni Soviet dari Blok Timur.
Di sisi lain, pertentangan Blok Barat dan Blok Timur mempengaruhi keadaan negara-negara di Benua Asia dan Afrika. Terlebih pada awal 1950an, benua Asia dan Afrika menjadi ajang pertentangan Blok Barat dan Timur. Keadaan tersebut mengancam kemerdekaan serta perdamaian yang baru saja dicapai negara-negara Asia-Afrika.
Perdana Menteri, Ali Sastroamidjojo yang pada waktu itu menjabat Perdana Menteri melihat bahwa Indonesia perlu berperan aktif dalam meredakan ketegangan antara Blok Barat dan Timur.
Upaya awal yang dilakukan Indonesia melalui Perdana Menteri adalah menyampaikan program pemerintahan di Dewan Perwakilan Rakyat Sementara pada 25 Agustus 1953. Indonesia menyampaikan perlunya kerja sama negara-negara Asia Afrika untuk mempunyai pendirian sama terhadap persoalan internasional yakni meredakan ketegangan dunia.
Singkat sejarah, terwujudlah Konferensi Asia-Afrika (Konferensi Bandung) yang diselenggarakan 18-25 April 1955 di Gedung Merdeka Bandung. Dalam konferensi tersebut, 29 dari 30 perwakilan negara Asia-Afrika yang diundang turut hadir.
Konferensi Asia-Afrika di antaranya membahas kerja sama ekonomi, budaya, hak asasi manusia, hak menentukan nasib sendiri, masalah bangsa-bangsa yang belum merdeka, perdamaian dunia, kerja sama internasional, dan deklarasi perdamaian dunia.
Isi Dasasila Bandung
Konferensi Asia-Afrika 1955 salah satunya menghasilkan sepuluh prinsip yang tercantum dalam Declaration on The Promotion of World Peace and Cooperation. Sepuluh prinsip hasil Konferensi Asia-Afrika tersebut juga dikenal dengan "Dasasila Bandung".
Berikut ini isi Dasasila Bandung:
1. Menghormati hak-hak dasar manusia dan tujuan-tujuan serta asas-asas yang termuat di dalam piagam PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)
2. Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa
3. Mengakui persamaan semua suku bangsa dan persamaan semua bangsa, besar maupun kecil
4. Tidak melakukan intervensi atau campur tangan dalam soalan-soalan dalam negeri negara lain
5. Menghormati hak-hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri secara sendirian ataupun kolektif yang sesuai dengan Piagam PBB
6. Tidak menggunakan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif untuk bertindak bagi kepentingan khusus dari salah satu negara besar dan tidak melakukannya terhadap negara lain
7. Tidak melakukan tindakan-tindakan ataupun ancaman agresi maupun penggunaan kekerasan terhadap integritas wilayah maupun kemerdekaan politik suatu negara
8. Menyelesaikan segala perselisihan internasional dengan jalan damai, seperti perundingan, persetujuan, arbitrase, ataupun cara damai lainnya, menurut pilihan pihak-pihak yang bersangkutan sesuai dengan Piagam PBB
9. Memajukan kepentingan bersama dan kerjasama
10. Menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.
Dampak Adanya Dasasila Bandung
Dasasila Bandung membawa dampak baik bagi Indonesia maupun negara-negara di kawasan Asia-Afrika. Berikut ini beberapa contoh dampak Dasasila Bandung dan Konferensi Asia Afrika 1955:
- Memperkuat hubungan kerja sama negara-negara di Benua Asia-Afrika
- Ketegangan dunia akibat Perang Dingin berkurang
- Negara-negara kolonialis-imperialis mulai melepaskan daerah jajahnya
- Lahirnya paham dunia ketiga (non-aligned)
- Penghapusan politik diskriminasi rasial
- Negara-negara baru di Asia dan Afrika diakui kedaulatannya.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Yulaika Ramadhani